Lusa.
Andin tidak sabar untuk lusa, dimana ia akan memasuki usia legal untuk melakukan apapun. Pikirnya.
Tujuh belas tahun, sungguh ia tak sabar untuk menjadi lebih dewasa. Setelah bertemu dengan Aldebaran entah mengapa ia seperti sudah siap menjalani hari-hari kedepan, kebahagiaan seperti sudah ada dihadapan Andin. Pikirannya sangat positif tidak berpikir tentang rintangan yang akan ia lakukan kedepannya. Bersama Aldebaran,Andin pasti bisa. Setidaknya itu yang selalu ia yakinkan pada dirinya,Ngomong-ngomong Aldebaran, apakah pemuda kaku itu sudah tau tanggal ulang tahunnya?Pemuda itu tak pernah bertanya.
Andin menutup catatan tentang campingnya, niatnya malam ini ia akan mulai membenahi peralatan, tapi tiba-tiba saja ia ingin mendengar suara Al, rindu hmm?mungkin, sudah hampir seminggu mereka tidak bertemu.
Andin mengambil ponselnya, menghubungi Aldebaran.
"Ya?"
"Sedang apa?" Tanya Andin sambil merebahkan tubuhnya diranjang.
"Ngga ada"
"Oohh"
Kemudian hening, Andin memutar otak berpikir pertanyaan apalagi yang akan ia lontarkan.
"Eumm... kamu ngga ada yang mau ditanyain?"
"Campingmu gimana?"
"Gimana apanya? Aku siap-siap aja belum kan masih tiga hari lagi"
"Ohiya"
"Ada lagi yang mau ditanyain?"
"Hari ini gimana?"
"Hari ini baik, super baikkk. Kamu gimana?kerjaanmu gimana?"
"Biasa saja, seperti biasanya"
"Ada lagi?"
"Ngga ada"
"Ohh heheee" Andin tertawa kikuk, ia merubah posisi tubuhnya barangkali menemukan pertanyaan lain agar bisa terus mendengar suara Al.
"Ehiya kamu tau ngga cara bikin KTP gimana?" Pertanyaan Random sekaligus kode Andin lontarkan berharap Al akan bertanya lebih.
"Di google kan ada"
"Ohiya haha soalnya ituu aku emmm" Andin mencoba mencari alasan.
"Tidur Ndin"
"Kamu mau istirahat ya?"
"Iya"
"Oke, aku ngerti"
"Mas Al, selamat malam. Semoga aku bisa ketemu kamu sebelum camping""Iya, selamat malam"
Pip! Sambungan telepon dimatikan, Andin menatap layar ponselnya nanar, bisa-bisanya ia begitu merindukan sosok Aldebaran.
*****
Andin menyantap sarapannya dengan lahap, hari terkahir berumur enam belas tahun akan ia habiskan dengan kebahagiaan. Begitu bersyukur banyak hal yang ia temui dipenghujung enam belas tahunnya.
"Kamu mau undang teman-temanmu Ndin?" Tanya Sang Ayah yang juga sedang menyantap sarapannya.
Andin menggeleng " Kita makan aja kaya biasa dirumah, biar kakak bisa ikut"
"Akhirnya anak Ibu sudah mau tujuh belas tahun, sudah harusnya bikin ktp nih"
Andin tersenyum "Boleh pacaran dong?"
"Buat apa?" Tanya sang Ayah
"Buat semangat" jawab Andin asal
"Sudah punya pacar dia bu?" Tanya sang Ayah pada ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till We Meet Again
RomanceBerkisah tentang gadis bernama Andini Zahrantiara yang bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun mencintai pemuda dewasa. Perasaan kagum itu perlahan mulai berganti menjadi rasa cinta. Sepuluh tahun. Jarak perbedaan umur mereka, mungkin bagi seba...