Orang-orang itu, para wartawan, semakin banyak mendatangi tempat bersejarah tersebut. Jumlah mereka hampir mendekati angka delapan puluhan sekarang, atau lebih. Mereka terus berdatangan, mencoba mengkerumuni seperti lalat atau hewan-hewan sejenis itu lainnya. Dulu Sean sangat terganggu dengan aktifitas tersebut. Tapi hari ini, detik ini, hal itu justru terasa menyenangkan.
Sebagian dari mereka berpencar, mencoba mengejar James yang mulai melangkah pergi dari sana sambil melontarkan beberapa pertanyaan. Mencari tahu siapa dan apa yang dilakukan pria paruh baya itu di tempat ini dengan Sean, atlet kenamaan yang tiba-tiba menghilang dari publik itu.
Sementara Sean juga mendapat pertanyaan yang sama. Mengenai olimpiade-nya dan, cedera? Ia tak tahu apapun mengenai cedera yang katanya didapatnya saat latihan, cedera yang menjadi penyebab ia keluar dari dunia olah raga yang ia geluti, kebohongan itu, bah! Siapa yang mengatakannya?! Sean tak mengerti dengan cerita dan pertanyaan yang diserbukan padanya. Kecuali mengenai postingannya dini hari tadi.
Sebenarnya Sean tak ingin menguraikan semuanya secara gamblang di sini. Pada mereka. Sedikit lebih bijak kalau ia membicarakan ini dengan hukum yang bersangkutan langsung. Ia mengenal beberapa pengacara dan jaksa di Maryland. Dan ia berencana kembali ke negara bagian itu secepat ia bisa. Hari ini juga, mungkin.
Namun, melayani sedikit para jurnalis haus berita ini tak ada salahnya. Ia hanya akan mengarahkan mereka, membuat mereka semakin tertarik, semakin antusias akan tindakan hukum yang akan ia lakukan pada orang-orang sial*n itu. Perlahan tapi pasti, menguak semua yang terjadi di laboratorium, atau di laut Sargasso itu.
Sean hampir membuka mulut ketika pandangannya tiba-tiba terarah pada seorang wanita. Wanita yang berdiri dan mengawasinya dari kejauhan. Wanita yang mengenakan setelan kemeja berwarna alabaster dengan paduan celana coklat bone. Wanita itu? Entahlah. Sesekali kerumunan orang menghalangi pandangan Sean. Namun, pemuda itu dapat langsung menebak siapa dia.
"Ibu?!"
Sean tak percaya apa yang ditangkap oleh pandangan matanya.
Alexa.
Wanita itu, ia ada di sana. Wajahnya, tak salah lagi. Meski sudah lama mereka tak berjumpa, tapi Sean segera mengenali perubahan wajah tua wanita yang melahirkannya tersebut.
SHIT!!
Separuh pikirannya seketika mengingatkannya kalau Alexa sudah meninggal! Ibunya yang hilang itu, sudah tewas! Bukankah ia mendengarnya langsung? Mendengar bahkan dari orang yang melakukan pembunuhan itu. James Brenner. Alexa tewas tertembak di kepala dan jatuh di lautan dingin itu. Ia benar-benar takkan selamat. Ia sudah meninggal! Tapi sekarang...
Tak ingin berkompromi dengan pikirannya terus menerus, ia menerobos kerumunan orang itu. Membelah keramaian dan seolah melupakan rencana yang telah terancang matang di kepalanya.
Sementara wanita tersebut, ia segera berbalik dan melangkah pergi seakan mengetahui kalau Sean telah menyadari kehadirannya dan tak ingin saling menyapa untuk saat ini.
"Ibu! Tidak-tidak.. Jangan pergi!" Sean terus menerobos kerumunan orang tersebut. Mendorong dan mendesak agar mereka memberi jalan.
"Menyingkir sebentar tuan-tuan." Kyle tiba-tiba datang, membantu mencari jalan untuk Sean. Sementara Sean agak terkejut dengan kemunculan pria blonde yang mendadak ada di dekatnya itu. Sejak kapan?
Ia belum sempat melontarkan pertanyaan ketika pria muda itu cepat-cepat menjawab dengan nada berbisik. "Kau membawa ponselku, bagaimana aku bisa membiarkanmu lepas dari pandanganku. Itu nyawaku." Katanya seakan tahu isi pikiran Sean.
"Maaf merepotkanmu Kyle. Aku harus pergi." Sean tampak terburu-buru.
"Pergi?! Jadi rencanamu begini saja?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...