16

351 41 1
                                    


Happy reading!!!

"Taeyong dengarkan aku. " Ini sudah kesekian kalinya Jongin memanggil Taeyong tapi sang empunya nama tidak merespon sama sekali.

"Taeyong maafkan aku, tapi bagaimana lagi mamih yang meminta seperti itu. "

"Tidak lucu. " Dengan datar Taeyong menjawab.

Jongin tersenyum, setidaknya Taeyong menjawab dirinya walaupun dengan riak datarnya, tidak masalah dari pada Taeyong terus mendiami nya.

"Aku tau tidak lucu tapi itu permintaan mamih Taeyong. " Ini semua gara gara masalah yang ada di ruang keluarga tadi, dengan mamih nya yang berakting sebagai orang yang tidak suka dengan calon menantu anaknya, terdengar geli memang tapi bagaimana lagi Jongin tidak bisa menolak permintaan mamih nya, dia terlalu lemah jika di hadapkan dengan mata puppy mamih nya itu.

Taeyong kembali tidak merespon "apapun yang kau mau aku belikan asal jangan mendiami ku seperti ini. "

Taeyong mendengus "nanti mamih mu mengatakan kalau aku matre. "

"Tidak akan, mamih hanya bercanda tadi. "

"Hyuuung!! Aku ingin memeluk mamih Hyung dengan erat, sangat erat sekali. " Kedua tangan Taeyong mengepal kedepan seakan memperagakan memeluk orang dengan gemas, mungkin tidak gemas melainkan membunuh orang yang di peluk sampai kehabisan nafas.

Jongin tersenyum maklum, dia tau seperti apa kesalnya Taeyong pada mamih nya, lagi pula Jongin tau Taeyong tidak akan melakukan hal seperti itu.

"Sudahlah, lupakan Hyung walaupun aku masih kesal dengan mamih Hyung. "

"Maafkan tingkah laku mamih ya, tapi nanti jika kau dekat dengan mamih kau akan tau sebaik apa dia. " Jongin memegang tangan Taeyong lalu membawanya ke arah kasur , jangan berpikir yang macam macam. Jongin membawa Taeyong ke kasur karena sebelumnya mereka berdiri di depan pintu, sangat tidak etis.

"Duduklah disini, aku akan membawa camilan untukmu. " Jongin akan mengambil camilan yang biasa adiknya simpan, tapi sebelum dia melangkah tangan Taeyong terlebih dahulu menahannya.

"Tidak usah Hyung, lebih baik Hyung jelaskan tentang pesan itu. "

Jongin mengingat ingat tentang pesan Taeyong dan setelahnya duduk di depan Taeyong "baiklah akan aku jelaskan tentang pesan itu, pertama aku ingin mengatakan kalau dia bukan tunangan ku, dan dengan kata cincin itu aku menyuruhnya mencari cincin yang pas untuk aku berikan padamu, karena jari krystal sama dengan punyamu, niat ku itu ingin memberikan mu kejutan tapi malah jadi seperti itu. Krystal dia teman sekaligus pemilik toko perhisan jadi aku membeli padanya. " Ya memang seperti itu awalnya, Jongin ingin memberi kejutan pada Taeyong dengan melamarnya tapi malah terjadi salah paham seperti itu.

"Melamar? "

"Iya aku ingin melamar mu, aku tidak mau berlama lama menjadi kekasihmu, lebih baik aku cepat melamar mu dan menikahi mu dengan cepat agar tidak ada yang merebut mu. " Yap, itu tujuan Jongin yang sebenarnya, dia ingin cepat membuat Taeyong hanya menjadi miliknya seorang, persetan dengan mereka yang baru kenal.

"Su-sungguh? Hyung ingin melamar ku? " Hey tolong beri Taeyong nafas buatan, dia terasa sesak sekarang.

"Iya sungguh, tunggu sebentar. " Jongin beranjak dari duduknya dan berjalan menuju nakas, dia seperti mengambil sesuatu di laci nakasnya itu.

Taeyong mengerutkan keningnya dengan mata yang terus mengikuti kemana Jongin menuju, dan setelahnya Taeyong kembali sesak saat Jongin berbalik dan membawa kotak kecil, dia tau kotak apa itu. Taeyong terkejut saat Jongin berlutut di depannya, Jongin bahkan membuka kotak cincin itu "hyu-hyung? Ap-apa yang Hyung lakukan? " Taeyong gugup.

The First Lie Of Happiness [Kaiyong] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang