SILENT SCREAM

9.9K 681 18
                                    


Hatteras, Carolina Utara

Anna, meletakkan tas ranselnya ke atas kursi kayu tua setelah ia memasuki sebuah pondok. Matanya memandang ke sekeliling. Tempat itu tak berubah sama sekali sejak ia meninggalkannya beberapa tahun lalu. Sebuah rumah sederhana yang terletak tak jauh dari bibir pantai. Rumah keluarganya, pondok kecil di pesisir pulau Hatteras, Pulau penghalang di lepas pantai Carolina utara yang membagi Samudera Atlantik dengan Sound Pamlico.

Di ruang tamu kecil, perabot-perabot lama masih menghiasi tempat itu. Kursi dan meja tua dengan bantal persegi mungil yang dulu sering ia peluk. Dan juga, dinding bercat putih kusam dihias dengan beberapa bingkai foto keluarganya, beberapa adalah foto saat ia masih kecil. Sementara yang lainnya, adalah foto Kyle saudaranya, ayah dan ibunya, berserta anak anjing kecil mereka berjenis German shepherd yang kini telah tiada, meninggal beberapa tahun lalu sebelum Anna pindah ke Maryland untuk meniti karir.

Gadis itu tersenyum saat kenangan-kenangan mulai berhamburan di kepalanya. Kebersamaan keluarga yang terasa sangat hangat, begitu hangat sebelum sang ayah meninggal karena suatu kecelakaan. Ya, peristiwanya terasa baru kemarin terjadi. Terlalu menyakitkan untuk diingat. Sesekali ia bahkan terbayang jelas seluet gambaran kalau sang ayah berdiri di hadapannya sekarang. Tersenyum, dan merentangkan tangan untuk menyambut kepulangannya.

'Putri Duyung kecilku!'

Mungkin itu yang akan dikatakan Pria keturunan Italy yang membesarkannya jika melihatnya saat ini. Kalimat yang memang sering diucapkan pada Anna, bahkan saat pertama kali Anna diajarkan berenang. Gadis itu, masih mengingat semuanya dengan baik. Rentetan kenangan-kenangan manis, atau mungkin, menyedihkan. Menyedihkan jika mengetahui semuanya takkan pernah bisa diulang kembali.

Tak jauh dari tempat ia berdiri, Sorotan matanya tiba-tiba teralih ke sesuatu yang lain. Ke pojok ruangan. Di mana tak sengaja ia melihat sesuatu yang juga terpajang rapi di sana, tak jauh dari semua foto-foto tadi. Sebuah pahatan kayu berukuran sekitar satu meter juga tergantung menghiasi dinding. Pahatan berbentuk ikan dengan ketebalan kira-kira lima centimeter, karya yang dibuat dari kayu Acacia, hasil dari imajinasi seseorang di rumah itu. Kyle, saudara lelakinya.

"kau masih memasang rongsokan itu di sini?" Tanya Anna saat seorang pemuda berambut pirang tiba-tiba keluar dari ruang tengah. Pemuda bertubuh tegap, berusia sekitar dua puluh lima tahunan dengan kulit sedikit kecokelatan.

"Mahakarya. Kau lupa kita menyebutnya apa?" Lelaki itu mendekati Anna.

"Mahakarya?! Oh ayolah... Salmon ini, benda ini, hanya tugas sekolahmu saat kau masih SMU. Tugas yang bahkan anak kecilpun dengan mudah membuatnya."

Kyle berdeham. Terdiam beberapa saat, mata birunya memandang Anna dari atas ke bawah. Mengingat-ingat sebentar tentang gadis kecil kesayangan Dad itu. "Anna, kau benar-benar..-" Ia menegakkan bahu. "Baiklah! Begini saja, bagaimana dengan... Roti isi? Pie apel? Atau, Pizza Mr. Graat?"

"Pizza Mr. Graat!" Sahut Anna. "Aku mau pizza Mr. Graat!" Ia melirik pahatan itu lagi kemudian. Sesuatu yang tadi ia sebut Salmon. "Wow... Mahakarya yang bagus Kyle! Ikan salmon yang indah, mempesona, luar biasa. Semakin luar biasa kalau kau segera memesankan aku Pizza Mr. Graat."

Kyle tersenyum. "Baik, satu Pizza untukmu Nyonya. Dan asal kau ingat, itu bukan salmon. Tapi Hiu. Hiu biru." Pemuda itu berjalan lebih dekat, memeluk Anna. "WELCOME HOME MY LITTLE SISTER! Kau tak berubah sama sekali. Mulutmu masih saja tak bisa memuji benda sampah ini tanpa iming-imingan Pizza dari pak tua itu." Sambungnya.

"Benda itulah yang tetap tak bisa terlihat baik di mataku Brother..." Anna tertawa, membalas pelukan Kyle. 

Ia sempat mengkecup pipi saudaranya itu. Satu-satunya orang  yang ia rasa cukup jahil selama mereka masih berkumpul dulu. Sebelum ia memutuskan untuk pindah ke Louisiana dan berkerja di negara bagian itu.

THEIR MERMAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang