"Maaf saya jadi mengganggu" Aldebaran duduk disamping Andin, berhadapan dengan Ayah dan Ibu Andin.
Andin tersenyum lega, setelah perjuangan membujuk Al untuk makan malam bersama orang tuanya berhasil juga. Setelah diantar pulang, Andin terus memaksa Al untuk bisa makan bersama, sekedar memperkenalkan Aldebaran pada kedua orang tuanya. Hanya berkenalan, tidak lebih. Tapi Al menolak dengan berbagai alasan.
Setelah akhirnya setuju, lihatlah siapa yang banyak bicara dengan sang Ayah sembari menunggu hidangannya siap. Senyum Aldebaran tidak pudar kala berhadapan dengan Ayah dan Ibunya. Senyuman yang jarang Al berikan pada Andin.
"Ayo silahkan dimakan, maaf seadanya ya" Ujar Ibu Andin, sembari menaruh lauk dipiring Ayah.
Andin melirik Aldebaran sekilas,
"Terimakasih tante, Sa...saya ambil sendiri" ucap Al seperti paham arti lirikan Andin.
"Andin sudah tujuh belas tahun, sudah dewasa sekarang bisa bawa pacar kerumah" ledek sang Ibu.
Uhukk...
Andin tersedak air yang sedang ia minum.
PACAR kata ibunya?Tak ada jawaban dari Andin maupun Al semuanya bungkam, pura-pura sibuk menikmati makanan.
"Al ini kerja dirumah sakit bu, sudah karyawan pula" Ucap Ayah Andin.
"Ohya?perawat?atau dokter?"
"Bukan tante"
"Tapi keren loh dua puluh tiga tahun sudah jadi karyawan Rs"
Aldebaran terdiam, dua puluh tiga tahun?umur siapa itu?
Andin menyenggol kaki Aldebaran, memberi sebuah kode agar Al tetap diam. Akan Andin jelaskan lain waktu.
"Ayah juga berharap Andin bisa kuliah dan berkarir dulu"
"Pastilah yah" ucap Andin akhirnya.
"Perjalanan Andin masih jauh Al, ya kalau berjodoh bisa berlanjut terus ya?"
"Apasih ayah"
"Ayah cuma bilang Ndin, lulus SMA saja belum. Jadi perjalanan kamu masih panjang. Sama seperti Al, kamu juga harus merasakan dunia kerja dulu"
"Iya Ayah" Andin melirik Aldebaran perlahan, takut-takut Al merasa tak nyaman dengan ucapan sang Ayah.
Lihat pemuda itu masih dengan senyuman mendengarkan ucapan Sang Ayah, hari ini Aldebaran benar-benar menujunkan sisi dewasanya. Bagaimana bisa Andin berhenti mengaggumi pemuda tampan itu?
****
Andin berdiri didepan gerbang rumahnya, mengantar Aldebaran pulang. Ah lihatlah bukankah sama seperti sepasang kekasih?
"Aku bahagia dan kamu harus tau"
"Iya, maaf saja merepotkan"
Iya, memang merepotkan. Merepotkan perasaan Andin.
"Besok aku camping, mungkin ponselku dikumpulin"
"Iya, saya ngerti"
"Ohiya ngomong-ngomong kamu tau dari mana ulang tahunku?" Tanya Andin membuat Al gelagapan.
"Tau aja, sudah sana masuk. Siap-siap untuk besok"
"Siap Kapten!!" Andin memberi hormat pada Al, "Terimakasih untuk hari ini"
Aldebaran tersenyum, lalu mengusap puncak kepala Andin.
Ya, ini benar-benar merepotkan perasaan Andin. Sungguh!
******
Andin menguncir rambutnya asal, berlari kecil menuju barisan kelasnya. Hampir saja ia telat, semalam ia masih sibuk berkemas sambil menghayal tentang Aldebaran. Jadilah sekarang ia terburu-buru entahlah ada yang tertinggal atau tidak.
"Telat bangun lo ya!" Tuduh Shilla melihat Andin yang baru saja datang.
Andin tertawa sembari mengangguk "Nanti gue ceritain kejadian semalem"
Tak lama terdengar pengumuman untuk segera memasuki bus kelas masing-masing. Andin dan Shilla bergegas mencari spot terbaik.
Setelah semua siswa mendapat tempat duduk, perjalananpun dimulai, wali kelas mereka membacakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan disana. Terdengar menarik.
Andin mengecek ponselnya, lalu tersenyum ketika melihat sebuah pesan dari Aldebaran.
"Take care"
"Aku lg dijalan, kamu semangat kerjanya!"
Tak sampai lima menit Al kembali membalas.
"Ada yang saya lupa"
"Lupa apa?"
"Saya kasih nanti kalau kamu sudah pulang"
"Aku ngga sabar untuk pulang!!"
"Cepat pulang, Andin"
*****
Aldebaran mengaduk kopi hitamnya, memperhatikan jalanan dari jendela pantry. Pikirannya mulai melayang, tentang sebuah perasaan yang makin lama makin terasa nyata. Sudah terlambat untuk dihentikan, ia seperti sudah jatuh, tapi entah jatuh kemana.
"Andin ya?" Irish datang memasuki pantry, membuat Aldebaran sedikit tersentak.
"Ngopi Rish" ucap Aldebaran malah menawarkan kopi.
Irish mendekat, duduk disamping Aldebaran.
"Jadi sudah official tujuh belas tahun kan?"
"Thanks ya"
Irish tertawa, mengingat permintaan Aldebaran beberapa waktu yang lalu. Ulang tahun Andin. Al meminta Irish untuk mencarikan tanggal ulang tahun Andin, membuat Irish harus memutar otak bagaimana bisa ia mencari tau tanggal lahir gadis kecil itu.
Untung Irish mempunya banyak akal, salah satunya mencari akun Facebook Andin yang sepertinya sudah tidak terpakai. Sedikit stalkers pada akunnya dan menemukan tanggal serta ucapan-ucapan ulang tahun beberapa tahun lalu.
"Jadi gimana?" Tanya Irish akhirnya.
"Entahlah"
"Ko gitu?"
"Mau dihentikan, tapi sudah berlanjut"
"Jadi?"
Al menoleh kearah Irish yang banyak bertanya, "Jadiiiii gue pun ngga tau gimana"
"Lo tau ngga sih pacaran ala-ala anak sma?"
"Gimana?"
"Mereka butuh perhatian dan butuh kepastian"
"Gue pikir Andin akan baik-baik aja, begini"
"Apa?hubungan tanpa status?"
"Tapi lo jangan sakit hati kalo si Andin tiba-tiba punya pacar!"
Al melirik sekilas kemudian menyeruput kopi hitamnya.
"Dan lo juga jangan seenaknya deket sama yang lain lagi. Apalagi balik ke masa lalu" lanjut Irish
Aldebaran terdiam, masa lalu.
"Besok, anter gue ketemu Andin bisa?"
******
Hellooo
Hope u like it.
Kira-kira enaknya munculin masa lalu Al kapan yaa😁With love,
Angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till We Meet Again
RomanceBerkisah tentang gadis bernama Andini Zahrantiara yang bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun mencintai pemuda dewasa. Perasaan kagum itu perlahan mulai berganti menjadi rasa cinta. Sepuluh tahun. Jarak perbedaan umur mereka, mungkin bagi seba...