...
"Sean?" Anna terkejut dengan siapa yang ia lihat, lelaki itu. "Sean kau di sini?"
"Anna?"
"Astaga Sean. Aku.." Gadis itu tak dapat berkata apa-apa lagi. Sean, tak salah lagi, lelaki di depannya itu adalah Sean. Ia benar-benar tak menduga.
Sementara untuk Sean sendiri, sama seperti Anna yang tak menyangka akan pertemuan itu, ia segera mengajukan pertanyaan dengan suara pelan. "Anna, bagaimana bisa kau ikut kemari?" Katanya sembari turun dari pagar setinggi satu meter di mana ia duduk.
Sean masih ingat benar saat menyuruh Anna untuk tak terlibat dengan semua ini, yang tentu demi keselamatan Anna sendiri. Lalu sekarang.. mereka bertemu kembali di sini?
Pemuda itu tak beranjak dari tempatnya saat Anna melangkah lebih dekat. Menghampirinya hingga jarak di antara mereka kini hanya sekitar tujuh kaki.
"Aku.. Ya, aku meminta ibuku, Natalie mengijinkanku ikut kemari." Jawab Anna.
Gadis berbalut blus putih dengan jacket kulit hitam itu kemudian terdiam beberapa saat. Entahlah, ia seperti tak sanggup berkata apa-apa lagi selanjutnya. Terlalu banyak hal yang ingin ia sampaikan pada lelaki muda di depannya sekarang selain menanyakan kenapa Sean sendiri tiba-tiba juga ada di atas kapal ibunya. Namun rasanya sangat berat, ia bahkan tak tahu harus memulai darimana.
Sean yang seakan tahu tentang kegelisahan Anna, hal-hal yang berkutat di pikiran gadis itu mengenai dirinya, juga terdiam ketika purnama di atas mereka membuat semuanya seolah makin berbeda.
Sean, mendadak merasakan lagi gelora besar dalam dirinya ketika memandang lebih jauh sosok Anna di bawah benda penerang tersebut. Kesunyian di antara mereka berdua menjadi celah yang tepat untuk energi besar tersebut terus merasuk selama mereka saling berhadapan.
"Harusnya kau tak kemari. Malam ini sangat berbahaya."
"Aku tak bisa lakukan itu."
"Kenapa?"
"Aku tak bisa meninggalkanmu begitu saja, Sean." Jawab Anna. "Selain aku ingin mengetahui kenyataan yang sebenarnya, tentang siapa saja orang-orang yang terlibat dengan kasus ini. Aku, aku juga tetap ingin melakukan apapun sebisaku, untukmu. Seperti yang pernah kukatakan. Aku tak ingin ibuku atau yang lain melakukan hal-hal buruk terus menerus. Aku sangat mengkhawatirkanmu. " Anna mendadak terdiam beberapa saat, menarik dan menghembuskan nafas sebelum menyambung kalimatnya lagi. "Aku.. Aku benar-benar tak bisa melepaskanmu, dalam pikiranku, Sean."
Sean membuang pandangannya ke lautan yang gelap mendengar itu. Kata-kata manis Anna, damn it! Sepertinya akan memperburuk kondisinya, hasratnya. Bukan saat yang tepat untuk berbicara dengan kata-kata mendalam seperti itu sekarang.
Sean menguatkan hatinya menoleh lagi pada gadis itu. "Terimakasih untuk kepedulianmu. Kalau begitu, jika kau benar-benar ingin membantuku, lebih baik sekarang kau pergi pada ibumu, tetaplah dekat dengannya. Minta pengawalan lebih untuk menjaga kalian berdua selagi kau mengawasi wanita itu, dan James, agar tak lepas kendali." Sean mundur selangkah, menjauhi Anna, beranjak dari sana dan hendak mencari tempat di bagian lain kapal untuk memfokuskan diri kembali pada apa yang akan terjadi malam itu. Namun, belum sempat ia melakukannya, Anna cepat-cepat menahannya.
"Sean," Gadis itu menggenggam tangannya. "Aku sudah bilang aku tak ingin meninggalkanmu. Bisakah kita tetap bersama? Kau takkan selamat jika mereka berhasil menemukanmu. Tapi, jika aku berada di pihakmu, di sisimu, setidaknya ibuku takkan berani melakukan apapun padamu. Bahkan mungkin, ia akan melindungi kita dari, Alexa. Yah.. Meski hanya untuk malam ini saja. Paling tidak kau bisa memiliki kesempatan lebih." Kata Anna. Untuk sejenak ia merasa bodoh karena tiba-tiba mengungkit tentang Alexa. Tapi sepertinya Sean sudah tak terlalu peduli. "Ayolah Sean. Jangan meninggalkanku lagi seperti sebelumnya. Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...