Chapter 57

282 4 0
                                        

Masih dengan hari yang sama, malam ini Varez pergi ke rumah Vano untuk membahas suatu hal, sementara Vellyn terdiam di kamarnya sendirian.

"sumpah ngeselin banget sih, lagian apa salahnya kalo gue jenguk Zea?" gerutu wanita itu sembari menatap layar ponselnya.

Sedangkan di rumah Vano, Varez mengajak abangnya untuk melakukan sesuatu agar Wijaya percaya akan semua kebenaran. "gak akan bisa Rez, lo tau sendiri lah sikap Ayah gimana?"

"gua tau bang, tapi apa salahnya kita coba dulu? sebenernya gua curiga sama sekretaris Ayah yang baru, aneh" kata Varez dengan alis yang terangkat.

Vano terdiam sejenak, memang ia juga memiliki pemikiran yang sama dengan adiknya. "gua juga mikir gitu sih, terus rencana lo apa emangnya?" tanyanya.

"gimana kalo semisal besok kita ke kantor, terus padang cctv kecil di ruangan Ayah sama sekretaris itu?" kata Varez menjelaskan.

"bagus sih, boleh dah gua juga gak enak kalo terus-terusan kaya gini" ucap Vano seraya menganggukan kepalanya.

Varez pun ikut mengangguk, "oke besok kita janjian di depan kantor aja, gua balik dulu bang, Vellyn sendirian di rumah" ucapnya berpamitan, setelah Vano menjawabnya, ia pun langsung meninggalkan rumah tersebut.

Sementara itu, Vellyn tiba-tiba ingin memakan sesuatu. "ih Varez mana sih, gue kepengen makan nasi goreng deh, kayanya enak banget" ujarnya sendiri.

Ceklek–pintu kamar terbuka dengan lebar, menunjukkan Varez yang baru saja datang, lelaki itu membuka jaketnya dan menyimpan kunci motor di atas nakas meja.

Lelaki itu berjalan menghampiri Vellyn tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Varez langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan mulai memejamkan matanya.

Vellyn yang merasa di diamkan berpikir sejenak. "(nih anak kenapa sih? masa iya marah? padahal gue mau nasi goreng..)" ucapnya di dalam hati seraya mengelus perutnya yang sudah terlihat menbuncit.

mau gue bangunin, tapi takut marah... TAPI GUE MAU NASI GORENGG

oke gapapa urusan marah belakangan, yang penting kita coba bujuk dulu.

Dengan rasa takut, Vellyn mengguncangkan tubuh Varez dengan pelan, bermaksud membangunkan suaminya yang mungkin sudah mulai terlelap. "Rez, kok udah tidur sih? bangun duluuu"

"apa sih Vell? gua cape, mending lo tidur juga." sahut Varez dengan mata yang masih dipejamkannya.

Vellyn berdecak pelan, ia menghela napasnya. "gue mau nasi goreng, Rez, ayo beli nasi goreng"

"lo minta bikin aja sama bibi, Vell. Ini udah malem, kenapa gak chat gua tadi kalo mau nasgor? kan bisa sekalian gua beliin tadi" ucapnya kembali, namun masih dengan posisi yang sama.

"tadi gue mau chat, tapi lo nya keburu pulang, ayo lah Rez, gue ma-"

"DIEM VEL, GUA CAPE! BISA GAK SEHARI AJA BIARIN GUA TENANG?!" ucap Varez dengan membuka matanya dan menatap Vellyn kesal, nada bicaranya membuat istrinya takut akan itu. Lagi, Vellyn mendengar suara bentakan itu.

"SEHARI AJA VELL, BIARIN GUA ISTIRAHAT! kalo lo mau nasi goreng, ya udah tinggal bikin sendiri apa susahnya? gak usah manja mau gua beliin terus."

Wanita itu tersentak kaget, matanya mulai memanas, sedangkan Varez beranjak dari tidurnya lalu pergi ke kamar tamu untuk menenangkan pikirannya yang sedikit kacau. Mulai dari Leon yang terus menerus meminta bukti, dan sekarang ia sedang memikirkan cara agar Ayahnya tidak menuduh Kakak laki-lakinya mencuri.

Saat Varez sudah pergi ke kamar tamu, Vellyn masih terdiam dengan air mata yang menetes. Ucapan suaminya itu menyakitinya hati kecilnya, gak usah manja.

Valyn life's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang