invité inattendu
Unexpected guest_______________
Setelah Karina pulang, Gigi menatap Mark yang kini sibuk memainkan handphonenya di sofa. "Mark, maaf ya kalau kata kata Karina kayak gitu" sesal Gigi.
Mark mengangguk dan tersenyum. "Its okay, Jeno remind me before. aku juga minta maaf kalau tadi ucapan aku nyelekit" syukurlah, tadi ada Jeno yang bisa mendistraksi emosi Mark. Kalau tidak, mungkin yang terjadi canggung akan kembali meliputi dua manusia di ruang rawat inap tersebut.
"Kata Karina, di depan RS sana ada yang jualan batagor Mark" sahut Gigi mencoba mengkode pria yang kini sibuk mengetik dihandphonenya.
Mendengar kata kata Gigi, Mark terkekeh. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak peka dengan apa yang Gigi bilang. "Terus?" Yah, Mark mau menjaili wanita tersebut.
"Aku bosan sama makanan rumah sakit" kode Gigi lagi.
"Oh gituuu..." respon Mark santai, tapi senyum di wajahnya tak bisa dia tahan sama sekali. Dia mencoba menyibukkan dirinya dengan iPad yang kini menampilkan room chat dengan pihak publisher.
"Katanya juga ada yang jualan sate dibawah sana kalau malam" lapor Gigi sambil sesekali mencuri curi pandang pada Mark untuk melihat reaksi pria itu.
"hmm gitu" respon Mark lagi seadanya.
Tiba tiba bunyi ketukan pintu terdengar. Ternyata ada menu makan malam yang diantar oleh perawat. Mark pun menerima nampan tersebut dan tak lupa berterima kasih pada perawatnya.
Melihat nampan makan malam yang muncul, Gigi cemberut. Itu tandanya dia harus membujuk Mark lebih keras lagi agar bisa tidak makan makanan rumah sakit. Mendengar ulasan makanan diluar sana dari Karina bikin Gigi jadi ingin makan makanan cepat saji juga.
"Mark"
"Iya, Gi?"
"Kamu tau batagor kan?" Tanya Gigi.
"Hmmm, enggak. Kenapa emang?"
"Wah parah, kamu ga tau? Kamu harus tau batagor Mark. Batagor tuh enaaaaak banget. Ada baksonya, tahu gorengnya juga, terus dipakein saus kacang" jelas Gigi mencoba mengundang rasa tertarik Mark dengan mendeskripsikan setiap bahan yang ada disana, tak lupa kenikmatan bumbu batagor yang selalu berhasil mengunggah seleranya.
"iya, terus?" Demi apapun, Mark tidak tahan mejaili Gigi yang begitu girang menjelaskan makanan yang dia inginkan.
"Aku jelasin biar kamu bisa bayangin itu gimana. Sayang aja sih, di indo tapi gak pernah makan batagor" seru Gigi.
"Sate juga enak, ada saus kacangnya terus dicampur kecap. Terus kalau disambelin juga enak" urai Gigi. Matanya berbinar binar membayangkan sate gerobak yang tidak ada tandingannya.
"Nanti perutnya sakit lagi abis makan pedes" celetuk Mark.
Wajah Gigi yang tadinya berseri seri penuh harap kini jatuh cemberut karena ada saja alasan Mark untuk tidak menuruti kemauannya. Huh kira kira apa lagi ya biar mempang?
"Eh, bakso juga enak Mark biasanya. Malam malam gini kalau di rumah eyang, aku makan bakso tau" tidak, Gigi tidak boleh menyerah. Lidahnya terlalu bosan untuk merasakan makanan rumah sakit yang hambar.
"Kan kalau di rumah eyang, bukan di rumah sakit" respon Mark lagi. Dia mencoba menyembunyikan ekspresi jailnya dibalik iPad, kalau ketahuan nanti dia tidak bisa melihat betapa menggemaskannya wanita yang kini menatapnya penuh harap.
Gigi menyerah. Mark tuh terlalu pintar kayaknya, dia selalu saja punya celah untuk menyangkal kemauan Gigi.
"Risiko berhubungan sama penulis gini kali ya. Terlalu pintar" gerutu Gigi kesal sambil memindah mindahkan channel tv dengan kasar sebagai pelampiasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Date
FanfictionKetika Mark dan Gigi terjebak karena perjodohan keluarga, tapi masing-masing dari mereka memiliki kekasih. Lantas, bagaimana caranya agar mereka bisa bertahan dengan pasangan mereka masing-masing ditengah keterpaksaan yang keluarga mereka lakukan? "...