Sean mulai melangkah menghampiri laut, meninggalkan jejak-jejak kaki di pasir pantai yang tampak lebih gelap ketika matahari semakin tenggelam. Matanya menatap kosong ke arah Meree, mahkluk mengerikan yang terus mengulurkan tangannya dan bersenandung.
Pikiran Sean, benar-benar telah terpengaruh saat itu. Tak tahu kenapa hanya suara merdu itulah yang memenuhi isi kepalanya, menguasai apapun di benaknya, membuatnya lupa akan segala hal yang tadi ia pikirkan dan justru menuruti perintah mahkluk itu.
'...Bagus, teruslah berjalan kemari...'
Meree cukup puas melihat Sean begitu mentaati apa yang ia ucapkan. Ia terus bersenandung, semakin merdu. Rema suaranya seakan menjadi satu-satunya yang menyelimuti tempat itu, mengirama di antara desiran ombak yang terus-terusan menerjang bibir pantai.
Kaki Sean menyentuh air laut. Rasa dingin segera menyelimuti saat ia semakin dalam dan dalam berjalan ke sana. Menenggelamkan separuh tubuhnya, melawan arus ombak yang menerpa berulang-ulang, terus berjalan menghampiri duyung betina itu yang kini tersenyum semakin lebar.
'...Anak penurut, aku akan membawamu ke tempat asalku. Kita akan hidup di sana bersama para koloniku sebelum aku menemukan William juga. Aku, akan merawatmu dengan baik layaknya indukanmu sebelum kau siap memasuki fase, perkawinan...'
Ia terus mengulurkan tangannya. Menanti sean menyentuh telapak bersisik tersebut.
Sementara tangan kiri Sean terlihat lebih mengkilau ketika terkena air, sisik-sisik halus terlihat samar-samar muncul di permukaan kulit itu. Sementara di sela-sela jemarinya, muncul pula selaput-selaput tipis seperti yang ada pada kaki itik atau angsa. Kukunya pun mulai memanjang sekitar dua centimeter. Memanjang dan menajam kuat. Berubah. Tangan kiri Sean, berubah seraya air laut seakan meransang permukaan kulit itu terus-menerus. Berbeda dengan tangan kanannya yang tak menunjukkan gejala apapun, tangan kiri Sean, tak terlihat seperti tangan manusia lagi. Bahkan, justru lebih mirip tangan Siren betina di hadapannya tersebut, meski terlihat sedikit lebih lembut.
Pemuda itu terus melangkah dan membuat posisinya berada kurang dari empat meter dengan Meree ketika tiba-tiba mahkluk itu berhenti bersenandung. Nyanyian tanpa lirik yang tadi cukup nyaring tersebut mendadak lenyap dan hanya tergantikan suara desir ombak dan angin malam yang berhembus sedikit lebih kencang.
Sean, mendapati dirinya berada cukup jauh dari garis pantai. Air laut hampir setinggi bahunya saat ia mulai, sadar. Pikirannya seolah kembali dari dunia yang lain dan membuatnya cukup terkejut ketika mengetahui tingkah bodoh yang baru ia lakukan. Berjalan dan hampir menenggelamkan diri ke, laut?!
'Oh God!!'
Pemuda tersebut lekas beranjak dari sana.
'...Putra William, jangan takut nak.. Tenanglah!...'
Meree mendekatinya, membelah gelombang dingin tersebut dan menghampiri Sean.
Sean melihat sosok itu menyelam, dan sebuah ekor besar, ekor ikan, muncul sedikit ke permukaan saat wanita itu melakukannya. Seolah itu adalah bagian ujung bawah tubuhnya. Ekor berwarna kecokelatan yang mengibas dan memukul permukaan air, yang kemudian bergerak sangat gesit di bawah permukaan air mendorong mahkluk itu menuju padanya.
Sean mundur beberapa langkah, menjauh dari sana. Ia hampir menjatuhkan diri untuk berenang kembali ke pantai sebelum menyadari kalau hal itupun terlambat untuk dilakukan ketika merasakan jemari-jemari kasar dengan kuku-kuku tajam mendadak mencengkram pergelangan tangan kirinya.
GGRREEBB...
Meree keluar dari air, tepat di hadapan Sean. Menampakkan wajahnya muncul dari dalam permukaan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...