THEIR MERMAN

1.8K 134 11
                                    

...

"SEAN?!"

Anna melihat sesosok siren ada di balik dinding kaca itu. Tidak, tidak sepenuhnya dengan wujud yang sama seperti yang ia lihat sebelumnya. Kulit yang keras, wajah yang menyeramkan, taring-taring tajam. Namun sosok ini lebih lembut, wajah dan kulitnya benar-benar manusia, hanya setengah badannya ke bawahlah yang berupa ekor ikan dengan sisik indah yang sesekali mengkilap terkena cahaya lampu.

"Jika tekanan airnya tak terlalu tinggi, dia masih terlihat tampankan?" Tommy tiba-tiba menghampiri Anna.

"Paman Tom?" Anna menoleh sekilas pada pria itu sebelum kembali berpaling ke arah kaca.

Tommy mengusap dagunya. "Dialah yang tadi siang kumaksud ingin bertemu denganmu."

"Dia.. dia Sean.."

"Ya dia Sean, keponakanku, Sean Alex. Kau merindukannya?"

Anna meneteskan air mata. Kata-kata mulai sulit terucap dari bibirnya. Sementara Tommy justru tersenyum. "Memangnya siapa yang kau temui barusan? Daniel? Dia dan temannya memang sering berkunjung kemari sejak kalian kembali dari Hatteras. Kelihatannya dia mencarimu, dia tahu kau juga sering datang ke sinikan?" Tommy melambai ke arah kaca ketika sosok yang mereka amati, berenang mendekat dan tersenyum pada mereka.

Anna tak bisa berhenti menjatuhkan tangis harunya. Ia mendekati kaca pula, tangannya dengan agak gemetar meraba ke permukaan bening itu seakan membelai sosok di baliknya.

Sean membalas sentuhan tersebut, tangannya yang diselimuti selaput-selaput halus ia letakkan di sana juga. Membuat Anna semakin menjadi dengan perasaannya, menangis dan tertawa hampir bersamaan. 

"Sean.."

"Kau bisa gila jika seperti ini." Sahut Tommy pada Anna. "Kenapa tidak bergabung saja dengannya?"

"Bergabung?" Anna menyeka air matanya.

"Ya, bergabung. Masuklah ke Aquarium itu juga, sapa dia, peluk erat dia agar tak menghilang lagi." Bisik Tommy sambil cekikikan. Ia kemudian menyodorkan satu stel kostum yang dulu sering Anna gunakan untuk tampil. Kostum mermaid dengan kilau ekor keemasan. "Jangan lupa pakai pakaianmu yang ini, kalian.. akan terlihat sangat serasi."

....

Saat itu, Sean dan Anna akhirnya menghabiskan waktu bersama. Bermain dan berenang-berenang di balik hangatnya air dan pemandangan bawah laut buatan yang dihias oleh terumbu-terumbu karang dan ikan-ikan cantik.

"Kenapa kau baru menemuiku?" Tanya Anna ketika mereka naik ke permukaan. "Apa terjadi sesuatu denganmu?"

Sean yang juga ikut muncul ke permukaan, sebenarnya tak ingin menjawab. Apa yang terjadi setelah ia menyelamatkan gadis itu sangat mengerikan. Peristiwa tersebut akan mengganggu momen manis mereka jika ia menceritakannya. Bukan kisah yang bahagia setelah Sean jatuh kembali ke lautan kala itu.

"Sean?" Anna menyenggol lengan pemuda itu.

"Aku tidak ingat." Jawab Sean singkat.

"Kau tidak ingat apa yang terjadi? Gawat, pasti ada hal yang sangat-sangat buruk terjadi denganmu saat itu. Dulu kau juga pernah tak ingat apapun saat aku pertama kali menemukanmu di Hatteras." Gadis itu diam sesaat, tampak berpikir. "Apa.. saat itu kau juga melupakan aku? Benar-benar lupa?" Tanya Anna dengan suara pelan, hampir berbisik.

"Maafkan aku." Sean perlahan memeluknya, menghentikan serentet pertanyaan yang jawabannya tak ingin ia bahas sama sekali. Namun, tindakan itu justru membuat Anna terkejut.

Pelukan? Sean? Seperti taman bunga tulip yang mekar memenuhi bukit, hati Anna seperti tak terlihat lagi oleh kelopak tulip yang merekah di bawah cahaya sang mentari. 'Sean,' Tak kuasa dengan gejolaknya yang membara, Anna tiba-tiba memberi ciuman di bibir Sean. Sean yang awalnya terkejut dengan tindakan gadis itu, perlahan mencoba menerimanya dan bahkan, membalasnya lebih intim hingga mereka pun akhirnya sama-sama tenggelam dalam gejolak hati yang seperti menyatu oleh suasana.

"Sean, ayo kita... Kawin." Bisik Anna di tengah-tengah momen manis tersebut.

Namun, entah mengapa, Sean mendadak mengakhiri ciuman mereka, melepaskan Anna.

"A.. Ada apa?" Anna bingung. Sementara Sean cuma memandanginya, membuat gadis itu menjadi gugup. 'Apa aku salah bicara? Kawin?' Anna menyumpahi dirinya sendiri. 'Dasar bodoh!' Ya ini memang masih musimnya, tapi apakah pantas? 'Maaf.'

Melihat gelagat Anna yang tak karuan, Sean tersenyum. "Kawin," Katanya meraih tangan Anna. "Kupikir.. kita harus menikah terlebih dahulu sebelum kawin. Tapi menurutmu, apa ada pendeta yang mau menikahkan seorang wanita cantik dengan seekor ikan air asin sepertiku?" Godanya.

*****

"Ibu, menurut ibu, apa dia benar-benar akan kawin?" Tanya gadis berambut hitam itu sambil mengamati jalanan yang melintang di pinggiran pantai tempat di mana ia saat ini berdiri.

Kakinya yang sesekali dihempas oleh ombak laut, terasa seperti diseret untuk kembali masuk ke dalam air, namun ia lebih kokoh mempertahankannya.

"Jika Sean jadi mengawini wanita manusia itu, aku sungguh tak rela." Ujarnya dengan merengut.

'...Kau tidak boleh begitu, dia kakakmu...' Sebuah suara muncul dari arah lautan, menanggapi kalimat gadis setengah telanjang itu. '...Sekarang lebih baik kau pulang. Ayahmu mencarimu, dia ingin mengajarkanmu bagaimana cara berburu lagi menggunakan perangkap yang baru dia buat...' Meree membenamkan badan makin dalam hingga garis air menyentuh dagu.

"Tidak. Aku tidak mau kembali ke lautan. Aku ingin menyusul Sean!" Gadis itu makin merengut. "Dan lagi, ayah tidak bisa berburu. Dia cuma mengandalkan perangkap dan perangkap, itu membuatku pusing."

'...Sienna!...'

"Aku ingin kawin saja bu, dengan Sean! Malam ini adalah malam kawin kita bukan?"

'...Kubilang dia kakakmu!..."

"Memangnya kenapa? Semua siren boleh kawin dengan saudara sendiri."

'...Tapi ayahmu melarangnya. Ingat? Jika memang ingin kawin kau harus mencari pejantan lain...'

"Ayah cuma manusia, William cuma manusia. Dan itu peraturan untuk manusia, bukan untuk kita. Lagi pula, di lautan tidak ada yang menyukaiku! Ibu lihat? Wajah dan setengah tubuh bagian atasku sangat mirip dengan ayah, dengan manusia, hanya ekorku saja yang mirip denganmu! Para pejantan di bawah sana akan memperlakukanku dengan buruk. Ibu tak ingat apa yang terjadi dengan ayah?"

'...Kau berbeda dengan ayahmu. Paling tidak mereka masih dapat mendeteksi kalau kau benar-benar seekor siren. Kau putriku, KAU SEEKOR MERMAID..' Meree meraung seakan memberi gadis itu peringatan untuk menuruti perintahnya.

"Tidak! Pokoknya aku harus kawin dengan Sean! Jangan merusak pesta kawin pertamaku!"

'...Sienna! Ayahmu-...'

'"Aku tidak peduli dengan larangan Ayah!"

'...Baik. Jika kau tak mau peduli, bicaralah sendiri dengannya...'

"Oke, aku akan bicara dengan ayah. Aku tidak takut. Dan jika dia tetap tidak mengijinkannya, AKU AKAN KAWIN SAJA DENGANNYA, KAWIN DENGAN AYAH! BAGAIMANA?!" Ujar gadis itu berjalan menerjang ombak dengan kesal, masuk dan menyelam ke lautan.

Saat itu juga, kedua kakinya perlahan mulai menyatu, berubah menjadi ekor ikan berwarna kelabu dengan sisik-sisik kecil yang mengkilap. '...Ibu, kau tidak keberatan berbagi pejantan denganku kan?...'[]

-

THEIR MERMAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang