une fleur et un cadeau

2.3K 345 26
                                    

une fleur et un cadeau
a flower and a gift

____________________

Di malam yang hujan deras itu, akhirnya Mark memilih untuk mampir di apartement Gigi. Langit makin gelap, hujan pun semakin deras, membuatnya tak punya pilihan lain selain menerima tawaran Gigi. Jalan pun semakin licin, cukup berbahaya bukan untuk berkendara?

Keduanya naik ke lantai 10F, tempat unit apartement Gigi berada. 2508, Angka itulah yang tertera tepat di pintu unit Gigi. Tanpa berlama lama, Gigi memasukkan pin apartementnya yang disusul bunyi kunci yang terbuka. "ayo masuk" ajak Gigi pada Mark yang sejak tadi mengekorinya tanpa sepatah katapun. Padahal pria itu biasanya akan terus membuka pembicaraan diantara mereka. entah dengan conversation yang serius atau sekadar random question yang menurutnya aneh tapi juga lucu. 

Setelah Mark memasuki apartement itu, matanya dengan segera mengobservasi unit tersebut. Benar yang ada di pikirannya, Gigi tidak menggunakan unit apartement yang besar atau mewah seperti kalangan se-kelasnya——kalangan kalangan super kaya yang biasa menghabiskan banyak uang dalam sekali belanja. Apartement itu bisa dikategorikan sederhana dengan ukuran yang tidak kecil dan tidak juga besar, cukup untuk menampung setidaknya 2-4 orang manusia.

"duduk aja dulu, wanna some drink?" tanya Gigi menoleh pada Mark yang sibuk memerhatikan setiap sisi apartementnya.

"boleh"

"whisky? wine? or?" tawar Gigi.

"Gi, gue nyetir" ungkap Mark tersenyum kecil mengingatkan Gigi.

"owh, you can sleep here. Udah malam banget, hujannya masih deras" tawar Gigi lagi lalu menghilang menuju satu ruangan kecil dipojok sana yang Mark yakini adalah dapur.

Ada satu yang menarik perhatian pria itu. satu sisi yang begitu berharga mungkin bagi Gigi. Sisi dinding yang dipenuhi bingkai bingkai foto yang tertata rapi dengan ukuran yang sama. Setiap bingkai terisi dengan berbagai jenis foto. Ada foto Gigi sendiri yang berlatar jalan 5th Avenue di Brooklyn——jelas saja Mark tau tempat itu, ada Gigi dengan seorang gadis tinggi, Gigi dan kedua kakaknya di NYC Time Square, ada pula foto Gigi kecil yang menurut Mark sangat menggemaskan, dan terakhir ada foto Gigi bersama eyang Wijaya.

"Udah puas lihat foto fotonya?" suara wanita itu muncul disamping tubuh Mark yang sedang mengamati seksama setiap foto yang terpanjang. 

Mark menoleh, "lucu" komen Mark.

"apanya?" 

"lo. yang masih kecil itu" tunjuk Mark pada bingkai dengan foto gigi kecil yang sedang merayakan ulang tahunnya di McD.

Gigi tertawa "thank you, gue emang lucu sih dulu" ujar Gigi lalu berjalan menuju sofa putih miliknya.

"sekarang juga masih lucu" tutur Mark ikut duduk di Sofa bersama Gigi. Segelas Teh hangat tersaji di coffee table ruang tengah. 

"apaan deh, but once again, thank you" Gigi mencoba tertawa agar bisa menutupi salting yang entah sejak kapan merasuki dirinya. Tangannya lalu meraih remote tv untuk mengisi keheningan di ruang tengah. Dia sedang tidak punya topik untuk dibicarakan, Mark sibuk menikmati hangatnya teh, jadi satu satunya cara mengisi kekosongan disana ya memutar tv.

"ada bunga tuh" tunjuk Mark pada satu buket bunga yang tergeletak rapih diatas sofa tunggal disisi kanan mereka. Dengan cepat Gigi menoleh pada arah yang ditunjuk pria disebelahnya. 

oh, kenapa dia tidak sadar kalau ada sesuatu disana? batinnya.

Satu buket bunga lily putih yang terikat rapih dan satu box oreo pocky kesukaannya. Gigi tersenyum lebar ketika menyadari dari siapa bunga itu. siapa lagi kalau bukan Aji? Aji tau semua yang dia suka, bahkan hal hal kecil sekalipun batin Gigi lagi ketika melihat kartu nama yang tertera diantara selipan bunga lily tersebut. Bunganya masih fresh, belum layu atau membusuk membuat Gigi semakin yakin, Aji Haris Hartono baru saja menghampiri apartementnya untuk meletakkan semua ini.

Second Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang