#Beberapa saat sebelumnya..
Meree, menyelam naik dari dasar Palung perlahan-lahan. Ada lebih dari seratus siren seperti dirinya berkeliaran di area itu. Mahkluk-mahkluk yang memang terpisah dari koloni mereka. Kebanyakan memang siren betina, atau siren-siren tua yang memang telah melewati masa kawin. Namun ada pula siren jantan yang memang tak terpilih atau ditinggalkan karena sesuatu, misalnya saja cacat fisik seperti ekor yang rusak, sirip yang patah, atau bahkan kehilangan anggota tubuh akibat sebuah perkelahian. Di dasar-dasar Palung itulah biasanya mereka mencoba kesempatan kedua yang besar kemungkinan bagi mereka untuk mendapat pasangan kawin meski tak sempurna.
Meree berenang sedikit lebih cepat. Tak sedikit pejantan meraung-raung di beberapa titik palung tersebut. Mencoba menarik perhatian para betina dengan gelegar suaranya. Meree bisa merasakan panggilan itu terus menggoda batinnya. Namun ia menguatkan diri untuk tak terpengaruh sedikit pun.
Tak sama dengan mereka, ia merasa telah memiliki pasangannya sendiri yang akan datang tak lama lagi. Pasangan yang cukup berbeda dari yang lain, yang tak memiliki taring, yang berkulit sangat lembut, dan bahkan, yang tak akan membunuh para anakan jika ia kelaparan sekalipun.
'...William, aku tahu kau sudah dekat...'
Meree berhenti di ujung tebing lautan dan mendongak ke atas ketika ia sampai di sana. Entah mengapa perasaannya semakin kuat akan kehadiran William, pejantan yang bertahun-tahun silam menghilang secara tiba-tiba tersebut.
Meree tak sanggup membayangkan bagaimana rupa pejantan itu setelah sekian lama tak bertemu. Apa kilau di ekornya semakin cantik? Seperti kebanyakan para pejantan, William memiliki warna ekor yang tak kalah menarik. Meree ingat benar warna kebiruan itu, warna yang bercampur dengan corak-corak kelabu di pinggirannya hingga ke sirip. Warna yang sangat memikat beberapa betina selain dirinya kala itu sebelum mereka akhirnya tahu kalau William, ternyata bukan dari spesies mereka dan meninggalkannya begitu saja.
Seekor pejantan mendadak berenang cukup dekat dengan Meree. Pejantan yang sedikit lebih besar darinya. Ekornya berwarna keperakan dengan loreng hitam, sementara sirip-siripnya yang hampir transparan, menegak dan menajam seakan mencoba menarik perhatian betina itu.
Meree meraung mengusir pejantan yang ia tahu usianya sudah lebih dari seratus lima puluh tahun itu. Pejantan yang juga mengalami cacat fisik di mana salah satu jemarinya hilang dan terdapat bekas luka mengerikan di bahu kirinya. Seperti bekas gigitan dari gigi-gigi yang jauh lebih besar dari milik mereka.
Meree tak tahu mahkluk apa yang dulu pernah bertarung dengan siren itu. Mungkin hiu goblin, atau bahkan monster-monster laut lainnya yang sesekali juga pernah ia temui. Berbeda dengan para betina yang lebih memilih menghindar jika bertemu dengan bahaya, para pejantan biasanya justru merasa tertantang dan mempertaruhkan nyawa mereka hanya untuk membuktikan kekuatan mereka. Itulah salah satu alasan juga, mengapa jumlah mereka semakin hari semakin sedikit. Mereka begitu brutal menjalani hari-hari mereka.
Meree hampir meraung kesekian kalinya mengusir pejantan itu ketika mahkluk tersebut tiba-tiba mendongak ke atas. Memandangi sebentar ke arah permukaan yang beribu-ribu meter di atas mereka. Sesuatu tampaknya sedang terjadi di atas sana. Entahlah, mereka tak dapat menyimpulkan apa itu. Namun sepertinya cukup mengancam.
Tanpa pikir panjang, Meree lalu segera berenang naik dengan cepat mendahului pejantan itu yang juga akan bergerak menuju permukaan untuk melihat apa yang terjadi. Bagaimana pun ia yang harus tiba lebih dahulu. Sangat buruk jika pejantan itu yang menemukan apa yang tengah terjadi di sana. Bisa saja itu adalah William yang dinantinya. Dulu saat ia pertama bertemu dengan William, juga diiringi kegaduhan dari atas permukaan seperti itu.
Sambil terus berenang membelah pekat dan dinginnya air, Meree meraung beberapa kali menyebutkan nama William. Dan benar, setelah ia tiba cukup dekat dengan permukaan, aroma William tiba-tiba tercium begitu kuat. Aroma yang selama bertahun-tahun begitu ia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...