HAPPY READING
Malam hari, dikediaman keluarga Adhiwijaya, diricuhi dengan suara Rissa, dan Vano yang berteriak kesana kesini.
Rissa berteriak memanggil Varez untuk segera turun. "VAREZZZ" Tetapi, tidak ada jawaban dari sang empu, lantas Rissa segera menghampirinya ke kamar milik Varez.
tok tok tok Suara ketukan pintu terdengar, sontak hal itu membuat Vare segera membuka pintunya.
ceklek Pintu terbuka, terdapat Varez yang sudah siap dengan mengenakan pakaian ber-jas serba hitam ditubuhnya.
Rissa menatap Varez dari ujung kaki sampai kepala. Rapi, sangat rapi. Tidak biasanya Varez seperti ini, ia menggunakan jas hanya untuk pergi jika ada kepentingan saja.
Varez melambaikan tangannya ke arah netra mata Bundanya. "bunda, kenapa?" tanya Varez dengan melambai-lambaikan tangannya.

Rissa memegang pundak Varez. "ini beneran kamu nih? rapi banget anak bunda ini, ganteng lagi" kata Rissa memuji anaknya itu.
"Varez emang ganteng, bund" ujar Varez sembari terkekeh pelan.
"anak ayah emang ganteng, siapa dulu ayahnya?" sahut Wijaya yang entah dari mana. Rissa dan Varez menoleh ke arah Wijaya yang sedang berjalan menghampiri keduanya.
"ingat Varez, jangan malu-maluin ayah." ucap Wijaya dengan menepuk pelan pundak Varez. Sedangkan Varez hanya menganggukan kepalanya saja.
Kini keluarga Adhiwijaya sudah berkumpul diruang tengah, dan bersiap untuk pergi ke rumah Vellyn.
"Berangkat sekarang, yah?" Vano bertanya kepada Wijaya. Dan Wijaya mengangguk sebagai jawabannya.
Rissa mengangguk. "Ya udah ayo, Varez kamu satu mobil sama Bunda sama Ayah, dan kamu Vania kamu ikut sama abang kakak kamu ya?" katanya.
Vania hanya mengangguk dengan lemas. Malas sekali katanya harus satu mobil bersama abang resenya.
"Ya sudah ayo" kata Wijaya dengan melangkahkan kakinya ke arah luar rumah.
Varez dan keluarganya sudah berada didalam mobil, dan bersiap menancap gas untuk membawanya ke tempat tujuan.
Disatu sisi, ada Vellyn yang masih saja bersiap dibantu dengan Kiara dikamarnya.
"Sini kakak bantu make up" ujar Kiara sembari membawa Vellyn duduk didepan tempat rias.
"Emangnya harus banget ya, make up?" kata Vellyn dengan menatap Kiara.
Kiara mengangguk "iya dong, tadi juga mama nyuruh kamu buat pake make up kan? ya udah kaka bantu, gimana?" kata Kiara pada Vellyn. Sedang sang empu mengangguk dan tersenyum lebar.
Kiara sedang memakaikan make up diwajah adik iparnya. "Kak, kapan disini ada dede bayinya?" tanya Vellyn sewaktu dia sedang diberi make up.
Kiara tertawa pelan mendengarnya. "tunggu aja Vell, mungkin belum waktunya." jawabnya
"lama banget, Vellyn udah gak sabar mau gendong ponakan nih" kata Vellyn pada Kiara. Karna setiap kali ia bertanya, selalu aja dijawab seperti itu.
Kiara kembali tertaawa. "Sabar dong Vell, siapa tau nanti kamu duluan yang punya dede bayi" kata Kiara dengan bermaksud bercanda.
"Maksud kaka?" ucap Vellyn dengan raut wajah seperti kebingungan. ralat--pura-pura aslinya.
Kiara terkejut saat mendengar respond dari Vellyn, ia kira adiknya itu mengerti. "Hah gak kok, udah lupain aja" jawabnya.
Vellyn mengangguk sembari membatin. "(sebenernya gue ngerti, cuman pura-pura gak ngerti aja, lagian duh jaub banget pikiran lo kak)" kata Vellyn berbicara dalam hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Valyn life's
Dla nastolatkówperjodohan yang Vellyn duga itu kesengsaraan ini malah sebaliknya, yaitu munculnya KEBAHAGIAAN. ⚠️BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Bijaklah dalam membaca. DILARANG KERAS MENJIPLAK CERITA SAYA. "Vell gua kira perjodohan yang berasal dari keluarga...