Anna, hampir satu jam yang lalu ia meninggalkan tempat itu setelah Sean mengatakan kalau ia ingin sendirian untuk beberapa saat. Angin berhembus sedikit lebih kencang ketika waktu menunjukkan telah lewat tengah malam. Hawa dingin semakin menyeruak menyelimuti tubuhnya yang tetap saja tak ia hiraukan. Rasa nyeri di tangannya sudah tak separah tadi. Mungkin dalam hitungan hari, atau minggu, akan cepat membaik. Sembuh perlahan-lahan jika saja James Brenner, ilmuwan tak waras yang akan ia temui esok hari itu, tak melakukan hal gila lainnya padanya, pada tubuhnya, meski kedengarannya itu sangat, mustahil.
Sean menoleh ketika tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. Kyle, pemuda itu mendekati Sean dan berdiri sembari menyandarkan badannya ke pagar balkon.
"Hei dude, kau tidak tidur?" Sapanya basa-basi.
Sean, jujur ia agak terkejut dengan kehadiran pria blonde itu. Kyle. Hubungan mereka terkesan tak baik sejak mereka bertemu pertama kali, Sejak Sean membuka matanya. Namun sekarang, ia mendapati putra keluarga Thompson itu menghampirinya? Menyapanya dan bersikap ramah?
"Aku tidak bisa tidur." Jawab Sean singkat.
"Kau bisa sakit jika kurang istirahat."
"Aku memang sudah sakit." Sean memutar pelan pergelangan tangan kirinya. "Kau sendiri, kenapa tidak tidur? Dan kenapa kemari? Kau tidak takut padaku? Kau bilang aku seekor Monster." Sambungnya.
Kyle tersenyum kecil, sejenak ia tak menjawab pertanyaan Sean yang terdengar seperti sindiran itu. Pria muda itu justru merogoh sakunya, mengeluarkan sesuatu dari dalam sana, sebungkus rokok. Ia lalu menariknya, menjepit dengan dua jarinya dan mematikkan api. Kepulan asap putih terhembus ke udara saat ia mulai menikmati itu.
"Kau mau rokok?" Tawarnya.
"Aku tidak merokok. Terimakasih." Jawab Sean.
Kyle mengangguk kecil mendengar jawaban manis itu. Ia kembali menikmati batangan tersebut. Menghirup dan mengepulkan asapnya sebelum ia kembali berbicara.
"Aku takkan pernah takut lagi padamu Monster." Kyle melirik tangan kiri Sean yang terbalut perban. Samar-samar masih terlihat bercak darah di sana. "Kau monster yang terluka sekarang, memang apa yang bisa kau lakukan?!" Ia tertawa. "Lagipula, jika kau mau, kau bisa saja menggunakan kuku-kuku mengerikanmu itu, kuku-kuku tajammu itu untuk merobek-robek mulutku, menyerangku, saat kita berada di pantai. Benarkan?" Kyle menghentikan tawanya.
"Jangan pernah berpikir aku akan melakukan itu." Sahut Sean.
"Kuharap memang tidak. Kau hanya Monster ciptaan. Bagaimanapun, aku tahu kau masih memiliki sisi kemanusiaan-mu. Kau bukan binatang. Kau takkan mampu melakukan itu." Kyle berbicara lebih santai. Namun isi kalimatnya tersebut, membuat Sean agak tersentak.
"Maafkan aku Sean." Sahut Kyle lagi. "Maaf karena sikap kasarku padamu beberapa waktu ini."
"Kau...-"
"Aku mendengar semua perbincanganmu dengan adikku, Anna." Pemuda itu menghisap rokoknya lagi, mengepulkan asapnya ke udara. "Dan, aku melihat bajing*n yang mendatangi rumah ini, orang tengik yang membuat luka itu padamu. James Brenner?" Kyle melirik tangan kiri Sean sekali lagi. "Setidaknya sekarang aku tahu sedikit apa yang terjadi padamu. Pada keanehan yang kau miliki.."
Mereka terdiam beberapa saat. Sekali lagi, itu mengejutkan. Kyle mengetahuinya? Bagus. Ia benar-benar tak menyangka.
Sean hanya tersenyum. "Lalu bagaimana menurutmu? Bukankah ini semua konyol?"
Kyle diam, tak mengatakan apapun. Tak ingin menyinggung Sean dengan kata-kata apapun, ia lalu melampiaskannya dengan menghisap lagi rokoknya. Menghisap hingga kesunyian mulai menyelimuti mereka lagi dan, sesuatu mendadak melesat ke kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...