Sean naik ke bagian paling atas anjungan kedua dari kapal itu melalui tangga yang ada di sana. Lebih tinggi dan tersembunyi, terhindar dari pantauan kamera cctv dan orang-orang lain yang kebetulan berjaga. Sebuah tempat tak beratap yang sangat pas untuk dia diam-diam menyaksikan apa yang akan terjadi pada seisi kapal Alexa diterangi cahaya bulan yang makin menjadi di sana.
Sean tahu benar ini belum terlalu malam, namun untuk kesekian kalinya, energi tersembunyi di dalam tubuhnya seakan semakin membara apalagi jika harus berhadapan dengan benda langit yang memantulkan sinar matahari itu secara langsung. Energi yang berasal dari wujudnya yang baru, merman. Dan ia juga bisa menebak ini akan makin menjadi sepanjang malam nanti.
Pemuda itu mencoba mengalihkan fokusnya, menyingkirkan hasrat apapun yang bertengger di benaknya sebagai seekor merman selama purnama itu berlangsung dan berusaha kembali pada apa yang menjadi tujuannya malam itu. Cukup sulit sebenarnya, semua perubahan yang terus bergejolak di nadinya membuat Sean teringat sebuah cerita lama yang dulu sering ia dengar.
Cerita tentang werewolf. Seorang pria yang berubah menjadi, monster serigala disertai sikap yang makin brutal dan liar di malam bulan purnama. Bah, meski wujudnya, Sean, masih terkendali, tapi kedengarannya sangat konyol kalau ia, hasrat dan gairahnya juga mengalami hal yang sama seperti tokoh mitologis dari eropa kuno tersebut. Menjadi brutal, kuat dan ingin melakukan hal-hal di luar cermin dirinya. Hal-hal yang tak pernah ia pikirkan selama ini.
Tak beranjak dari tempatnya berdiri, Sean yang terus berjuang melawan naluri itu membuang pandangannya ke bawah, ke geladak utama kapal. Mencoba lebih fokus. Di sana ia melihat banyak pria dan wanita bersetelan serba hitam berhamburan menyiapkan diri untuk melakukan sesuatu. Anak buah Natalie? Pasti. Mereka bersiap dengan senjata mereka masing-masing seperti para prajurit perang yang akan melakukan sebuah serangan. Sean tak ingin menebak apakah pertahanan Alexa bisa menerima serbuan dari anak-anak buah Natalie itu, namun yang pasti, keduanya akan sama-sama jera karena kerugian besar yang akan mereka terima malam ini juga.
Sean duduk ke pinggiran pagar di salah satu sudut. Menyandarkan punggungnya ke sebuah tiang. Bahunya masih terasa nyeri meski bekas robekan dari kuku-kukunya yang tajam tadi sudah tak mengalirkan darah. Andai ia manusia biasa, ini pasti akan terasa lebih menyakitkan, dan mungkin dibutuhkan beberapa jahitan serta obat tertentu mengingat kengerian yang ia lakukan tadi. Namun, melihat kenyataan dirinya sekarang, ia merasa itu hanyalah luka biasa yang akan segera sembuh dengan cepat.
Belum lama Sean berada di sana, memandangi kapal ibunya yang terlihat makin dekat, tiba-tiba ia merasa ada orang lain berada di tempat itu juga. Sean segera menoleh ke arah sosok yang mendadak muncul itu. Dan benar, ia langsung melihat siapa orang tersebut.
--
Anna merasakan angin malam menerpa tubuhnya, membuat rambutnya melambai. Terasa sejuk, dan juga menyegarkan. Seakan membantu menenangkan pikirannya akan semua informasi yang baru ia dengar dari ibunya dan James. Mengenai Alexa, masa lalu kelam Alexa, dan juga Sean. Tentang hal-hal buruk yang terjadi pada Sean beberapa hari terakhir ini.
'Sialan!'
Anna tak tahu harus menyimpulkan apa atas semua ini. Gadis itu menggenggam pinggiran pagar besi di balkon tersebut semakin erat sembari matanya tak henti memandang ke arah lautan yang kini sudah menjadi gelap.
Semuanya terasa seperti sambaran petir yang mengenainya di siang bolong. Bertahun-tahun ia tak pernah tahu apapun mengenai Alexa, dan tiba-tiba ia mendapati banyak hal tentang wanita itu yang tentu saja di luar perkiraan. Mengetahui kalau wanita itu rupanya ibu kandung Sean, mengetahui kalau ia masih hidup, dan yang lebih menyakitkan, mengetahui kalau Alexa ternyata berbeda dengan apa yang ia bayangkan selama ini.
Anna ingat saat ia menemukan Sean dengan kondisi yang sangat memprihatinkan di sebuah gedung yang berlebel sebagai pusat penelitian oseanografi. Tempat yang setelah ia selidiki lebih jauh ternyata adalah milik Alexa. 'Astaga!' Sean dikurung dalam sebuah ruangan kaca dengan wujud yang tak lazim, seekor merman? Awalnya Anna sudah sangat tak terima karena ibunya, Natalie-lah yang telah membuat Sean menjadi seperti itu, dan kemudian apa? Alexa melanjutkannya? Wanita cantik yang menjadi pujaannya selama ini tersebut, semakin memperburuk hidup Sean, putranya sendiri.
'Bagaimana bisa?!'
Anna meneteskan air mata. Genggamannya menjadi makin erat. Seakan meluapkan seluruh emosi ke benda yang melintang itu.
'Sean..-'
Andai ia memiliki kesempatan lebih jauh, andai Sean mau tetap melibatkannya seperti sebelumnya, ia berani bertaruh nyawa untuk pemuda itu. Untuk menyelamatkan dan membantu memulihkan hidup Sean yang sudah sangat berantakan karena ulah ibunya, James, dan juga Alexa. Anna akan melakukan apapun yang terbaik.
Gadis itu menghapus air mata dengan jemarinya yang kini terasa dingin, mencoba menguatkan hatinya. Bulan yang terlihat di atas kapalnya seakan membuatnya makin kokoh dengan yang ia pikirkan. Namun, belum lama ia memandangi benda langit itu, tiba-tiba terdengar sesuatu dari geladak utama. Ia menoleh untuk melihat apa yang terjadi. Anak buah ibunya rupanya sedang bersiap di sana. Mereka membelah kelompok ke tiap-tiap sudut kapal. Tentu dengan senjata di tangan masing-masing.
Anna memutuskan pergi ke anjungan kapal di atas agar dapat melihat mereka dengan lebih jelas lagi. Natalie rupanya benar-benar berniat menghancurkan Alexa. Hebat, malam ini sepertinya akan menjadi malam yang menegangkan.
Gadis itu menghampiri tangga dan naik dengan hati-hati. Pegangan besi di tangannya terasa cukup dingin. Sementara angin malam juga terasa sedikit lebih kencang. Pemandangan laut dari sana tampak seperti hamparan kegelapan tak berujung dengan suara gelombang air yang menakutkan. Sekali lagi, itu membuatnya kembali berpikir tentang Sean.
'Sean masuk ke lautan seperti itu?'
Anna ingat ketika Sean meninggalkannya di pantai pagi tadi. Ketika mereka baru keluar dari gedung milik Alexa. Sean masuk dan menyatu dengan ombak, kemudian menghilang seakan ditelan oleh perairan yang terkenal ganas tersebut.
Saat ini pun Sean mungkin masih ada di bawah sana, berjuang menyelamatkan William, membebaskan pria itu dari segala projek gila yang menyakiti mereka berdua. Dan untuk kesekian kalinya, Anna menarik dan menghembuskan nafas dalam, berusaha mengendalikan rasa pilunya tentang kasus ini dan kembali memanjat tangga. Satu demi satu hingga ia pun tiba di atas anjungan kedua dari kapal penelitian itu. Sebuah tempat yang minim cahaya lampu. Gadis itu lalu berjalan ke tepian untuk lebih baik melihat segalanya. Dan benar, ia dapat melihat sangat baik dari sana. Melihat betapa sibuknya anak-anak buah Natalie.
Namun, belum sempat ia mengamati lebih jauh, mendadak ia merasa tak sendiri. Seseorang ada di sana juga, duduk di pagar besi tak jauh darinya.
"Dia..-"
Anna terpaku melihat pemuda itu. Seseorang yang kini menoleh juga ke arahnya.
"Sean?"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
THEIR MERMAN [COMPLETE]
FantasyAlasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasangannya sehari setelah perkawinan usai." Saat musim Kawin para Siren tiba, Sean Alex.. Seorang atlet renang yang tengah mempersiapkan diri untuk...