rencontre interdite
forbidden meeting_______________
"jadi, kamu makan siangnya sama klien?" tanya Mark pada orang yang menjadi lawan bicaranya di telpon. Itu Gigi, wanita yang berhasil membuatnya memutuskan untuk tidak melanjutkan perjanjian kekanak kanakkan mereka di awal pernikahan dulu. Wanita yang begitu yakin kalau mereka memang ditakdirkan untuk bersama, bagaimanapun cerita awal mulanya.
"hm, maaf ya" balas Gigi dengan suara penuh sesal.
Mark menggeleng. "its okay babe, tapi pastiin kamu makan ya. Jangan gak makan" tegur Mark. Yap, semenjak keputusan mereka di rumah sakit seminggu lalu, Mark jadi sering memanggil Gigi dengan subjek babe dibanding namanya sendiri. Bahkan bisa jadi, Mark lupa nama Gigi sekarang.
"iya Mark. nanti kalau aku makan, aku kirimin fotonya biar kamu percaya" respon Gigi yang disusul sama kekehan karena mendengar kekhawatiran prianya.
"yaudah, have a nice lunch babe. You can call me up, if you need something" ungkap Mark.
"you too, markiee" jawab Gigi.
Setelah telpon keduanya terputus, Mark menghembuskan nafas panjang juga menyandarkan tubuhnya pada sandaran mobil. Kenapa macet Jakarta tidak bisa berkurang sih? Padahal kan kendaraan umum sudah banyak. Entah berapa kali mark mengeluh soal macet Jakarta selama tinggal di ibukota ini, dan entah berapa kali Gigi tertawa mendengar keluhan itu saking seringnya. Pukul 11.23 WIB, Mark terjebak di salah satu jalan yang macet, membuatnya sedikit kesal karena harus berlama lama di dalam mobil dengan durasi waktu yang ambigu.
Macet Jakarta selalu berhasil mengundang emosi. Melelahkan.
Saat sedang menikmati lagu lagu Justin Bieber di audio mobil, tiba tiba suara Justin berubah menjadi deringan ringtone handphone Mark. Ia pun segera menerima telpon tersebut lalu menempelkan batangan biru ke telinga.
"iya, Jadi. Gue kejebak macet" jawab mark singkat pada orang diseberang sana.
"hm, I Know" ucap Mark lagi.
"iya, pilih duluan aja" balas Mark lagi.
Pembicaraan yang cukup singkat itu pun terputus menghasilkan perasaan Mark yang agak gelisah. Dia gelisah karena semua ini dia lakukan tanpa sepengetahuan Gigi, karena kalau Gigi tau, bisa jadi mereka akan perang dingin. Padahal Gigi sudah berkali kali mengingatkannya bahkan memberikan warning pada Mark, tapi tak juga Mark lakukan.
Untung saja, sebelum jam makan siang datang, mobil Mark berhasil terparkir sempurna di salah satu cafe di kawasan Jakarta Pusat. Netra coklat dibalik kacamata itu kini sibuk melihat sekeliling cafe, mencari orang yang akan dia temui siang ini. Tak butuh waktu yang lama, Mark bisa menemukan orang yang punya janji dengannya. Hanya dengan mengenali seragam kantor orang tersebut, Mark bisa langsung mengenalinya.
"sorry, Ji. If I made you wait for a long time" ucap Mark menerima uluran high five pria berseragam bank swasta Indonesia.
"its okay, gue juga baru banget tiba" ucap Aji.
Orang yang Gigi wanti wanti untuk tidak Mark temui adalah Aji, mantannya sendiri dan juga bisa dibilang sebagai selingkuhannya saat sudah menikah dengan Mark. Sehari setelah Gigi keluar dari rumah sakit, Mark pernah bertanya soal dia yang ingin bertemu dengan banker itu. Namun, yang Mark dapat hanya penolakan mentah mentah Gigi. Katanya sih dia tidak mau ada ribut lagi diantara merea bertiga. "kalau ada yang kamu mau tanyai soal Aji, just ask me then." Itulah kalimat yang selalu keluar dari mulut Gigi setiap Mark menjadikan Aji sebagai topik pembicaraan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/285961567-288-k461521.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Date
FanfictionKetika Mark dan Gigi terjebak karena perjodohan keluarga, tapi masing-masing dari mereka memiliki kekasih. Lantas, bagaimana caranya agar mereka bisa bertahan dengan pasangan mereka masing-masing ditengah keterpaksaan yang keluarga mereka lakukan? "...