Malam sudah berganti pagi, terangnya bulan sudah berganti matahari, tapi masih saja ada beberapa orang yang masih bergelung dengan mimpinya.
Taeyong dan Ten walaupun sudah berganti waktu masih saja terlena dalam tidurnya, biarkan mereka tidur dan terlambat saja.
"Hoaam.. " Ten menguap dan mencoba membuka matanya.
1 detik
2 detik
3 detik
"Yak!!! Taeyong.. Kita terlambat astaga. " Ten lekas untuk beranjak dari tidurnya, dia panik karna takut ketinggalan kereta, niat ingin pergi berlibur malah ketinggalan kereta kan tidak lucu.
Ten mencoba mengguncang tubuh Taeyong, mereka harus segera pergi. Taeyong yang merasa tidurnya terganggu karna guncangan tersebut dengan perlahan mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.
"Eungh kau menggangguku, aku masih mengantuk. " Taeyong kembali mencoba memejamkan mata untuk tidur kembali.
Ten tidak menyerah, dia terus mengguncang keras tubuh Taeyong persetan Taeyong kesakitan dia tidak mau terlambat. "Yakk! Lee kita hampir terlambat bangunlah. "
Mendengar kata terlambat Taeyong dengan cepat membuka matanya, dia sadar kalau sekarang mereka akan pergi ke Suncheon untuk berjalan jalan.
"Kenapa kau tak membangunkanku? Bagaimana kalau kita terlambat? "
Ten mengerutkan keningnya, apa tadi mengguncang tubuh Taeyong itu bukan membangunkan? Lupakan yang sekarang dia tidak mau ribut dengan membutuhkan banyak waktu sedangkan mereka akan terlambat.
"Terserah kau saja, tadi aku sedang membuat gempa mainan untukmu. "
Taeyong meringis saat mendengar penuturan Ten, dia sadar perkataannya salah. Bahkan jelas jelas tadi Ten membangunkannya dengan cara mengguncang tubuhnya.
"Hehe maafkan aku, aku panik jadi itu wajar. "
Ten memutar bola matanya "siapa yang ingin mandi terlebih dahulu? "
"Kau saja, aku belum menyiapkan bajuku. "
Mendengarnya Ten langsung bergegas pergi ke kamar mandi sedangkan Taeyong menggeret koper besarnya dan membawa beberapa baju, mungkin jika hanya baju dan keperluan lainnya itu wajar, tapi tidak untuk seorang Lee ini. Dia pergi ke arah dapur untuk mengambil beberapa alat masak kecuali kompor. Ya gak mungkin kan bawa kompor.
Taeyong menaruh tangannya di pinggangnya, dia menatap kopernya sambil tersenyum sebelum sebuah teriakan menggema di kamar itu.
"Kau gila Taeyong? Untuk apa kau membawa alat masak huh? Apa kau pikir kita akan pergi ke hutan. " Ucap Ten yang menatap terkejut isi koper Taeyong dengan balutan bathrobenya itu.
"Aku hanya menyiapkan siapa tau kita membutuhkannya untuk makan. "
"Kau makan panci itu saja, seharusnya kau bawa makanan bukan panci dan teman temannya. "
Taeyong kembali meringis dia salah lagi :(
Taeyong mengerucutkan bibirnya dan menghentakkan kakinya itu."Kau urus saja punyaku, aku ingin pergi mandi. " Dengan langkah yang tetap di hentakkan Taeyong memasuki kamar mandi, di tidak mau terkena marah kembali.
Ten menghela nafasnya, dia menatap Taeyong yang sudah masuk ke kamar mandinya lalu melangkahkan kakinya untuk mendekati koper Taeyong itu. Dia mengeluarkan barang barang yang tidak diperlukan, sebenarnya dia tau kenapa Taeyong mau membawa alat masak. Pertama karena hobinya yaitu memasak, yang kedua karena Taeyong maniak alat masak yang lucu tidak bukan itu saja bahkan gelas atau perabotan rumah juga tak luput dari kemaniakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The First Lie Of Happiness [Kaiyong] √
RomanceTentang Taeyong yang cinta tulusnya di hianati oleh kekasih tercintanya. About Kai Taeyong not Jaeyong Jaeyong book sebelah