"Sean, mau kemana kau? Cepat kembali ke ruanganmu, nak." Alexa tersenyum.
'Dia..
ibu?!'
Tak salah lagi, wanita itu..
"Ya, lama tak berjumpa. Kau sudah tumbuh dewasa sekarang." Ujarnya.
Mereka berdiri sangat dekat, Sean bahkan bisa mencium aroma harum tubuhnya. Aroma Cypre atau Woody. Wewangian yang diproduksi dari kayu bergamot, oak atau dari jenis kulit pohon. Parfume yang ia ingat adalah salah satu wewangian parfume yang disukai sang ibu. Dan juga guratan keriput tipis di atas mata tersebut, serta beberapa noda hitam di pipi wanita itu yang terlapisi bedak. Semuanya, tak berubah!
Setiap gerik bola matanya berputar dan memandang, ukiran senyum yang melintas di mulutnya. Yah! Warna lipstik itu, warna kecokelatan yang digemari oleh sang ibu. Masih sama seperti dulu! Tak ada tanda-tanda penuaan sama sekali. Pertemuan yang sekaligus membekukan seluruh aliran darahnya. Seperti orang bodoh, ia tak mempercayai apa yang dilihatnya. Dan juga, Semua astribut yang dikenakan?
"Bu, apa yang ibu lakukan di sini?" Tanyanya.
"Apa maksudmu? Aku sedang bekerja. Lihat?"
"Kau, kau bagian dari semua ini?"
"Mereka membayarku Sean, kenapa tidak?" Alexa merentangkan kedua tangannya. "Sini, berikan pelukan pada ibu jagoan. Ibu mengerti perasaanmu."
Seakan tak mendengar perintah itu, Sean hanya berdiri. Kakinya terpaku di lantai.
"Oh ayolah pangeranku, ibu menunggu."
Mereka hening untuk beberapa saat. Sean, ia memang mengalami hal tak mengenakkan selama di Laboratorium itu. Otaknya, seluruh bagian pemikirannya, seakan digerogoti dengan hamburan ide gila yang James Benner lakukan pada fisiknya. Namun, ia tidak bodoh, ia cukup pintar untuk memahami alam sadarnya, gejolak emosionalnya. Dan juga tahu bagaimana jiwanya tetap berada dalam kondisi normal.
Pemuda itu melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya, maju selangkah, mendekat, mendatangi rentangan tangan tersebut. Sebuah adegan yang ia rindukan, sekaligus ia lupakan. Entalah, terlalu menyakitkan mengingat semuanya takkan pernah kembali. Mengingat jika dirinya selalu berpikir, bahwa ia takkan pernah merasakan kehangatan itu lagi, pelukan itu lagi.
Tubuhnya yang lebih tinggi membungkuk setelah memantapkan diri. Perlahan-lahan, matanya tak lepas memandangi hingga bayangan dirinya yang kini tampak menyedihkan tergambar jelas di pupil sang ibu. Begitupun sebaliknya. Alexa tetap mempertahankan senyuman dan binar-binar yang selalu menjadi ciri khas-nya. Terlihat semakin memikat. Memancar ketika wajah mereka kini berhadapan sangat dekat. Udara hanya berjarak sekitar sepuluh centimeter sebagai pemisah diantara keduanya. Sementara tarikan dan hembusan nafas itu, sama-sama dapat dirasakan. Terhempas, gas yang bertabrakan sebelum Sean akhirnya berbicara lagi.
"Kau.."
"Ya sayang?"
"Kau bukan ibuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...