08- Fall in love?

1K 156 5
                                    

Malam ini langit terlihat sangat sempurna, ada bintang yang berdampingan dengan bulan, dan ada Aldebaran yang baru saja memberi kabar. Andin menatap ponselnya membaca sebuah pesan dari Al yang menyuruhnya untuk segera tidur.

Mengapa oh mengapa, terkadang jatuh cinta membuat orang menjadi terlihat bodoh. Lihat Andin sekarang, senyumnya tak berhenti kala ia membaca pesan-pesan singkat dari Al. Apa benar ia telah jatuh cinta pada pemuda kaku itu?

"Yang kemarin pacar kamu Ndin?"

Andin menoleh kearah pintu kamarnya, sejak kapan Ibunya ada disana?

"Bukan bu, cumaa... deket?"

"Kenal dimana?"

"Di....sekolah" Andin sedikit berpikir, benarkan?

"Kakak kelasmu?" Tanya Ibunya lagi.

"I...iya" jawab Andin berbohong.

"Berapa umurnya?"

"Kenapa bu?"

Ibunya mendekat lalu duduk ditempat tidur Andin, lalu memperhatikan kamar anaknya.

"Kamu sudah besar ya"

"Ihh Ibu kenapa sih?" Andin menutup jendela kamarnya, lalu mendekat kearah Ibunya.

"Sudah tau jatuh cinta kan?"

Andin tersenyum malu, "Aku... ngga tau bu"

"Siapa tadi namanya?"

"Aldebaran Nuraga" jawab Andin antusias

"Dia sudah dewasa ya?"

Andin menggigit bibir bawahnya, sedikit khawatir dengan arah pembicaraan sang Ibu.

"Dia.... Dua puluh tiga tahun" Sahut Andin berbohong "Dia pemuda yang baik bu" lanjutnya.

"Oh ya? Kamu sudah dewasa Ndin, harusnya sudah tau kan mana yang baik kamu lanjutkan dan yang harus kamu tinggalkan?"

Andin menatap Ibunya lekat, mencari sebuah jawaban atas apa yang baru saja Beliau katakan. Lalu apa sekarang? Apa bersama Aldebaran adalah sesuatu yang harus dilanjutkan atau harus ditinggalkan?

*****

Aldebaran menyeruput kopi panasnya untuk mengawali pagi yang lumayan cerah ini. Melirik kearah meja yang ada disudut dapurnya. Kue kering itu masih ada disana dari beberapa hari yang lalu, tak ada niat sedikitpun baginya untuk mencicip kue tersebut.

"Berangkat Al?" Tanya Sang Ayah yang baru saja memasuki area meja makan.

"Iya, Yah"

"Kemarin si Michelle dateng kesini, kamu sudah tau kan?"

Al mengangguk sebagai jawaban.

"Masih inget dia alamat sini"

"Al berangkat Yah" Al bergegas pamit sebelum pembicaraan mengenai perempuan itu berlanjut semakin jauh.

Kakinya melangkah besar-besar menuju mobilnya, jangan sampai mendengar namanya kembali disebut membuat pagi harinya menjadi kacau.

Al menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang, tangannya menepuk-nepuk dahinya sembari menunggu lamput merah menyala.

Andin....

Tiba-tiba terlintas dalam benaknya nama gadis kecil itu, pagi ini ia belum mendapat kabar.

Tangannya sibuk mencari kontak Andin sembari matanya tetap fokus pada jalanan.

"Hai! Selamat pagi"

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang