5 - Maaf

1K 162 19
                                    

Semakin hari, perasaan ini semakin tidak bisa aku mengerti. Banyak pertanyaan tentangnya dibenak ini. Sejak awal hanya aku yang tertarik, tidak tau kalau dia. Entahlah, semoga ia menetap bukan sekedar singgah.

Andin menutup diarynya lagi, akhir-akhir ini buku diarynya mulai terisi lagi. Semua berkat Aldebaran, semua hari-hari biasa sajanya kini berubah menjadi sedikit lebih berwarna. Kamu seperti pelangi Aldebaran.

Andin meraih ponselnya, mencoba menghubungi Aldebaran, sejujurnya ada beberapa pertanyaan yang ingin Andin tanyakan tapi ia bingung harus memulainya dari mana. Apakah Al akan tersinggung lalu menghindar? Ia tidak mau itu terjadi.

"Hai"

"Iya"

"Aku ganggu ngga?"

"Ngga, ada apa?"

Andin menggigit bibir bawahnya, bingung harus menjawab apa "Eumm gapapa sih, aku hanya telfon"

"Ohh"

Lalu apa lagi yang harus ia tanyakan.

"Kamu Aldebaran Nuraga ya?"

"Maksudnya?"

"Jawab saja"

"I...iya"

"Kamu kerja dirumah sakit?"

"Iya"

"Kamu temennya photographer disekolah ku kan?"

"I...iyaaa?"

"Kamu laki-laki kan?"

"Iyaa?"

"Kamu..... sudah punya istri?"

"Iya...... ehh ngga belum"

Andin menahan nafas tak bisa berkata, mencoba mencerna kata-kata Aldebaran. Benarkah?

"Hallo?ada apa?" Al bicara disebrang sana, karena tak ada lagi jawaban dari Andin.

"Jadi kamu belum...."

"Belum, saya belum punya istri" jawab Aldebaran tegas.

"Hahhh syukurlah sedikit melegakan" Andin menutup mulutnya dengan cepat, bodoh!

"Ada apa?"

"Aku hanya takut, kamu kan pria dewasa"

"Tenang, kita ngga akan bertemu lagi"

"Kenapa?" Andin berkata dengan nada kecewa.

"Saya kan pria dewasa"

"Aku juga, bulan depan ulang tahunku ke tujuh belas"

"Dan saya dua puluh tujuh tahun"

Andin terdiam otaknya mencoba menghitung jarak umur diantara mereka.

"Hanya sepuluh tahun"

******

"Gue ketemu gadis itu lagi"

"Ha?Siapa Al?"

"Gadis SMA yang fotonya lo kirim ke gw" Al menginjak puntung rokoknya yang tinggal setengah. Pikirannya mulai kacau sejak dua hari yang lalu dimana gadis itu berhenti menghubunginya.

"Gila?siapa namanya bentar gue cek dulu"

Aldebaran menatap langit yang sepi bintang, besok ia bekerja seperti biasa namun entah mengapa sepertinya ia ingin mengobrol dengan Angga sang biang kerok kejadian ini. Sudah pukul dua belas lewat lima namun Aldebaran enggan bergegas pulang.

"Andini? Yang ini?!" Angga menunjukan foto Andin pada Aldebaran, Al mengangguk.

"Terus dia masih kenal lo?" Tanya Angga penasaran.

" Iya"

"Terus? Ada masalah?"

"Sejujurnya lo dalang masalahnya" Al menarik nafas panjang mencoba menceritakan apa yang terjadi secara detail pada Angga.

"Bwahahahahahahah" tawa Angga meledak kala Aldebaran selesai bercerita, terdengar menggelikan ditelinga Angga.

Aldebaran terdiam, tidak kaget dengan reaksi Angga yang sudah pasti akan meledeknya.

"Terus perasaan lo ke dia gimana?Santai aja sih lo kan ngga kenal dia, inget dia itu bocah SMA! Cabe-cabean!"

"Gue yang bilang ke dia kalau kita ngga bakal ketemu lagi, tapi anehnya saat dia gak menghubungi gue..... gue seperti merasa kehilangan" Aldebaran tertawa kecil, tak percaya akhirnya ia akan berkata seperti ini.

"Bego lo! Inget umur lo Al, mending lu cari cewe lain yang lebih dewasa masa lo kepincut sama cabe-cabean?"

"Andin bukan cabe-cabean asa lo tau" Al melirik Angga tajam.

"Iya-iya sorry, udahlah Al hidup lo aja udah rumit masa mau tambah rumit sama kisah cinta lo ke anak SMA?emangnya dirumah sakit ngga ada apa?"

Al lagi-lagi terdiam, entahlah perasaan malah makin campur aduk sekarang, sudah larut malam sepertinya pikirannya juga butuh istirahat.

"Gue balik deh"

Al berjalan menuju mobilnya dengan perasaan sedikit kacau. Bisa-bisanya gadis kecil itu membuat perasaannga jadi seperti ini.

"Gini deh Al, kalo dua minggu ini dia ngga ngehubungin lo dan lo ngerasa kehilangan atau rindu sekalipun, cari aja dia. Kita liat sampe mana kisah cinta lo sama gadis SMA ini"

******

Pertemuan singkat tanpa arti, siapa yang tau akan berdampak dahsyat bagi keduanya. Perbedaan umur yang cukup jauh sangat terasa disaat perasaan aneh itu mulai muncul. Semua tidak jadi masalah jika Andin bukan seorang siswi SMA, Bagaimana pandangan teman-temannya atau bahkan orang tuanya jika ia sedang dekat dengan pemuda yang umurnya jauh diatasnya. Sedang dekat?haha bercanda, hanya Andin yang menganggap mereka sedang dekat.

Tapi, Andin juga tidak tau bagaimana perasaan Aldebaran akhir-akhir ini, Aldebaran juga sedikit menyesal kenapa bisa-bisanya ia sedikit tertarik bermain-main dengan gadis kecil ini. Lihat sekarang siapa yang terkesan menderita karena tidak diberi kabar. Sudah berapa lama?Aldebaran juga lupa, yang pasti rasa rindu sedikit meluap direlung hatinya. Sedang apa gadis kecil itu? Apakah Minggu depan akan menjadi petugas upacara lagi?

Haruskah ia menghubungi gadis itu lagi? Ia yang bicara tentang perpisahan, membuat gadis itu kecewa, mungkin. Lalu sekarang?mulai merindu hmm??

Haruskah ia meminta maaf?tapi untuk apa?

Bukankah setidaknya mereka bisa berteman? Untuk apa malu-malu berteman dengan gadis SMA?

"Saya ada didepan"

*******

Hellowwww
Maaf jika ada typo yaa
Hope u like it❤️
Terimakasih temen-temen yang masih setia baca ceritaku😍
Sudah mulai memikiran maunya Sad ending?atau happy ending?😆

With Love, Angin.

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang