WILLIAM Part 5

3.7K 316 15
                                    

William menemui masalah lain pagi itu. Ia tak mendapati Lucy di manapun, gitar kesayangannya tersebut. Ia menyadarinya sekitar tiga puluh menit lalu dan segera bergegas mencarinya. Mengacak-ngacak kamarnya, atau, duduk berdiam dan mengingat kembali apakah benar ia telah membawanya pulang semalam dalam keadaan mabuk.

Dari luar kamarnya, Mrs. Lie berteriak meminta sarapannya segera disiapkan. Wanita itu masih cukup kuat berseru seolah memiliki dua mulut dan pita suara di luar batas usianya. Membuat William segera beranjak dari tempatnya dan membuat seporsi makanan kaleng yang dimasak beberapa saat sebelum akhirnya berpamitan untuk meninggalkan rumah sementara wanita tua itu mengomelinya, lagi. Mrs. Lie tidak ingin makan makanan instan seperti itu. Ia ingin makan daging, ia ingin dibuatkan suatu masakan. Ia ingin cucunya itu memasak untuknya seperti biasanya.

Namun William tak punya waktu untuk ini. Lucy, ia harus menemukan Lucy. Bukan hanya karena itu adalah gitar tua kesayangannya, namun di dalam softcase gitar itu terdapat catatan lagu yang baru ia selesaikan. Lagu yang baru ia karang untuk band-nya. Dan William benar-benar tak mau kehilangan semua itu.

Ia berjanji akan membawakan Xian Bing ketika ia pulang. Jajanan tradisional isi daging kesukaan neneknya yang biasa ia beli di Pecinan. Dan ia tak menunggu mendapat persetujuan dari wanita tua itu sebelum benar-benar melesat keluar, meninggalkan neneknya dan melangkah cepat menuruni tangga demi tangga sebelum bergabung dengan padatnya trotoar jalanan saat itu.

"Kami sudah mengingatkanmu saat kau meninggalkan tempat ini semalam. Namun sepertinya kau benar-benar mabuk. Aku harap kau tak menyetir seorang diri saat itu." Kata bartender itu pada William saat pemuda yang pandai memainkan beberapa alat musik lain tersebut mendatangi kembali bar untuk menanyakan apakah gitarnya tertinggal di tempat itu. "Gadis ini ingin kau menghubunginya jika kau, menginginkan kembali gitarmu." Ia menyodorkan secarik kertas pada William.

"Dia membawanya?"

"Menyelamatkannya. Dia menyelamatkan gitarmu. Kau tahu tempat seperti apa ini."

"Oke Baiklah, aku akan menemuinya." William menerima kertas itu. Melangkah menuju pintu keluar setelah mengucapkan terimakasih.[]

****

Alexa mulai memainkan gitar tersebut dengan lembut. Jemari lentiknya menahan beberapa senar seraya membiarkan yang lain bergetar saat tangan kanannya menggoresnya ke atas dan ke bawah. Menimbulkan suara nyaring yang perlahan berubah menjadi irama-irama merdu memenuhi tempat itu.

Ia tak ingat kapan terakhir kali ia bermain musik. Keahliannya memainkan beberapa alat-alat musik tak kalah mengagumkan saat ia masih bergabung dengan kelompok musik ketika masih di sekolah menengah. Ia ingat Tommy bahkan memuji habis-habisan kemahirannya tersebut sebelum ia memutuskan untuk keluar dari kelompok musik tersebut dan justru menikmati pekerjaannya seperti sekarang.

Dari kejauhan, William akhirnya berhasil menemukannya. Pemuda itu melangkah ke bangunan mangkrak itu saat ia menerima balasan pesan agar ia mendatangi tempat tersebut. Pesan dari, gadis mermaid itu.

Ia tak mengerti kenapa di tempat seperti ini mereka harus bertemu. Bangunan itu memang berada di pinggiran kota, tak jauh dari taman dan beberapa pusat perbelanjaan. Letaknya memang tak sebrapa aneh untuk dijadikan sebagai tempat pertemuan. Namun bangunan itu adalah bangunan tak terpakai, bangunan kosong. Seperti gedung setengah jadi yang ditinggalkan begitu saja. Dinding-dindingnya masih terpoles semen kasar, dan pilar-pilarnya tak bisa menyembunyikan kawat-kawat raksasa yang nampak seperti otot-otot tak beraturan dari kontruksi dasarnya.

William menginjak anak tangga terakhir dari bangunan setinggi lima lantai itu. Pemandangan kota dan taman terlihat luar biasa dari atas sini. Angin sepoi-sepoi membelai rambut dan kulitnya. Menambah kesan mengaggumkan dari tempat yang tak pernah ia sangka-sangka.

THEIR MERMAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang