Langit berarak berubah menjadi Jingga yang menyejukan, Angin sepoi serta suara klakson kendaraan menemani perjalanan pulang Aldebaran. Pikirannya melayang jauh lagi, mulai tak mengerti dengan jalan pikirannya. Bodoh! Apa yang ia lakukan pagi ini?mengapa ia berharap bertemu dengan gadis itu lagi? Lalu mengapa dengan mudahnya ia mengirim pesan kepada gadis itu?
"Bodoh!" Ia memukul stir mobilnya kesal.
Lalu alasan apa yang harus ia berikan? Aldebaran juga tak mengerti kenapa tiba-tiba mengajak gadis itu bertemu. Itu hanya keisengan belaka?atau memang.....?
"Ahhh mati lo Al!"
Al melirik ponselnya, beberapa jam yang lalu gadis itu membalas pesannya, menyetujui untuk bertemu lalu menanyakan dimana mereka harus bertemu, Pukul berapa mereka akan bertemu dan banyak lagi pertanyaan gadis itu yang membuat Al pusing sendiri.
"Al ingeett! dia masih SMA"
"Tolong ingat umur lo sekarang"****
Waktu..... bisakah kamu berjalan lebih cepat? Aku ingin dengan segera bertemu dengannya lagi. Lalu, saat aku berada disampingnya bisakah kamu berhenti sejenak?biarkan aku menetap disampingnya lebih lama lagi.
Andin menutup buku diary nya, senyumannya tak kunjung luntur sejak ia mendapat sebuah pesan mengejutkan dari Aldebaran. Pikirannya sudah melayang jauh diawan-awan. Apa pemuda itu juga memiliki perasaan yang sama?eumm maksudnya perasaan ingin menjadi lebih dekat?
Untuk pertama kalinya ia merasakan seperti ini, ohh tidak!kenapa ada kupu-kupu diperutnya?kenapa jantungnya berdegup lebih cepat? Kenapa senyumnya tak bisa ia hentikan? Kenapa kenapa kenapa??? Dan kenapa Aldebaran belum juga membalas pesannya?
*******
Selasa....
Kamis.....
Sabtu..........
Minggu......
Andin menarik nafasnya panjang, keringat bercucuran dipunggung serta pelipisnya. Rasa kesal amarah dan kecewa menyeruak direlung hatinya. Besok kelasnya ditunjuk menjadi petugas upacara, dan Andin dipilih menjadi pasukan pengibarnya, Selain karena Andin mantan anggota Paskibra, ia sudah dipercaya wali kelasnya tiap kali kelasnya ditunjuk menjadi petugas upacara.
Pukul enam belas latihan dibubarkan setelah semua dipastikan kompak, Andin melirik ponselnya sekilas, tak ada balasan.
Andin terus mengabari Aldebaran sejak awal, walaupun Pemuda itu tak kunjung membalasnya. Walau dalam hati terus berharap tapi melihat kenyataannya sangat minim, Andin masih tetap mengabarinya. Tadi pagi saat tiba-tiba pengumuman latihan diumumkan dengan segera Andin mengabari Al bahwa hari ini ia tidak bisa bertemu, Walau sampai sore hari ini Al tetap tidak menjawab pesannya.
Andin berjalan ke toilet bersama beberapa rekannya, mengganti pakaiannya yang sudah penuh dengan keringat, menyemprotkan parfum lalu mengikat rambutnya asal.
"Ndin, gue duluan yaa"
Andin mengangguk sambil tersenyum, kemudian memakai earphonenya dan bersiap untuk pulang.
"Sudah selesai?"
"Saya didepan"
Mati! Andin berlari setelah mendapat pesan dari Aldebaran, Jantungnya kembali berdegup dengan kencang, kakinya yang tadi terasa lemas entah kenapa menjadi sekuat baja.
Andin menoleh kekanan dan kekiri mencoba mencari keberadaan Pemuda itu, tak peduli dengan penampilannya saat ini mengenakan Rok abu-abu dengan sweater serta rambut acak-acakan dan jangan lupa wajahnya yang tanpa bedak sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till We Meet Again
RomanceBerkisah tentang gadis bernama Andini Zahrantiara yang bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun mencintai pemuda dewasa. Perasaan kagum itu perlahan mulai berganti menjadi rasa cinta. Sepuluh tahun. Jarak perbedaan umur mereka, mungkin bagi seba...