Tentang cinta pada pandangan pertama sejujurnya terdengar menggelikan, bagaimana bisa ada manusia yang benar-benar jatuh cinta pada awal pertemuan?
Andin merebahkan tubuhnya ditempat tidur, terus menatap kartu pelajarnya yang seminggu lalu telah dibagikan, Wajahnya tidak aneh cantik seperti ekspektasinya. Apakah pemuda bernama Aldebaran itu benar-benar ingin berkenalan dengannya?
Sepertinya ini sudah sebulan, Andin tidak lagi bertemu dengan pemuda itu. Mungkin satu tahun lagi?saat ia membuat kartu pelajar baru?
"Andin, sudah rapih?" Ibunya berteriak dari luar kamar.
"Sebentar bu, lagi siap-siap" jawabnya kemudian menaruh kembali kartu itu kedalam dompetnya.
Hari Sabtu sore waktunya bermalas-malasan, meratapi nasib seorang jomblo yang sudah pasti ia habiskan didalam kamar untuk menggambar atau sekedar menonton film sampai ketiduran. Tapi hari ini Ibunya minta ditemani menjenguk tetangganya diRumah sakit, mau tidak mau, tentu ia harus mau.
****
Malam minggu.....
Aldebaran menatap layar komputernya yang penuh dengan angka, ia mengernyit sebentar sebelum jari-jarinya kembali bergerak diatas keyboardnya. Besok adalah hari libur, semua pekerjaan harus diselesaikan hari ini, agar besok ia bisa beristirahat dengan damai.Ponselnya berbunyi, mendapat sebuah pesan dari sahabatnya Angga.
Ck
Al berdecak kemudian tersenyum kecil melihat sebuah foto yang dikirim Angga. Foto Anak SMA yang waktu itu ia temui, siapa namanya?? Ahh Adinda?Andini?entahlah ia tak ingat persis.
'Sorry baru gw kirim skrg HAHA cantik kan''
"Iya"
"Deketin aja siapa tau dia mau sama om2"
"Sinting lo"
"Sugar Daddy🔥"
Iseng, Al memasang foto gadis itu sebagai wallpaper ponselnya. Tidak ada maksud, lagi pula mana mungkin mereka akan betemu lagi?
Waktu itu ia hanya menemani Angga bekerja, Angga bilang ia butuh asisten untuk membawa barang-barangnya, sialan memang, untungnya Al adalah sahabat yang setia. Itung-itung cuci matanya katanya."WOYY gambreng yo?yang kalah ambil makanan dilantai satu?" Teriak Rafa salah seorang teman Al, suasana agak riuh pasalnya sangat malas turun ke lantai satu untuk mengambil setumpuk makanan untuk kurang lebih sepuluh orang.
"Jangan curang woy"
"Woyy kalah kalah"
"Yang terakhir suit ya"
"Woooyy Al vs Bondol!!!!!" Rafa teriak histeris sambil tertawa.
"Al, lo sampe menang tega lo al sama gue! Tangan gue bisa sakit Al" Bondol atau Benny pemuda kemayu berteriak manja, Al pasrah terserah lah lagi pula mana bisa ia menang dari ratu suit si Bondolita ini.
"Satu... dua... tiga"
Suasana ricuh kembali mengetahui Bondol menang telak tiga kosong "Thankyou for the support All, tangan gue akhirnya ngga akan sakit lagi" Bondol pura-pura terharu yang dijawab gelak tawa teman-temannya.
Aldebaran bangkit dari kursinya, menyingsikan lengan kemejanya bersiap membawa pesanan makanan teman-temannya.
Al berada dilantai enam dimana semua ruangan khusus non medis. Ya, Aldebaran bekerja disebuah Rumah sakit, bukan sebagai perawat apalagi Dokter. Al menyebutnya sebagai Babu Rumah sakit, ketika hari Sabtu suasana akan lebih ceria karena petinggi-petinggi RS libur jadilah ia dan teman-temannya bisa sedikit bersantai, walau kerjaan tetap saja menumpuk.
"Pesenan lantai enam" ucap Al ketika sampai dicafetaria.
Al menoleh kearah parkiran disisi kanannya, terlihat ramai dengan awan yang sudah terlihat gelap. Ia mengecek ponselnya entah untuk apa, karena sudah pasti tidak akan ada notifikasi apapun. Melihat walpaper ponselnya kemudian mematikannya kembali.
Tak menunggu lama beberapa kantong plastik berisi makanan dan minuman sudah berada di tangan Al, Ia merutuki dirinya sendiri, Bagaimana bisa ia lupa memasukan ponselnya kedalam saku, jadilah ia ribet sendiri memegang ponsel dan kantong plastik yang banyak itu dikedua tangannya.
Satu...dua...
Ponsel Al jatuh tepat sebelum ia memencet angka enam pada lift, ahh sial! Al tergopoh berusaha meraih ponselnya sambil terus menyeimbangkan makanan dan minuman yang ia pegang agar tidak jatuh.
"Sorry" seorang gadis menyodorkan ponselnya pada Aldebaran.
"Terimakasih ya" Al meraih ponselnya yang menyala kemudian bergantian menatap gadis yang telah membantunya.
Gadis itu menatap Al seksama setelah melihat layar ponsel Aldebaran.
"Itu fotoku"
*******
Andin pamit ketoilet setelah beberapa menit berbasa-basi menemani Ibunya mengobrol, sebenarnya didalam kamar ini juga ada Toilet tapi Andin memilih pergi ke lantai satu hanya untuk berjalan-jalan sambil berniat membeli roti ditoko mini depan Lift yang ia lihat tadi.
Langit terlihat berarak menjadi gelap, terlihat indah dari pintu-pintu kaca rumah sakit. Ketika sebuah bayangan seorang pemuda kerepotan membawa kantong plastik ditangannya. Andin terdiam meremas tali tasnya, jantungnya berdegup kencang ketika pemuda itu berjalan semakin dekat....dan dekat.
Aldebaran
Andin memberanikan menoleh ketika pemuda itu berhasil melewatinya, kemeja dan rambutnya yang sedikit acak-acakan membuat Aldebaran terlihat sempurna dimata Andin. Matanya belum mau melewatkan gerak-gerik pemuda itu, dan ketika mengetahui ponsel Aldebaran jatuh, dengan sigap Andin berlari kecil menuju lift.
Wangi Aldebaran menyeruak di indra penciuman Andin, ahh tidak rasanya ia ingin pingsan sekarang.
"Terimakasih ya"
Andin mundur selangkah melihat wallpaper ponsel Aldebaran yang menyala, dimana ia pernah melihat foto itu?dimana? aahhh bodoh! Itu foto kartu pelajarnya!
"Itu fotoku" relfek Andin sambil menatap Al seksama.
Aldebaran terlihat syok mengetahui bahwa gadis diwalpaper ponselnya ada dihadapannya.
"Jangan salah paham, saya bisa jelasin" Al segera memencet tombol lift.
"Ikut saya sebentar"
Andin terdiam mengikuti Aldebaran keluar lift.
"Tunggu disini" suruh Al lagi.
Tak sampai lima menit Al kembali keluar menarik tangan Andin menuju sudut ruangan, Andin memperhatikan tangannya yang bersentuhan dengan tangan Al. Tanggal berapa sekarang?akan ia catat sebagai hari bersejarah, Bertemu lagi dengan Aldebaran bonus menyentuh tangannya.
"Maaf, tapi saya dapat foto ini dari teman saya. Angga yang kemarin foto kamu disekolah"
"Saya ngga bermaksud pasang jadi walpaper, saya cuma iseng dan sekarang akan saya ganti depan kamu" lanjut Aldebaran, sedikit panik.
"Aku ngga keberatan" Andin tersenyum " Gak usah diganti, kan aku uda izinin"
Aldebaran menarik nafasnya panjang, "Saya minta maaf"
"Aku maafin, tapi.... Kasih aku id lovagram kamu"
*****
Maaf jika ada typo🥺
With love,
Angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till We Meet Again
RomanceBerkisah tentang gadis bernama Andini Zahrantiara yang bahkan belum genap berusia tujuh belas tahun mencintai pemuda dewasa. Perasaan kagum itu perlahan mulai berganti menjadi rasa cinta. Sepuluh tahun. Jarak perbedaan umur mereka, mungkin bagi seba...