prologue

5.7K 532 7
                                    


prologue
prologue

________________



Mobil hitam itu berhenti ditepi jalan dengan hujan yang membasahinya. Pengemudi di dalamnya mencoba menarik nafas panjang untuk menetralkan pikiran juga hati.

Beberapa jam sebelum ini suasana hatinya begitu baik, tapi setelah ke rumah eyang. Yang ia dapatkan malah kabar buruk. maybe for some of them, that was a good news. But, hellll no! for Gigi, that wasn't a good news. Baru mendengar satu kata yang keluar dari mulut eyang saja rasanya dia sudah ingin melarikan diri. Tapi, mengingat atittude seperti itu tentu akan dipandang jelek, terlebih lagi disana tidak hanya mereka berdua. Pastinya Gigi mengurungkan rencananya.

"Argggh, what the hell is thisss. Why should I marry someone that I've never meet?" Tanya Gigi pada dirinya sendiri. Ia sandarkan kepalanya pada sandaran kursi, memijat pelipis, dan memejamkan mata agar semuanya kembali jernih.

Damn. Seketika kepalanya mau pecah.



_________________



Mark hampir saja tersedak dengan segelas jus semangka kesukaannya. Siang ini ia habiskan di sebuah cafe outdoor sambil menikmati angin amerika yang mengusap kulitnya. Tak pernah lupa macbook juga satu notebook berisi kerangka kerangka novel coming soonnya.

"Dudeee, are you serious? No, I mean I don't wanna go married yet. Why dad want me to get married asap? Meanwhile you???" Ucap Mark pada orang diseberang sana.

Oh, barusan kakak laki lakinya menelpon dengan membawa berita yang menurutnya terlalu tiba tiba dan agak dipaksakan.

"Okay, I should go there. But, I dunno when I can go there. I mean, you know rite?" Ucap Mark lagi sambil berterima kasih pada pelayan cafe yang mengantarkan croissant pesanannya.

"Okay, I——" belum juga pemuda itu menutup telponnya, tapi kakaknya sudah menutupnya lebih dahulu.

Ia letakkan benda pipih biru tua tersebut tepat disamping gelas berisi cairan merah semangka. Tangkai kacamata yang sedari tadi bertengger dihidungnya pun kini sudah tergeletak didekat laptop. Tangannya memijat tulang hidungnya untuk menenangkan pikiran sehingga ia bisa kembali bekutik dengan project novel terbarunya.

"Jesus christ. How could I——dude..." pemuda itu menghembuskan nafasnya, membiarkan punggungnya bersetuhan dengan besi besi sandaran kursi.

________________


Lets get started it!
dont forget to tap likes and comment <3

[ netflixandmark, 2021. ]


Second Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang