*Cerita ini hanya fiktif belaka dan murni karangan penulis. Tidak ada unsur plagiarisme, copy paste atau unsur lainnya seperti sindiran, olokan dan lain sebagainya. Minta maaf juga sebelumnya kalau ada ejaan penulisan yang salah. Maklum, namanya juga manusia :)
Happy reading..*
$$$$$$#Berberapa Hari Sebelumnya...
...9:17 a.m.
...
Ia berhasil menyelesaikan putaran terakhirnya lebih baik dari kemarin. Mengangkat kepalanya dari air dengan puas, melepaskan kacamata renang itu sembari mengatur nafas. Hamparan biru itulah yang membuatnya tersenyum kecil sekali lagi. Tempat di mana membuatnya merasa bersemangat. Bukan hanya sekedar hobi, tapi ini adalah kegiatan yang sangat berarti baginya di masa depan.
"Aku bisa melakukannya lebih baik darimu bung." Kevin berjalan ke tepi kolam, melemparkan handuk ketika Sean keluar dan duduk di pinggiran. Tangannya menangkap handuk tersebut dan langsung ia gunakan untuk mengeringkan kepalanya.
"Kalau begitu cobalah.. " Sahut Sean setengah tersenyum.
"Tidak-tidak, aku tidak ingin menyakiti perasaan sahabatku. Kau akan iri saat melihat perfomaku." Kevin melahap roti cokelatnya, duduk di sebelah Sean.
"Kau bisa mengotori kolam. Berapa kali kubilang di sini dilarang membawa ma..-"
"Ini cuma remahan. Jangan cerewet seperti nenekku." Ia tertawa.
Pemuda-pemuda itu melakukan hal yang sama, bersendagurau di penghujung jam latihan mereka. Kevin, adalah orang pertama yang Sean kenal sejak ia bergabung di klub renang tersebut. Bagi Sean, pria muda itu adalah orang yang hangat, ramah, namun cukup menyebalkan jika berhadapan dengan wanita. Ia tidak bisa memilah gadis-gadis yang ia temui. Beberapa minggu lalu, pemuda itu bahkan hampir meniduri seorang wanita paruh baya yang ia temui di klub malam. Seseorang yang ternyata ibu dari kekasihnya yang baru ia jalin sekitar tiga harian. Sangat konyol ketika ia tak dapat ikut latihan setelah ibu dan anak itu memukulinya hingga tak sadarkan diri.
"Kau cuma pandai bicara Kev."
"Setidaknya aku memiliki pengalaman hidup lebih berwarna darimu pria air." Ia menyodorkan rotinya pada Sean.
"Tidak, terimakasih." Sean menyelendangkan handuknya yang kini agak lembab itu ke bahu tegapnya sembari memalingkan pandang ke setiap sudut hamparan kolam yang kini terlihat begitu menyegarkan dan juga, menenangkan.
Ia tak tahu kenapa semua perasaan itu begitu nyata. Tentu karena ia telah menaklukkan tempat itu dengan putaran dan waktu yang telah ditetapkan. Namun, terlebih dari semua hal tersebut, ada hal lain yang membuatnya lebih dari sekedar rasa puas. Ia, merasa hidup! Hidup sebagai dirinya sendiri, seorang pemuda tanggung yang telah menemukan jalan di titik gairahnya. Seseorang yang telah mengenal siapa dan seperti apa dirinya. Bukan hanya seorang atlet yang menjuarai beberapa kali pertandingan. Di beberapa kali Olimpiade. Namun, ia telah menemukan ambisi yang mungkin sebagian orang pun masih melihatnya samar-samar. Ambisi keras untuk sebagian dirinya yang mungkin telah tenggelam oleh kenangan dan pengalaman masa lalunya yang runyam. Ambisi untuk menutupi semua kepedihan yang telah ia lalui. Ambisi untuk menghibur dirinya yang ia tahu sangatlah-lemah, dan juga, rapuh-untuk seorang lelaki. Dirinya, Sean Alex, seseorang yang dipuja-puja di kalangan remaja dan dijadikan figure yang cukup berprestasi, semuanya seperti kepalsuan belaka di balik ambisi yang entah sampai kapan akan memanjakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...