14- Terimakasih

828 156 13
                                    

Hujan rintik serta semilir angin dari jendela kamar yang belum ia kunci menemani Andin malam ini, senyumnya tak kunjung lepas ketika ia selesai membuka hadiah dari Aldebaran. Bagaimana pemuda itu tau kalau Andin gemar melukis? Apa diam-diam Al memperhatikan sosial medianya?

Ini hadiah pertama Al untuknya, haruskah ia pakai untuk melukis?atau justru harus ia simpan sebagai kenang-kenangan?

Cat air serta alat lukis.

Sejujurnya akhir-akhir ini Andin sudah jarang sekali menggambar apalagi melukis, ia lebih sering memikirkan Al ketimbang memikirkan hobinya.

Andin sudah mengirim ucapan terimakasih pada pemuda itu, tapi belum ada balasan. Mungkin sudah tidur? Karena ini sudah larut malam dan besokpun Andin sudah mulai sekolah, tapi kenapa rasanya susah sekali untuk berhenti memikirkan pemuda itu.

Jatuh cinta.

Apa ini yang dinamakan jatuh cinta? Seperti ini? Ahh ya benar, ini sangat indah. Sangat.

*****

"Lo berantem sama kaka kelas?" Tanya Shilla, raut wajahnya sedikit panik.

Andin terdiam tak mengerti tujuan pertanyaan Shilla, ia baru saja datang dan langsung ditarik menuju toilet oleh Shilla.

"Lo tau Elsa?" Tanya Shilla lagi.

"Apasih Shill?kenapa? Gue bingung tau!" Tanya Andin balik, ia benar-benar tidak paham.

"Gue tarik lo kesini karena lo ditungguin Ka Elsa didepan kelas! Dari pada lo planga plongo depan dia mending gue tanya lo dulu. Ini ada apa?" Jelas Shilla yang membuat Andin semakin tak mengerti.

"Gue gak tau, memangnya gue ngelakuin apa?"

Shilla menggigit bibir bawahnya, ia tak mau Andin menjadi korban Elsa selanjutnya. Ia sudah paham siapa Elsa itu.

"Tunggu disini aja sampe bell masuk" ucap Shilla akhirnya.

Andin juga mengetahui siapa Elsanindya. Kakak kelas yang kerap kali melanggar tata tertib sekolah, melabrak seseorang dengan seenaknya dan menganggap dirinya adalah penguasa sekolah. Andin berharap tak akan berurusan dengannya sekalipun. Tapi sekarang ada apa?

Setelah beberapa lama Andin dan Shilla berada ditoilet bell masukpun berbunyi, Mereka bergegas menuju kelas dengan memutar lapangan berjaga-jaga agar tidak bertemu dengan Elsa ditengah jalan.

"Ndin lo kenapa sama kak Elsa?"

"Gila lo tadi ditungguin"

"Lo berantem Ndin?"

Teman-teman Andin bergegas bertanya ketika Andin baru saja memasuki kelas.

"Gue juga ngga tau" jawab Andin akhirnya, bingung. Benar-benar bingung.

Ditengah mendengarkan pelajaran hati Andin menjadi tak karuan, rasa takut serta bingung menghantui pikirannya saat ini.

****
Bell Istirahat pertama berbunyi, Andin terdiam sedikit was-was apakah Elsa akan kembali mencarinya atau tidak.

"Mana yang namanya Andin?"

Belum nafas Andin berhembus, teriakan didepan pintu kelasnya membuat seluruh kelas terdiam.

"Saya" Andin menjawab dengan lantang, mencoba tenang dengan situasi yang ada.

Beberapa orang dikelas Andin mulai bepergian mencoba tak ikut-ikutan dengan masalah mereka. Hanya Shilla yang setia duduk disamping Andin.

Elsa dan keempat temannya berjalan dengan berkuasa mengampiri Andin.

"Ada apa?" Tanya Andin.

"Lo ngerasa cantik?" Tanya Elsa menatap mata Andin tajam.

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang