36- 12.30

823 121 32
                                    

Satu Minggu.
Dua hari setelah Andin menerima email dari orang tak dikenal, Walau objek foto yang ia terima adalah dua orang yang ia kenal.

"Bisa kita bertemu?" Suara Andin dibuat ceria.

"Saya..."

"Sebentar saja, Aku mohon"

Dan disinilah Andin sekarang, Di Sebuah taman kota yang sore ini anehnya terlihat sepi. Andin berdiri menghadap sungai yang juga terlihat tenang, Seragam sekolahnya masih rapi, Namun hatinya sudah berantakan, Hatinya sudah tak tenang lagi.

Lima belas menit kemudian....

Pemuda yang Andin tunggu datang juga.

"Maaf saya...."

"Untuk?" Celah Andin.

"Saya kelamaan" Aldebaran mendekat berdiri tepat disamping Andin.

"Kamu ngga mau minta maaf karena ngga pernah hubungi aku?" Andin tersenyum, Terpaksa.

"Ya, untuk itu juga"

Andin tertawa kecil mencoba menjadi wanita paling bahagia.

"Apa kabar?"

"Ndin saya minta maaf"

"Kita seperti orang asing yang ngga pernah ketemu ya?" Sindir Andin. "Memang jarang bertemu sih" Lanjutnya.

"Kamu sudah makan?" Tanya Andin ketika Aldebaran tak mampu menjawab pernyataannya.

"Sudah"

Andin kemudian mulai berjalan pelan, Diikuti Aldebaran dibelakangnya.

"Kamu tau?sepertinya kita sekarang sedang mengulur waktu"

"Maksud kamu?" Tanya Al tak paham.

"Apakah kita terus bersama atau justru kita harus berpisah"

"Semuanya butuh waktu" Jawab Aldebaran.

"Menurut kamu gimana?"

"Saya ngga tau"

Andin terus berjalan, Aldebaran benar-benar sedang menggantung hubungannya. Hatinya sudah benar-benar ingin meledak. Dan dengan segenap sisa kekuatannya ia harus bisa menyelesaikan ini semua.

"Aldebaran, Ayo kita berpisah saja" Andin berbalik, Menatap manik mata Aldebaran serius.

Aldebaran balas menatap mata Andin lekat, Mencoba mencari keseriusan dibalik senyuman itu.

"Ternyata sulit saya mengerti tentang orang dewasa, Dan yang baru saya sadari sekarang, Selain kita beda usia kita juga beda segalanya" Mata Andin berbinar, Mencoba menahan air matanya agar tak tumpah.

"Kamu yakin?" Suara Aldebaran terdengar bergetar.

Andin mengangguk sambil tersenyum "Kamu banyak melewati masa sulit karena saya, Dan saya juga melewati masa sulit karena kamu"

"Maaf karena...."

"Kamu selalu meminta maaf, Tanpa memikirkan perasaan saya. Seharusnya saya sadar dari awal bahwa kita seperti jam 12.30! Kita berlawanan arah dan kita berjalan kearah yang berbeda." Andin mulai meluapkan emosinya.

Aldebaran mencoba menggengam tangan Andin walau Andin tepis kuat-kuat.

"Saya juga ngga tau mesti bersikap seperti apa Andin! Saya terlanjur jatuh pada kamu, Kalau boleh memilih saya juga ngga mau mencintai gadis dibawah umur seperti kamu"

"Tapi ngga seharusnya kamu menggantung hubungan ini Aldebaran! Kamu ngga tau gimana menderitanya saya setiap malam memikirkan hubungan ini! Dan kamu malah......" Andin menggantungkan kalimatnya, Ia membuang nafasnya keras.

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang