Nathalie memandangi foto yang tertempel di dinding itu dengan seksama. Foto sebuah keluarga dengan anjing peliharaan mereka. Seorang pria, agak tua dengan kepala botak, mengenakan kemeja biru laut dan celana pendek. Duduk di sebuah bangku di pinggiran pantai, di sebelahnya sang istri mengenakan setelan dengan warna yang sama duduk menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Dan di samping kanan suami istri tersebut, seorang bocah lelaki berusia antara lima sampai enam belas tahun asik bergaya dengan bola pantainya, mengangkat benda bulat itu di atas kepala dan memberi tatapan seakan menantang. Sedang di sebelah kiri mereka, seorang gadis berusia sekitar tiga belas tahun tersenyum manis memeluk anjing peliharaannya. Seekor anjing berjenis German Shepherd besar yang duduk di atas pasir pantai sambil menunjukkan lidah berliurnya."Putrimu berkelakuan sangat manis selama ia di sini." Kata Mrs. Thompson memasuki ruangan dengan secangkir kopi yang kemudian ia letakkan ke atas meja.
Nathalie agak terkejut dan segera berpaling dari pigura itu.
"Dan dia juga anak yang cerdas." Sambung Mrs. Thompson lagi. Tangannya meletakkan baki itu ke sisi meja. "Silahkan Ny. Miller. Anda tamu pertama yang berkunjung ke rumahku hari ini. Aku sangat tersanjung." Ia menunjuk kursi kosong di depannya.
Nathalie berjalan menghampiri kursi itu, menariknya sedikit dan duduk di sana. Kursi kayu itu terasa sangat rapuh. Ia tak tahu berapa lama benda itu telah digunakan oleh keluarga miskin ini. Dan sebenarnya, bukan hanya tentang kursi, namun beberapa perabotan sederhana lainnya masih saja menghuni rumah kecil tersebut. Ia ingat ia telah melihatnya sejak kunjungan terakhirnya lima tahun lalu.
"Kami tidak memiliki dana untuk mengganti perabot baru." Ujar Mrs. Thompson seolah tahu apa yang dipikirkan Nathalie. "Lagipula, semuanya masih dapat dipakai. Hanya terlihat sedikit usang. Maaf jika itu mengganggu kenyamanan anda." Sambungnya.
Nathalie meraih ganggang cangkirnya. "Ah tidak, tidak apa-apa. Benda-benda tua memiliki kenangannya sendiri. Tak masalah." Ia berusaha tersenyum sopan.
Mrs. Thompson tampak puas. Wanita di depannya itu, Nathalie Miller, terlihat sedikit lebih dewasa sejak pertemuan terakhir mereka. Ia tahu benar bagaimana sifat mantan bos suaminya tersebut. Nathalie orang yang sedikit kekanakkan, dan aneh. Kelakuannya sulit ditebak. Ia menjadi wanita yang sangat baik dalam semenit, namun bisa menjadi sangat kasar kemudian. Apalagi jika berurusan dengan pria. Namun, melihat tingkahnya yang agak tenang pagi ini, Mrs. Thompson mungkin dapat berbicara lebih leluasa tanpa takut wanita itu mengacaukan ruang tamunya seperti waktu itu.
"Silahkan diminum. Anda bisa menambahkan gula jika mau." Mrs. Thompson bangkit berdiri.
"Tidak-tidak, tidak perlu." Nathalie menghentikannya. "Tidak perlu gula. Ini sudah cukup. Terimakasih."
"Baiklah." Mrs. Thompson tersenyum dan kembali ke kursi. Matanya tak sengaja melayang ke arah pintu. "Mungkin Anna akan pulang sebentar lagi." Ujarnya. "Biasanya ia tak pernah meninggalkan rumah tanpa memberitahuku. Aku tidak tahu kenapa dia dan Kyle, putraku, terus saja menghilang sejak kedatangan anak itu." Ia tersenyum seakan menertawai dirinya sendiri.
"Anak itu?"
"Anak laki-laki malang itu. Sean."
"Sean Alex?"
"Sean Alex. Aku tak tahu apa yang terjadi pada bocah itu. Tapi Anna dan Kyle terus saja bertindak aneh sejak kedatangannya. Seperti saat ini, mereka berani meninggalkan rumah tanpa berpamitan apa-apa padaku."
Nathalie mendesah kesal. "Maaf jadi membuatmu repot."
"Tidak apa-apa. Ini bukan salah anda. Sudah menjadi tugasku menjaga anak-anak. Bukankah itu yang anda dan suamiku sepakati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...