2

586 58 11
                                    

Sudah waktu sore, saatnya Taeyong untuk menepati janjinya eh tidak lebih tepatnya Jaehyun yang harus menepati janjinya. Taeyong sudah bersiap dengan celana jeansnya dan hoodie kebesarannya, entahlah Taeyong sangat suka menggunakan pakaian yang kebesaran. Taeyong menggunakan mobilnya untuk menuju ke apartemen Jaehyun, dia tersenyum sepanjang jalan, kenapa dia tersenyum? Haha tentu saja dia memikirkan Jaehyun, kekasihnya. Jika kalian bertanya apakah Taeyong mencintai Jaehyun? Jawabannya iya, bahkan dia sudah lama memendamnya demi persahabatannya, anggap saja friendzone, dia tidak berani mengungkapkannnya karna takut persahabatannya rusak. Tapi tak disangka Jaehyun sendiri yang mengungkapkannya sendiri, sungguh senang Taeyong waktu itu.

"Jae, aku harap hubungan kita akan sampai akhir."

Hampir sepuluh menit Taeyong mengendarai mobilnya untuk sampai di apartemen jaehyun. Taeyong turun dari mobilnya, dia memasuki gedung apartemen dan menaiki lift. Saat dia berada di lantai 22, Taeyong berhenti tepat pada sebuah pintu, dia mengulurkan tangannya untuk menekan bell. Tapi sebelum dia menekannya, pintu itu terbuka menunjukkan temannya yaitu jungwoo dengan muka yang habis menangis.

"Jongwoo kenapa kau menangis? Apa jaehyun melakukan sesuatu sampai membuatmu menangis, katakan padaku, akan ku pukuli dia nanti." ucap Taeyong dengan khawatir, dia memegang bahu Jungwoo lalu menggoyangkannya perlahan.

Jungwoo menepis perlahan tangan Taeyong yang berada di bahunya lalu menggeleng "aku tidak apa apa Tae."

"Tidak apa apa bagaimana, wajahmu memerah dan matamu membengkak, itu jelas sekali kau habis menangis."

"Mataku kelilipan debu, ya kau tau apartemen Jaehyun memiliki debu yang menumpuk." jungwoo tertawa ringan "aku akan pergi terlebih dahulu, bye Tae." Jungwoo melangkahkan kakinya menjauhi Taeyong.

'Maafkan aku, tidak seharusnya aku melakukan ini padamu'

Taeyong menatap kepergian Jungwoo dia mengerutkan keningnya, sungguh dia berpikir bagaimana bisa kelilipan debu persis seperti habis menangis. Taeyong mengedikkan bahunya lalu mencoba percaya "aku tanyakan nanti saja pada Jaehyun" gumam Taeyong.

Taeyong memasuki apartemen itu, dia melihat Jaehyun yang sepertinya kacau. Rambut Jaehyun yang biasanya rapi kini terlihat berantakan, puntung rokok yang berserakan di meja.
Taeyong menghampiri Jaehyun lalu menepuk bahu pria itu.

"Jae, Kau tak apa? Kenapa kau terlihat kacau seperti ini?

Jaehyun terlonjak kaget, dia dengan cepat menoleh ke asal suara " ah tae, aku tak apa, hanya saja memikirkan sesuatu." jaehyun membereskan puntung rokoknya lalu membuangnya ke tempat sampah, dia membersihkan sofanya "duduklah Tae, aku sudah membersihkannya."

Taeyong mengangguk "hem, kenapa kau begitu kacau, kau bisa menceritakannya padaku Jae, kau lupa aku sahabatmu sekaligus kekasihmu. Kekasih ada untuk saling berbagi keluh kesah dan menyemangati satu sama lain, tidak ada kebohongan antara satu sama lain, jadi kau bisa menceritakannya Jae." Taeyong mengelus bahu Jaehyun sambil tersenyum lembut.

Jaehyun berdiri lalu duduk disamping Taeyong, dia mulai merebahkan dirinya di paha Taeyong, jaehyun memejamkan matanya. Taeyong melihat jaehyun yang merebahkan dirinya di pahanya, dia mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut jaehyun.

"Hatimu sangat gelisah Jae, apa yang sebenarnya terjadi." Taeyong memandang wajah jaehyun, Taeyong mengelus pipi jaehyun yang terlihat tembam "Jae, apa yang sebenarnya terjadi kenapa kau menyembunyikannya."

Jaehyun membuka matanya perlahan, dia manatap manit Taeyong yang terlihat indah "Tae, aku ingin bertanya."

"Tanyakanlah padaku Jae, jika aku tau aku akan menjawabmu."

"Bagaiman jika suatu hubungan ada karna terpaksa? Bagaimana suatu hubungan ada hanya karna permainan?"

Taeyong mengerutkan keningnya "Jae, apapun itu jika suatu hubungan tanpa didasari cinta itu salah. Hubungan ada untuk saling mencintai bukan perkara permainan atau apapun itu."

"Apakah harus memberitahunya? Bagaimana jika dia kecewa Tae, bagaimana jika dia menangis?"

Taeyong menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, dia menatap langit langit ruangan "Jae, dari pada orang itu kecewa nanti, dan lebih sakit hati karna telah lama di bohongi lebih baik katakan secepatnya. Dan kau harus tau, lebih baik katakan dengan sendiri dari pada orang itu tau dengan sendirinya."

"Baiklah, terima kasih atas saranmu Tae."

"Jae, aku ingin tanya. Kenapa jungwoo terlihat habis menangis setelah keluar dari sini, apa yang terjadi. Aku sudah bertanya padanya tapi dia menjawab rumah mu penuh dengan debu. Tapi sungguh itu tidak masuk akal, apakau tidak bisa membayar pembantu?" Taeyong menatap Jaehyun dengan serius.

"Hahaha Tae, kenapa kau begitu lucu. Tidak tidak disini tidak ada debu sama sekali, mungkin dia habis menonton drama yang sedih jadi dia malu mengakuinya dan mengatakan dia kelilipan debu." Jaehyun ketawa dengan tangan yang memegang perutnya, sungguh temannya sangat konyol.

Taeyong tersenyum saat melihat Jaehyun tertawa, lebih baik melihat Jaehyun tertawa dari pada gelisah seperti tadi.

Jaehyun yang sadar di tatap mengehentikan tertawanya, dia menoleh ke arah Taeyong yang masih menatapnya. "Apa aku sangat tampan Tae? Sampai sampai kau harus menatapku seperti itu."

"Benar kau sangat tampan Jae, kau tau kau bak dewa yunani yang tampan, hehe."

Jaehyun mencubit pipi Taeyong "kenapa kekasihku ini menggemaskan hm? Dan sejak kapan kau pintar menggombal seperti itu?" Jaehyun mengangkat salah satu alisnya.

"Heung, Jae kau memang tampan. Tidak aku tidak menggombal sama sekali, itu kenyataan kau tau itu."

Jaehyun mendekati Taeyong, dia memegang wajah taeyong lalu menatap dalam manik taeyong. "Kau juga cantik Taesalivaitu fakta."

Cupp

Jaehyun mengecup bibir Taeyong, dia menatap mata taeyong. Dirasa tidak ada penolakan jaehyun mulai menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir Taeyong.

"Eump jae"

Jaehyun terus melumat bibir Taeyong, dia mengajak lidah taeyong untuk berperang, dia membelit lidah Taeyong sampai sampai Taeyong melenguh dibuatnya. Jaehyun membawa tubuh Taeyong kepangkuannya, taeyong mengalungkan tangannya ke leher jaehyun. Hampir lima menit berjalan ciuman itu, Taeyong yang merasa hampir kehabisan nafasnya memukul pundak Jaehyun. Jaehyun yang mengerti melepaskan tautan bibirnya, dia mengelus saliva yang berceceran di area dagu Taeyong.

"Bibirmu manis Yongie, dan akan selalu seperti itu." membisikkannya pada Taeyong yang sedang mengatur nafasnya dengan menaruh kepalanya di pundak Jaehyun.

Taeyong kembali menegakkan kepalanya "Yongie? Panggilan apa itu Jae?"

Jaehyun mengelus surai Taeyong yang berwarna pink itu, sangat terlihat manis "panggilan kesanganku untukmu Yongie."

"Eung? Jae sejak kapan kau menggunakan aku kamu? Biasanya kau selalu menolak jika menggunakan seperti itu." taeyong memiringkan kepalanya.

Jaehyun tersenyum gemas dia menggigit kecil hidung taeyong. Taeyong yang digigit seperti itu memukul pundak Jaehyun lalu mengelus hidungnya. "Yakk!! Jaehyun kenapa menggigit hidung Yongie. Ini sakit."

"Kau sungguh menggemaskan tae, aku tidak tahan untuk menggigitmu."

Taeyong yang mendengarnya langsung turun dari pangkuan jaehyun "Jae, kenapa kau ingin menggitku, aku tidak empuk kau tau."

Jaehyun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum karna tingkah kekasihnya itu. Dia berdiri dari duduknya lalu menuju ke arah karpet yang memebentang di depan tv itu.

Jaehyun menepuk tempat sebelahnya "kemari Yongie, aku akan membantu tugasmu itu."

Taeyong mengangguk lalu berjalan menghampiri Jaehyun, dia langsung mengeluarkan  buku buku yang berada di tasnya. Mereka terlihat sangat fokus mengerjakannya dengan diselingi bercandaan yang sering dilontarkan oleh Taeyong.

~bersambung

See you soon next chapter

Bye

Don't forget to vote and coment

Gak suka gak usah baca oke!!

The First Lie Of Happiness [Kaiyong] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang