...
Sean terpaksa mundur ketika James tiba-tiba muncul bersama para bawahannya. Sementara orang-orang yang lain masih saja gencar berkeliaran ke sana ke mari menelusuri jejaknya.
"Apa yang terjadi di sini?!" James berseru keras.
Dari tempatnya Sean bisa melihat ia tampak sangat marah. Salah satu orangnya datang dan memberi tahu apa yang terjadi, namun karena ia datang setelah Sean selesai dengan aksinya, informasi yang ia berikan sedikit tak akurat. Mereka belum tahu benar kalau ia, Sean Alex, orang yang selama ini menjadi buronan atasannya itulah pelaku tindakan anarkis tersebut.
Sean beralih ke sudut lain ketika seorang dari mereka menghampiri tempatnya saat ini. Mereka terus bergerak. Sean memanjat naik ke sebuah tangga di atas box raksasa yang terbuat dari besi. Perlahan-lahan merapat menyembunyikan diri di atas permukaan benda besar yang entah ia tak tahu apa dan bagaimana peranannya untuk projek itu. Ia harap di sana cukup aman. Paling tidak sampai ia bisa memikirkan ide lain agar dapat lolos.
Namun, tak sampai beberapa menit saat Sean bisa tenang dengan situasi yang tampaknya akan semakin sulit ini, salah satu anak buah James yang kebetulan melewati area di bawahnya melihat tangga tersebut. Sean dapat merasakan pria itu menepuk-nepuk permukaan tangga, seakan berpikir apa ia harus memeriksa area di atas box di mana Sean berada sekarang. Dan sialnya orang itu akhirnya memutuskan untuk memanjat. Langkah kakinya terdengar sekali, satu demi satu menginjak anak tangga beriringan dengan suara ketukan ujung senjatanya yang mengenai pegangan tangga.
Sean memandang ke beberapa tempat lain, berniat untuk pindah. Namun semua yang ada di sana tampaknya sangat beresiko. Ia bisa segera ketahuan jika melakukan aksi sekecil apapun saat ini. Bahkan jika ia harus membunuh pria yang sedang naik menghampiri tempatnya itu, pergerakannya bisa cukup gaduh dan mengundang perhatian teman-temannya.
Sean akhirnya hanya menggeser diri ke balik sebuah tangki berukuran tak lebih dari satu setengah meter. Duduk dengan senjata bersiap di tangannya untuk menghabisi apabila orang yang kini telah sampai di anak tangga terakhir itu benar-benar menemukannya. Mungkin ini adalah skenario terburuk, tapi ia tak ada pilihan.
Sean hampir memutuskan melepas tembakannya ketika selangkah lagi pria itu hampir tiba di tempatnya. Namun ia mengurungkan niat itu ketika mendadak sekelompok orang datang.
"Anna?"
Sean melihat gadis itu masuk dari pintu yang sama dengan James. Namun ia datang bersama beberapa orang bawahan Natalie.
"Tn. Brenner! Apa yang anda lakukan di sini?!" Seru Anna.
James agak terkejut dengan kemunculan gadis itu. Begitu juga yang lain tak terkecuali pria yang tadi hampir menemukan Sean. Fokusnya segera teralihkan.
"Nona, kenapa anda kemari?" Tanya James balik.
"Kenapa? Aku ingin membantumu."
"Mem..bantu?"
"Ibuku memberi kewenangan padaku untuk membantumu mengurusi kapal ini. Tadinya aku menolak, tapi.. mengingat kehadiranku bergabung dengan kalian adalah untuk menangkap mermaid, mahkluk yang kuidam-idamkan sejak kecil. Jadi aku bersedia membantumu." Anna tertawa.
James diam dan tampak tak mengerti dengan semua ucapan majikan mudanya itu.
"Aku membantumu menghancurkan kapal ini. Kapal musuhmu, Alexa Bages. MENGHANCURKAN BAHKAN KE SETIAP PERKAKASNYA. Bagaimana? Lihat? Semuanya sudah hancur. Kau bisa berterimakasih padaku sekarang." Sambung Anna.
"Menghancurkan?!"
"Ya."
"Jadi, jadi anda yang menghancurkan segala yang ada di ruangan ini?!! Peralatan-peralatan ini?!!"
"Bukan aku, tapi anak buah ibuku yang kini menjadi kewenanganku." Anna menjawab santai, agak bercanda.
"No.. Nona, tak seharusnya anda melakukan ini!"
"Kenapa? Bukankah kau ingin menaklukkan kapal ini? Kau melakukan serangan besar-besaran tadi. Kenapa tempat ini tak kau porak-porandakan sekalian?!" Anna kesal dengan wajah James yang merengut. Ia jadi teringat dengan ikan pari.
James menarik nafas sedalam mungkin, terdiam sejenak mencoba agak tenang. "Oke, baiklah. aku ingin bicara dengan ibu anda sekarang."
"Ya, bicara saja. Silahkan. Dia sedang ada di ruanganmu, bercinta dengan gig*lo-nya. Sampaikan kalau kita berhasil membuat kapal ini menjadi rongsokkan." Kata Anna sambil melambaikan tangan saat James dan yang lain beranjak pergi melewatinya.
-
Beberapa saat ketika tempat itu akhirnya sepi, Sean turun dari tempat persembunyiannya. Di bawah, Anna telah menunggu dan langsung memeluknya erat.
"Maafkan aku Sean, maaf tadi aku sempat menolak membantumu." Ujar gadis itu.
"Dari mana kau tahu..-"
"Aku membuntutimu melalui cctv." Sela Anna sambil melirik beberapa kamera yang terpasang. Sebenarnya tak banyak, tapi paling tidak cukup untuk mengetahui aksi nekat Sean sejak ia menolak memberi bantuan. Karena kalau boleh jujur ia belum pernah sekali pun menggunakan senjata. Terakhir saat ia bersama Kyle, dan itu pun sangat memalukan.
Sean melepaskan pelukan mereka. "Terimakasih. Aku berhutang padamu."
Hampir sepersekian detik Sean menutup kalimatnya. Tiba-tiba ia mendengar sesuatu dari luar kapal. Jeritan-jeritan parau yang seakan menjadi sebuah tanda. Tak salah lagi, itu pasti mereka. Sean tak menyangka kedatangan mereka ternyata lebih cepat dari perkiraan.
"Sean, ada apa?" Anna mencoba menyadarkannya.
Sean berpaling dan menatap serius gadis itu. "Tak ada waktu lagi, kau harus segera pergi dari kapal ini. Aku akan membantumu menyiapkan boat."
"Pergi? Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba...-" Belum sempat Anna menyelesaikan perkataannya, mendadak sebuah guncangan besar menghantam kapal itu. "Ada apa ini?" Anna panik.
"Mereka sudah sampai."
"Mereka?"
"Para Siren itu, mereka sudah datang dan akan menghancurkan kapal-kapal ini." Sean menggandeng tangan Anna bergegas dari sana ketika guncangan-guncangan lainnya menyusul.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...