Sean, ia melihat sekujur badannya mulai bereaksi. Di punggung tangannya hingga ke siku, mulai bermunculan tonjolan-tonjolan kecil halus yang membelah kulitnya. Berjajar bersamaan dengan selaput beruas-ruas yang semakin lama semakin meninggi bak deretan pegunungan yang membujur dan saling menyambung. Tonjolan-tonjolan itu perlahan meninggi sekitar dua centimeter, berwarna hijau kebiru-biruan dengan tungkai diantara ruas-ruasnya yang berwarna lebih mengkilap.
Sementara itu, rasa nyeri teramat sangat ia rasakan di bagian belakang tubuhnya. Di sepanjang tulang punggung hingga ke tulang kelangkang dan tulang ekor. Semua belulang itu seakan melahirkan tonjolan daging baru dengan permukaan yang keras merobek lapisan kulit luar punggungnya. Ia tak dapat melihatnya jelas, namun tak berbeda dengan yang bermunculan di tangannya, tonjolan-tonjolan tersebut terlihat sedikit lebih besar dan lebih rapi. Membujur menyerupai angka satu dan berwarna sedikit lebih gelap. Sesuatu yang juga merobek pakaian belakangnya compang-camping.
Samar-samar Sean melihat James tersenyum sangat lebar. Seakan begitu menikmati pertunjukan kecil yang membuat Sean makin tak tahan tersebut.
Pemuda itu memekik ketika organ-organ di dalam tubuhnya bergejolak lebih hebat lagi. Kali ini terasa di daerah pinggang dan perut. Seperti terjadi sesuatu yang luar biasa. Seakan beberapa organ yang ada di dalamnya diacak-acak, dihancurkan, atau dipindah-pindahkan entahlah ia tak tahu. Daging yang berada di bawah kulit terasa dicabik, membuat ruang di mana tulang-tulang lain menempati posisi itu. Terasa menusuk-nusuk, atau bahkan menghujam dari dalam dan menyiksanya perlahan-lahan.
Namun, dua menit setelah itu, seperti keajaiban, rasa sakitnya mendadak lenyap. Rasa terbakar atau tercabik yang tadi begitu kuat seolah sirna. Sean terengah-engah dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Nafasnya naik dan turun. Rasa sakit di kepalanya juga semakin memudar. Membuat ia merasa cukup lega untuk beberapa detik.
Sementara James berjalan mendekatinya. Suara hentakan dari langkah kaki sepatu kulit yang digunakan pria itu terdengar nyaring di telinga Sean. Ia lalu setengah berlutut, mengamati Sean lekat-lekat. Sama seperti saat ia mengamati mahkluk kecil yang tadi digendongnya, seekor gurita.
"Kau masih belum mau masuk ke Aquarium?" Tanya James mengusap rambut pria muda itu yang kini agak lembab. "Reaksinya akan kembali kau rasakan beberapa menit lagi. Akan terasa lebih sakit jika kau tak masuk ke dalam air." Orang tua itu berbicara lembut. Nada yang terdengar sangat dibuat-buat.
Sean memejamkan mata. Berusaha mengumpulkan lagi energinya. Samar-samar ia dapat melihat perubahan yang terjadi itu semakin menggila.
"Jangan terkejut Sean," Ujar James. "Yah, aku tahu kau sangat kesal. Tapi, kau harus tetap melakukannya. Ingat, tak ada pilihan." Ia tersenyum. "Ah.. kuakui kau sangat kuat. Dulu pada fase ini, ayahmu, William pingsan karena rasa sakit yang tak dapat ia tanggung. Saat sirip-siripnya mulai keluar. Lihat? Sirip-sirip ini." Ia memalingkan perhatian pada sesuatu yang bermunculan di tubuh Sean tadi. Tonjolan-tonjolan meruncing yang kini disambungkan oleh selaput-selaput lembut. "Ia jatuh, tak sadarkan diri. Hingga kami dengan mudah menceburkannya ke Aquarium dan melihat betapa indahnya proses perubahan wujud itu sedikit demi sedikit." Ia terkikik. "Sekarang, cobalah menikmatinya seperti kami nak. Kau akan terkagum sendiri akan betapa indahnya dirimu nanti."
Sean mengepalkan kedua tangannya, menahan emosi yang seakan hampir meledak. "Tolong hentikan semua ini Tn. James." Katanya. "Anda belum bisa mengembalikanku seperti semula, tapi setidaknya anda bisa untuk tidak meneruskan praktek tak wajar ini." Sambung bocah itu.
Namun sekali lagi, ucapannya hanya mengundang tawa ilmuwan tengah baya yang mulai menunjukan kerutan-kerutan halus di wajahnya itu. "Kau suka bercanda Sean." Katanya tertawa lebih keras.
Sean tak tahan lagi. Suara riang yang menembus telinganya itu membuatnya semakin merasa meletup. Ia tahu, sepertinya memang harus ada yang dilakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...