20- Remaja

803 183 24
                                    

Pengumuman baru saja disampaikan dari pengeras suara, Suara riuh mulai terdengar dari semua penjuru kelas Sepuluh dan juga Sebelas. Mereka diperbolehkan untuk pulang lebih cepat dibandingkan kelas Dua Belas yang akan melaksankan suntik Vitamin terlebih dahulu.

Andin memakai maskernya mencoba menyembunyikan wajahnya agar tak terlalu terlihat siswa lain, Sudah cukup banyak pertanyaan yang ia jawab didalam kelas, Ia tidak lagi mau menjawab pertenyaan dari orang lain.

"Bareng ngga?" Tawar Shilla.

Andin menggeleng "Gue naik bus aja"

"Ngga bareng Al?" Tanya Shilla sambil berbisik.

"Malu!"Jawab Andin sambil tersenyum kecil.

"Ck! Lo kuat ngga? Gue anterin sampe rumah"

"Yang ada lo malah bulak balik, Gapapa santai aja udah lama ngga naik bus" tolak Andin halus.

"Bener nih? Yaudah gue duluan ya? Motor gue paling depan susah ngambilnya. Lo hati-hati ya Ndin" Shilla pamit meninggalkan Andin sendiri.

Andin membuang nafas keras, Ia melihat pantulan lukanya dilayar ponselnya, sudah tertutup rapat tapi masih terasa berdenyut. Andin memakai sweater kebesarannya dan mulai berjalan keluar kelas.

Aldebaran menyuruhnya menunggu sampai pekerjaannya selesai, Tidak. Andin belum siap bertemu Aldebaran dan teman-temannya rasanya begitu malu.

Andin berjalan cepat menuju gerbang sekolah, Rambutnya ia gerai agar dapat menutupi wajahnya.
Gawat!
Didepan ada gerombolan Tim RS! Apakah ada Aldebaran diantara mereka? Andin tak bisa melihat begitu jelas dari arah sini.

***

Aldebaran dan Rafa berjalan menuju parkiran motor untuk mengambil kunci motor Rafa yang tertinggal disana.

"Lagian lo sembarangan" Marah Al kepada Rafa yang seringkali teledor.

Rafa datang sendiri dari rombongan membawa motornya kesini. Karena gabut tak ada Al, Irish dan Bondol diruangannya. Dan baru sadar kunci motornya tertinggal setelah tiga jam kemudian.

Al berjalan sambil memperhatikan ponselnya yang tak kunjung mendapat balasan lagi dari Andin, sekitar sepuluh menit lalu Al menyuruh Andin lagi menunggunya sebentar. Namun tak ada balasan, Telfonnya pun tidak diangkat. Kemana lagi gadis kecil itu?

Parkiran motor sangat ramai, Al membiarkan Rafa mengambilnya sendiri, Salah ia sendiri lupa menyimpan kunci motornya dan parkir dipaling ujung.

Al melihat sekelilingnya mencoba mencari keberadaan Andin, Nihil. Yang ia temui hanya gadis yang sering Andin tunjukan diponselnya, Namanya Shilla. Sahabat Andin. Haruskah Aldebaran bertanya padanya?

Shilla menyenderkan badannya pada batang pohon mangga sambil sesekali mengibaskan tangannya, Aldebaran mendekat.

"Shilla" ucap Al memastikan.

"Eh iya?"

"Temennya Andin kan?" Tanya Al.

"Iya"

"Tau Andin dimana?"

"Dikelas, tapi tadi mau pulang" jawab Shilla.

"Sama siapa?"

"Sendiri, naik bus"

*****

Andin menurukan maskernya, Mencoba menghirup udara lebih bebas lagi. Bus yang ia tumpangi sedikit lengang hanya ada beberapa penumpang, Membebaskan Andin untuk mencari tempat duduk paling nyaman, Disamping jendela.

Till We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang