billet de concert

3.6K 330 39
                                    

billet de concert
concert tickets

_____________

"kamu udah bangun?" Gigi perlahan membuka matanya ketika mendapat Mark yang kini sibuk memainkan handphone disampingnya. Masih jam 7 pagi tapi Mark sudah membaca saja. ugh, too early.

"aku ngebangunin kamu ya?" Mark panik, takut kalau gerak geriknya membangunkan wanita tersebut. Gigi menggeleng pelan dan tersenyum kecil ketika melihat ekspresi panik Mark di wajah itu.

Mark segera meletakkan handphonenya di nakas sebelah kanan, kemudian menghadapkan tubuhnya pada Gigi yang sedang mencoba mengumpulkan nyawa. "tumben bangunnya cepet" ucap Gigi.

"aku sebentar ada meeting sama salah satu publisher yang mau nerjemahin buku terbaruku. Mumpung aku disini, jadi ketemu langsung" jawab Mark.

Gigi hanya mengangguk paham, matanya sibuk memerhatikan setiap lekukan sempurna yang Tuhan buat di wajah Mark. Lekukan yang membuat pria itu begitu tampan dan enak dilihat. Tidak seganteng pria pria anime atau korea memang, tapi bisa berhasil menarik banyak kaum hawa mendekat.

"muka aku aneh ya?" tanya Mark ketika melihat Gigi terus memerhatikan wajahnya.

Gigi menggeleng. Tangan kanannya terangkat mengusap wajah Mark dengan pelan. "kumis dan brewok kamu udah mulai tumbuh" ungkap Gigi mengusap pelan rahang Mark yang mulai ditumbuhi rambut rambut halus.

"iya, jelek ya?"

Wanita itu kemudian menggeleng lagi dan mengirimkan senyum pada pemilik wajah yang dia puja. "nope, still the same. But, you look sexier than usual" aku Gigi yang berhasil membuat Mark tersenyum salah tingkah juga malu.

"hahaha, Am I look sexier with that?" tanya Mark memastikan

"yes. Suka lihatnya"

"tapi mau aku cukur sebentar karena mau meeting formal sama pihak publisher" kata Mark melepaskan tangan Gigi yang ada di wajahnya agar bisa menggenggam tangan tersebut.

Berbeda dari reaksi yang Mark kira, Gigi malah tersenyum lebar, matanya terbuka seakan sudah 100% sadar. "beneran mau dicukur?" ucapnya girang.

"hm, you like it?"

"boleh aku cukurin ga?" seru Gigi dengan senyum yang tak kunjung pudar.

Mendengar respon Gigi, Mark tak menyangka kalau sebenarnya Gigi begitu menginginkan hal tersebut, tapi tak berani dia ungkapkan. Dasar Gigi si gengsi, padahal udah jadi suami juga. Mark pun hanya bisa terkekeh dan mengangguk setuju atas keinginan Gigi.

Setelah sejam-an mereka habiskan dengan cuddle di pagi hari, kini Gigi sudah duduk bersila di meja wastafel mereka sambil menunggu Mark menyelesaikan pembicaraannya dengan managernya di telpon. Tak butuh waktu lama, Mark pun muncul dengan satu handuk putih yang tersampir di bahu kanannya.

"kamu beneran pengen nyukur ini?" tanya Mark lagi untuk meyakinkan Gigi atas keinginannya sejam yang lalu.

Gigi mengangguk yakin, ia melingkarkan kakinya pada pinggang Mark yang kini berdiri tepat dihadapannya. Mark pun mendongak agar memudahkan Gigi mengoleskan krim pembersih di sekitar bibir juga rahang. "babe" panggil Mark memecah keheningan di kamar mandi.

"kenapa?" tanya Gigi dengan tangan yang begitu sibuk.

"tau gak sih, di rumah sakit kemarin..." Mark pun menceritakan satu cerita yang belum sempat ia beritahukan pada Gigi. Tentang Anna yang menitipkan salam juga doa buat kesembuhan Gigi hari itu.

"dia bilang kamu beruntung punya aku" lanjut Mark.

"she told the truth" respon Gigi kini menatap dengan jelas wajah Mark, memeriksa ia tidak meninggalkan satu bagian pun untuk di olesi krim cukur

Second Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang