Ce n'est pas ma faute

2.9K 331 26
                                    

Ce n'est pas ma faute
it's not my fault

___________________


Sinar matahari mulai menembus tirai jendela di pojok kamar, perlahan menyinari ruangan Gigi. Mark keluar dari kamar mandi sambil membasuh rambutnya yang baru di keramas. Karena seharian kemarin sejak dari bandara, Mark benar benar tidak mengganti baju, maka pagi ini Pria itu memutuskan untuk mandi dan keramas.

"loh, udah bangun?" tanya Mark ketika melihat Gigi sudah terjaga sambil memerhatikan pemandangan pagi dari ranjangnya.

Jam menunjukkan pukul 7.30 pagi, matahari diluar sana sudah terbilang cukup terik menyinari Jakarta. "iya" jawab Gigi.

Mark pun berjalan mendekati tubuh terbaring itu. Tangannya dengan otomatis menyentuh dahi Gigi untuk memgecheck suhu tubuhnya. "masih pusing?" tanya Mark sambil menarik tangannya.

"gak terlalu kok" jawab Gigi lagi.

"dokter mau check up pagi sebentar, mau sarapan dulu?" tawar Mark menunjuk nampan baru yang 30 menit lalu diantarkan petugas rumah sakit.

Gigi menggeleng pelan, rasanya dia masih kenyang dengan pudding semalam. Melihat respon Gigi, Mark menghembuskan nafas panjangnya. Jurus apa lagi yang harus dia keluarkan agar wanita itu mau makan. "Mau dijajanin apa?" tawar Mark.

Kedua sudut bibir Gigi terangkat mendengar perkataan Mark. "Boleh jajan?" Ternyata benar, Gigi tidak mau makan karena dia tidak suka makan makanan rumah sakit. Padahal, menurut Mark, makanan RSPI cukup enak dibanding bayangannya.

"tapi makan makanan rumah sakit juga ya" bujuk Mark.

Bahu Gigi menurun, semangat yang baru saja muncul seketika hilang lagi setelah mendengar persyaratan Mark. "only two choices, Gi. Mau jajan plus makan makanan rumah sakit atau ga sama sekali?" Ah, kalau begini Gigi memang harus ditegasi.

"ga seru" kilah Gigi.

"padahal makanannya enak loh Gi" bujuk Mark lagi sambil melihat menu sarapan kali ini. Nasi goreng spesial dengan dua jenis buah berbeda serta teh hangat di cangkir.

"itu dicampur obat, pasti markiee" keluh Gigi mengingat dia pernah makan pudding pink rasa sanmol di salah satu rumah sakit saat kecil.

"biar cepat sembuh dong." Seru Mark lalu duduk di sisi ranjang Gigi dan menyalakan tv. TV dinyalakan, tapi mata pria itu sibuk memerhatikan Gigi.

"rasanya aneh" tolak Gigi.

"its just your suggestion" ungkap Mark.

"ih tap——" kata kata Gigi terpotong dengan suara ketukan pintu yang disusul dengan suara perawat.

"check up dokter" Seru perawat wanita itu yang berjalan dibelakang dokter pria yang sudah berumur.

"Pagi, Gigi ya?" tanya dokter tersebut.

Gigi mengangguk ramah menyertakan senyum lebarnya. Perawat lainnya sibuk mengecheck laju cairan infus sedangkan dokter memeriksa detak jantung Gigi dengan stetoskopnya. Tak lama setelah itu, perawat satunya memeriksa suhu tubuh Gigi dan menuliskan hasilnya pada kertas yang dipegang.

"Udah sarapan?" tanya dokter Fadil. Yap, nama dokternya dokter Fadil, dilihat dari name tag di saku kanan jas putihnya.

"belum dok, dianya malas makan" aku Mark yang membuat Gigi menatap sinis Mark.

"waduh, kalau malas makan, gimana bisa pulang. Padahal bagus, demamnya udah turun dibanding yang kemarin, terus detak jantung juga normal, asam lambung juga udah normal. Makan ya? Biar maagnya ga kambuh lagi" saran dokter Fadil.

Second Date Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang