8

443 56 4
                                    

Selamat membaca!!

"Hoamm.. Sudah pagi ternyata. " Taeyong menguap lalu bangun dari pembaringannya, dia meregangkan otot ototnya yang kaku saat tidur.

"Untung saja mereka tidak membuatku tersiksa tadi malam, tapi kenapa tidak ada suara? Apa benar ruangan ini kedap suara? Mungkin iya. " Taeyong menjentikkan jarinya tanda dia memiliki ide, dia mulai tersenyum kecil "jika tidak ada bukti berarti hoax, baiklah karena ruangan ini kedap suara aku ingin teriak. " Taeyong mulai mengambil nafasnya dan menahan di perutnya "AAAAAAA AKU INGIN MELUPAKANNYA. " Teriakan Taeyong sangat menggema di dalam kamar itu, setelahnya Taeyong tersenyum puas, dia rasa memang ruangan ini kedap suara jadi dia tertawa lepas lumayan,pikirnya.

Brak!!!

"Yak Taeyong ada apa? Apa ada maling? Kenapa kau berteriak? "

"Taeyong apa di rumahku ada maling? Dimana dia? "

Taeyong yang awal mulai tertawa menjadi diam, dia bahkan mengedipkan matanya lucu.

"Jawab, kenapa kau malah diam. " Ten berkacak pinggang di depan pintu, dia khawatir ada sesuatu pada Taeyong karena teriakannya.

"Tidak ada apa-apa, aku berteriak karena ingin mencoba ruangan ini kedap suara atau tidak. " Taeyong tersenyum polos seakan teriakannya tidak membuat orang khawatir.

Ten dan Johnny mendengus bersama, sia sia saja mereka berlarian dari lantai bawah ke lantai atas karena takut terjadi sesuatu pada Taeyong.

"Sudah huss sana pergi, aku ingin mandi. " Taeyong mengusir halus mereka berdua, tidak tidak bukan karena dia ingin cepat mandi tapi karena malu atas kejadian tadi.
Taeyong tuh sebenarnya malas mandi, dia tidak akan mandi kalau tidak ada kepentingan di luar itu semua dari bagian hemat. Mirip readers yang jarang mandi.

Sekarang Taeyong sudah berada di kamar mandi, dia sudah melepas semua kain yang ada di tubuhnya kecuali celana dalamnya tentu saja. Taeyong berdiri di depan cermin, dia menatap tubuhnya yang begitu sexy katanya.

"Kenapa tidak ada yang suka padaku? Sekalipun suka itu hanya taruhan, miris sekali kau Lee Taeyong. "

Taeyong kembali melanjutkan acara mandinya setelah puas menatap tubuhnya sendiri.
Membutuhkan waktu 15 menit untuk Taeyong menyelesaikan mandinya, dia ingin berlama lama di kamar mand,ya untuk menangis tentu saja.

Taeyong menggunakan baju kaos dan celana hitamnya, dia juga tidak lupa untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Setelah semua selesai Taeyong berjalan turun menuju ke dapur.

Disana dia sudah melihat pasangan mesum, hey liat saja mereka duduk berpangkuan padahal ada kursi di samping mereka. Taeyong menggelengkan kepalanya "dasar pasangan muda. "

'Taeyong apa kau sudah tua? '-author

'Sudah diam. '

'Bilang saja kau iri. '

Taeyong terus melanjutkan langkahnya, dia duduk di depan pasangan itu lalu berdehem untuk menyadarkan mereka kalau ada orang lain disini "Ekhem.. "

Mereka berdua menolehkan pandangan dan melihat Taeyong yang sedang menatap tajam mereka.

"Eh kau sudah disini Taeyong. "

"Hm, dimana makananku?"

Johnny menunjuk pada meja dapur "itu makananmu ada disana, ambil saja kau mengganggu kami. "

Taeyong berdecih lalu berdiri dari duduknya, dia melangkahkan kakinya ke arah meja dapur untuk mengambil makanan. Setelah sudah mengambilnya Taeyong kembali ke tempat duduk semula, sebelum makan dia berucap "jangan berbuat mesum di depanku dan jangan menebar keromantisan kalian padaku. "

"Kau iri? " Ten menyahut sambil menaikkan salah satu alisnya, "suka sekali mengganggu taeyong" Pikirnya.

Sekarang taeyong yang mendengus tapi Taeyong tidak menanggapi ucapan Ten, dia melanjutkan makan tanpa suara yang keluar.

"Taeyong kau ingin berjalan jalan disini? Kebetulan Johnny mau menemani kita. "

Tapi Taeyong tetap tidak menyahut dia terus melanjutkan makannya.
Ten yang merasa di acuhkan mengerutkan keningnya, dia mulai berpikir apa kejahilan nya sudah keterlaluan?

"Taeyong kau marah padaku? "

Taeyong tetap saja tidak menanggapi dan itu membuat Ten pelaku pengusilan Taeyong merasa bersalah. Ten turun dari pangkuan Johnny lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Taeyong, Ten menggenggam bahu Taeyong lalu mengguncang nya perlahan "Taeyong kau benar marah padaku? Maafkan aku, tapi aku mengusilimu untuk menghiburmu secara halus dengan melihat raut kesalmu itu. "

Taeyong menghabiskan kunyahan nya dan makanan di piringpun sudah habis oleh Taeyong, dia menghela nafasnya lalu menggenggam tangan Ten yang berada di bahunya "aku tidak marah Ten, hanya saja aku sedang makan dan aku ingin menerapkan table manner. " Taeyong menunjukkan cengiran polos.

Ten langsung bernafas lega dia menjatuhkan dirinya pada tempat duduk "aku kira kau marah Tae. "

Johnny selalu penonton baik dia hanya diam menyaksikan tingkah persahabatan mereka, bolehkah Johnny tertawa? Kelakuan mereka sangat absurd.

"Aku tidak. " Taeyong menggelengkan kepalanya "kau tadi mengucapkan jalan jalan? Memangnya mau jalan kemana? "

Ten menolehkan pandangannya "aku sudah membicarakannya dengan Johnny, jadi kita akan pergi ke Bay National Garden kau mau? "

Taeyong memikirkan sejenak lalu dia mengangguk dengan cepat "aku mau sepertinya indah. "

Johnny berdiri dari duduknya dia masukkan tangannya ke dalam kantong celana lalu menatap dua sahabat yang absurd itu "lebih baik kalian bersiap siap, aku tidak mau menunggu lama. " Johnny melangkahkan kakinya menjauhi area meja makan untuk menuju ke kamarnya untuk bersiap siap juga.

Ten mengikuti Johnny dari belakang dia juga ingin bersiap siap untuk pergi berjalan jalan. Taeyong menatap kepergian sepasang kekasih itu lalu dia meluruskan pandangannya "apa aku akan menemukan jodohku disana? " Taeyong langsung beranjak untuk pergi naik ke arah kamarnya juga dia hanya ingin mengambil topi dan tas itu sudah cukup.

Sekarang mereka bertiga sudah berada di dalam mobil dengan Johnny yang menyetir di temani Ten. Taeyong menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan mata sejenak.

"Tae kau mau? " Ten menyodorkan snack di tangannya untuk menawari pada Taeyong.

Taeyong menggeleng "aku masih kenyang Ten jadi nanti saja. "

Ten mengangguk menanggapinya. Perjalanan mereka dari rumah menuju Bay National Garden membutuhkan waktu setengah jam.
Jadi selama itu mereka di dalam mobil hanya dihabiskan saling melempar candaan atau saling menjahili. Johnny juga saling mengenal bersama pada Taeyong, bagaimanapun juga teman Ten adalah temannya juga.

"Taeyong bagaimana kabar winwin? Kemarin waktu aku berada di Seoul winwin tidak menemuimu. "

"Dia buru buru pergi ke Tiongkok karna ada urusan keluarga jadi dia tidak bisa menemuiku. "

"Apa winwin tau masalahmu? Di kan kekasih Yuta sedangkan Yuta juga tau masalah ini. "

"Aku tidak tau tapi aku harap dia tidak tau karena aku tidak mau mereka bertengkar. "

Ten menolehkan kepalanya ke arah belakang dan menatap Taeyong "Taeyong seharusnya kau balas dendam, ya aku tau ini bukan salah Yuta itu tapi bagaimanapun menutupi sebuah kejahatan adalah salah, setidaknya Yuta terkena omelan winwin. "

Taeyong menghela nafasnya "aku tidak tega, bagaimanapun juga Yuta adalah temanku. "

"Kau sungguh baik tapi Jung sialan Jaehyun itu membuatmu sakit hati, aku hanya berdo'a semoga dia menyesal dan mendapatkan rasa sakit lebih darimu. "

"Tidak, jangan seperti itu Ten. " Setelah mengucapkannya Taeyong menatap ke arah jendela samping "tapi aku berharap seperti itu. " Ucap Taeyong dalam hati.

~bersambung...

Vote and coment

Thank you


The First Lie Of Happiness [Kaiyong] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang