17- Dia datang, Kembali

773 160 22
                                    

Langit sudah berwarna jingga, Angin sepoi khas sore hari menemani Andin yang duduk diteras bersama Ibunya, Ditemani secangkir teh hangat dan kue kering. Sudah lama Andin tak bercengkrama seperti ini dengan sang Ibu.

"Ndin, Beberapa kali kamu sering pulang malam. Kemana dulu?"

Andin terbatuk ketika mendengar pertanyaan sang Ibu, ia menaruh cangkirnya kembali ke atas meja.

"Main sama Shilla" jawabnya berbohong.

"Shilla bisa naik mobil?"

Andin menatap Ibunya sekilas "Kadang pulangnya dijemput Mas Al hehe"

"Ayah mulai curiga, jangan terlalu sering seperti itu"

Andin terdiam, padahal ia juga tak terlalu sering pulang terlambat.

"Kamu pacaran?" Tanya Ibunya lagi.

"Ngga Bu"

"Terus hubungan seperti apa?"

Andin menggeleng, Tidak mampu menjawab pertanyaan Ibunya.

"Kamu sering murung, Jangan diterusin kalo ngga bikin bahagia" Ucap sang Ibu membuat Andin merasa tertohok.

Bukan, Bukan Aldebaran yang membuatnya seringkali murung sendiri. Ingin sekali ia menceritakan semuanya pada Ibunya, tapi tidak. Ia masih bisa menyelesaikan semuanya sendiri.
Nanti saat semuanya sudah selesai, Akan ia ceritakan betapa bahagianya Andin bertemu Aldebaran.

"Ayah gimana?" Tanya Andin mengkhawatirkan pandangan Ayahnya terhadap Aldebaran.

"Ayah.... Sedikit khawatir"

Andin mengigit bibir bawahnya, Ia juga khawatir.

Tak lama Ibunya pergi setelah menerima panggilan telefon, Dan lalu tinggalah Andin dengan perasaan anehnya. Entah mengapa rasa takut mulai menyelinap masuk kedalam hatinya. Rasa takut yang tak berarti.

Ponselnya berbunyi tanda sebuah pesan masuk, Dari grup kelasnya. Andin membacanya sekilas, pengumuman mengenai Penyuluhan Kesehatan dihari Senin, Dua hari lagi.

Sekolahnya memang sering mengadakan acara seperti ini, Biasanya petugas kesehatan akan menjelaskan semua hal tentang penyakit yang bisa saja dialami oleh kaum muda dan lalu akhirnya mereka akan belajar setengah hari. Bagus!

****
Pemuda ini melangkah dengan cepat masuk kedalam sebuah Restoran Ayam yang sedang ramai pengunjung. Matanya tertuju pada seorang wanita paruh baya yang sedang membantu karyawannya mempersiapkan pesanan.

"Rame Bu" begitulah sapaan Aldebaran pada Ibunya yang tengah sibuk.

"Iya, tunggu dalem aja. Ngga ada kursi kosong"

Tanpa basa-basi Aldebaran melangkah kearah tangga kecil disudut ruangan, Ruangan Ibunya yang biasa dipakai untuk beristirahat.

Sari Nuraga, Ibu Aldebaran adalah Pengusaha restoran Ayam disudut kota yang selalu ramai pengunjung. Bahkan walau bukan malam Minggu pun restoran ini tak pernah terlihat sepi. Namun malam ini sepertinya pengunjung sedang ramai-ramainya.

Aldebaran duduk disofa kecil sambil memainkan ponselnya, Jika dirumah ia merasa bosan maka ia akan kerumah Angga atau kesini, sedikit mengobati rasa bosannya, ingat! Sedikit.

Al merogoh ponselnya, berniat menghubungi Andin memberi tahu bahwa hari Senin ia akan berkunjung kesekolahnya.

"Hai!" Sapaan khas Andin terdengar.

"Sedang apa?"

"Tumben, Ada apa nih?" Tanya Andin sambil tertawa kecil.

"Cuma tanya"

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang