13- Bimbang.

863 171 14
                                    

Bagian paling favorite dikegiatan camping adalah dijalan pulang. Andin menyenderkan kepalanya pada jendela, melihat dengan seksama tempat yang ia lewati selagi pikirannya terbang melayang. Baru saja ia selesai bercerita pada Shilla tentang ucapan Randy tadi malam.

"Kenapa tanya gue? Gue tau lo udah punya jawabannya kan?"

Jawab Shilla ketika Andin bertanya apa yang harus ia lakukan. Benar, Andin memang sudah punya jawabannya, apakah terlihat jelas dimatanya?

Tanpa harus berpikir banyak sejujurnya Andin benar-benar tidak memiliki perasaan apapun pada Randy. Seenaknya datang lalu pergi dan datang lagi dengan mudahnya menawarkan cinta. Randy pikir perasaan Andin ini apa?

Semalam setelah acara api unggun selesai dan semuanya kembali ke tenda, Randy dan teman-temannya berjaga tepat didepan tenda milik kelompok Andin. Andin tau, tapi pura-pura tidak tau. Kenapa justru setelah Randy membahas tentang jatuh cinta semuanya malah terasa canggung?

Dan sekarang, entah bagaimana jadinya Randy satu bis dengannya. Duduk dengan tampannya dikursi paling belakang, bersenda gurau dengan yang lain.

Andin menutup matanya lagi, Tuhan biarkan ini semua berjalan dengan sederhana.

***
Dari malam hari sampai Pagi ini layaknya seperti orang bodoh Aldebaran terus mengecek ponselnya, memastikan apakah ada pesan dari gadis kecil itu atau tidak. Haruskah ia menghubunginya duluan? Ah tidak, mungkin gadis itu sedang bersenang-senang dengan pemuda yang kemarin ia lihat.

Aldebaran kembali mengemudikan mobilnya menuju Rumah Sakit, mencoba fokus dan melupakan sejenak tentang percintaannya yang seperti anak muda ini.

Tidak....

Tidak bisa...

Aldebaran menepikan mobilnya sebentar, mengambil ponselnya lalu menghubungi Andin.

Nomernya Aktif, batin Al.

"Hai"

Aldebaran membuang nafasnya keras, Akhirnya setelah sekian lama ia bisa mendengar suara gadis itu lagi.

"Hallo?" Sapa Andin lagi karena tidak ada jawaban dari Al.

"Ya... sudah dikembalikan?" tanya Al basa-basi.

"Sudah, tadi malam" jawab Andin seperti tau arah pertanyaan Al.

"Kenapa ngga hubungi saya?"

"Hah?" Reaksi Andin bingung

"Eng...engga, yang kemarin saya bawa...."

"Ah ya! Terimakasih ya aku makan sama temen-temenku tadi malam. Ini masih ada sisanya, salam untuk Ka Bondol, Ka Irish dan Ka Rafa" Ucap Andin antusias.

"Iya, sudah pulang?"

"Kamu ngga ada hubungi aku sama sekali" ucap Andin terdengar kecewa, nada bicaranya terdengar berbisik.

"Buat apa? Ponsel kamu dikumpulin kan? Ini saya hubungi"

"Iya" Andin menarik nafas keras.

"Saya lagi dimobil mau berangkat kerja" lapor Aldebaran.

"Iya, hati-hati mas Al"

"Kamu juga"

"Ya"
***

Sinar matahari menyelinap masuk lewat celah-celah jendela kamarnya, Andin membuka mata perlahan melihat sekitarnya, ahh ia sudah dirumah ternyata. Waktu menunjukan pukul dua siang, ia sudah tertidur cukup lama ternyata.

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang