19- Unspoken Words

756 165 27
                                    

Hari ini akan Andin nobatkan sebagai hari paling malu dihidupnya. Jika saat MOS lalu ia sudah merasa malu maka hari ini adalah puncak tertinggi rasa malunya. Bagaimana tidak, Hari ini adalah pertama kalinya Andin dihukum kembali dengan alasan yang tidak masuk akal. Dahinya sudah berdarah dan seragamnya sudah compang-camping namun ia tetap dihukum tanpa melihat siapa yang salah. Intinya mereka berempat membuat keributan.

Dan satu lagi, Hukumannya ini disaksikan Aldebaran dan Teman-temannya.

Bagaimana Andin tak menyadari bahwa logo di tenda putih itu adalah logo Rumah Sakit tempat Aldebaran bekerja.

Andin menggelengkan kepala ketika Aldebaran seperti akan melangkah padanya, Jangan! Jangan sampai Elsa dan teman-temannya menyadari bahwa pemuda itu adalah Aldebaran. Andin melihat ada Ka Irish dan Bondol disana, ia benar-benar ingin berlari dan bersembunyi. Bagaimana dengan wajahnya sekarang? Seberantakan apa penampilannya saat ini?

Andin kembali menunduk setelah memastikan Aldebaran dan lainnya masuk kesebuah ruangan. Ah bagaimana ini? Bagaimana jika teman-teman Aldebaran menganggapnya sebagai pembuat masalah?

****
"Andin kan?" Bisik Irish pada Al.

Al mengangguk,

"Ko bisa?" Tanya Irish lagi.

"Ya mana gue tau" jawabnya bingung, Al juga tidak tau titik masalah dari mereka berdua.

Perasaannya mulai tak enak, Rasanya aneh masalah antri dikantin kenapa bisa berlanjut seperti ini? Apa Andin menyembunyikan sesuatu darinya? Dahi Andin berdarah, berarti mereka tak hanya sekedar melabrak, ada kekerasan fisik.

Setelah satu jam mereka semua berbincang dengan pihak sekolah, Akhirnya tim yang sudah dibuat mulai berpencar, targetnya adalah kelas dua belas.

Al berjalan keluar menuju lapangan, Andin masih ada disana. Dengan wajah yang pucat dan dahi yang terluka.

"Elsa, Jeje, Nana cepat balik ke kelas. Jangan bikin ulah lagi kalian!" Seru Pak Fauzi mendekat "Andini Zahrantiara pergi ke uks bersihkan dulu lukamu, Temui guru BP kalau sudah selesai"

Aldebaran mundur selangkah agar tak terlihat, Andin mulai berjalan lunglai berpisah dari ketiga gadis tersebut.

"Ndin!"

Aldebaran menoleh, padahal bukan namanya yang dipanggil. Seorang pemuda berjalan mendekat kearah Andin menyodorkan sebuah botol minuman, Aldebaran mengetahuinya, Pemuda ini sama persis denga Pemuda yang ia lihat saat Andin camping.

"Randy" guman Al pelan.

"Al, ngapain disini? Ayo masuk kelas biar siswi-siswi disini cuci mata" Dokter Rossa bergurau menyadarkan lamunan Aldebaran.

"Eh Iya Dok"

*****

"Ndin, Gue minta maaf banget" ucap Randy setelah Andin menolak botol minumannya.

"Iya udah saya maafin" Jawab Andin tanpa menoleh, Langkahnya ia percepat.

"Ini bukan kemauan gue Ndin, gue....."

"Iya saya tau! Mau ka Randy minta maaf sesering apapun itu ngga akan ngerubah Elsa untuk berhenti ganggu saya!" Andin menatap Randy tajam.

"Ya terus gue harus gimana biar Elsa ngga ganggu lo lagi?"

"Ya kenapa tanya ke saya?"

"Ck! Dahi lo biar gue yang bersihin"

"Ngga perlu" Andin kembali berjalan menuju ke UKS, membersihkan lukanya dan menceritakan semuanya pada guru BP.

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang