❗️Note: Hal yang aku tulis disini adalah murni ide gila aku ya, maaf jika ngga sesuai kenyataan karena ini cerita fiktif belaka, Terimakasih❤️❗️
Hidupnya yang bahagia kini berangsur menjadi menyedihkan, Bagaimana bisa Andin yang ceria berubah menjadi Andin yang penakut?ah bukan penakut ia hanya mencoba menghindari masalah. Hari ketiga setelah kejadian ia bersama Elsa, bayang-bayang itu masih jelas. Elsa mencengkram tangannya serta melontarkan ancaman-ancaman yang membuat Andin sedikit menciut.
Dan Randy, Andin beberapa kali menerima pesan dari pemuda itu, bertanya kenapa ia tak pernah terlihat disekolah, sedang apa dan banyak pertanyaan yang lainnya. Tentu saja Ia abaikan. Andin benar-benar ingin menjauhi Randy.
Pemuda sumber masalah.
Ahhh jangan berpikir seperti itu Andin, yang bermasalah hanya Elsa, bukan Randy.
Dan hari ini, Istirahat kedua Andin berencana bertemu Randy untuk mengembalikan Jaket yang tempo lalu dipinjamkan kepadanya, Serta meminta tolong untuk segera menjauhinya.
Andin mengirim pesan pada Randy untuk bertemu diUKS satu-satunya tempat aman agar Elsa tidak bisa melihat dan berpikiran macam-macam lagi.
Andin duduk disalah satu bangku diruangan ini, bagus tempatnya sedang sepi, memudahkan Andin untuk bicara empat mata dengannya.
"Andin?" Tak lama suara pemuda itu terdengar.
"Saya cuma mau balikin ini" Andin menyodorkan jaket milik Randy, "Sudah saya cuci"
"Oalah kirain ada apa, buat lo aja"
Andin menggeleng.
"Lo sakit ya? Muka lo pucet Ndin" tanya Randy mulai mendekat kearah Andin.
"Saya minta tolong......... tolong jauhin saya" ucap Andin sambil membuat jarak yang semakin jauh dengan Randy.
"Kenapa? Memangnya gue penyakit menular?" Tanya Randy bingung.
Air mata Andin mengembang, entah mengapa kata-kata Elsa kembali terngiang.
"Hey Andin, ada apa?" Randy buru-buru mendekat kearah Andin.
Andin menepis tangan Randy kasar "Saya bilang jauhin saya! Saya minta tolong dengan sangat"
Andin berlari keluar ruangan sembari mengusap air matanya kasar, Hidupnya sekarang penuh dengan drama.
"Andin!" Seru Randy memanggil namanya, Andin terus berlari tanpa menoleh sedikitpun.
Ia mau hidupnya kembali normal, ia tidak mau hidupnya dipenuhi drama serta ancaman-ancaman norak seperti Elsa. Ia mau masa SMAnya penuh kesan yang bahagia, bukan seperti ini.
*****
"Mau tau sesuatu ngga?" Irish menggeser kursinya menjadi lebih dekat dengan Aldebaran yang masih fokus dengan kerjaannya.
"Mmmh?"
Irish mendekat membisikan sesuatu pada Aldebaran, seketika jari-jari Al berhenti bergerak lalu matanya mulai menatap Irish dengan intens.
"Serius lo?"
Irish mengangguk sambil tersenyum, "Ya semoga aja disetujuin"
"Tapikan...."
"Ssstttt, Dokter Rossa yang minta referensi ke gue yaudah gue sebut aja sekolahnya Andin, untung gue inget" Jelas Irish.
"Ngga mungkin, terlalu jauh"
"Kalau terjadi, gue bakal ajak lo, Bondol dan Rafa kesana hahaha mengenang masa SMA"
Aldebaran menatap Irish tak percaya, bisa-bisanya ia merekomendasikan sekolah Andin untuk melakukan Penyuluhan Kesehatan. Tapi tidak mungkin, jarak sekolah Andin dengan Rumah sakit ini kan cukup jauh. Ia tak boleh terlalu berharap. Ehh?untuk apa ia berharap?
KAMU SEDANG MEMBACA
Till We Meet Again
RomanceBerkisah tentang gadis bernama Andini Zahrantiara yang bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun mencintai pemuda dewasa. Perasaan kagum itu perlahan mulai berganti menjadi rasa cinta. Sepuluh tahun. Jarak perbedaan umur mereka, mungkin bagi seba...