{CHAPTER 39~Jarak sebuah pembicaraan~}

374 51 2
                                    

'Sebenarnya, siapa dirimu…'
Batinku bertanya-tanya saat ia berhasil membawa ku keluar dari akademi.

.
.
.

Evan POV

Benar-benar sebuah malam yang sunyi… Tidak banyak orang di sekitar kami, dan dapat dengan mudahnya kami keluar dari akademi.

Lorong demi lorong berhasil kami lewati, tanpa disadari oleh seorangpun di dalam akademi.

Awalnya aku berencana akan menculik gadis ini, nyatanya ini menjadi lebih mudah.

"Benar-benar malam yang sepi… Apa semua orang tengah menangis di depan pemakaman saat ini?"
Ujar Drake Writliz dengan tawa kecilnya.

Aku menatap sosok gadis yang tengah mengenakan jubah hitam nya, Claryn Louise.

"Cuaca yang cukup dingin, saya harap anda tidak kedinginan, Yang Mulia…"

Claryn menatap tajam ke arahku.

"Jangan konyol, aku mewarisi Eviezt Es. Cuaca sedingin apapun tidak akan mempengaruhi ku."
Gadis tersebut bersikeras, benar-benar sosok yang mempertahankan statusnya dalam sebuah pertarungan.

Aku terkekeh mendengar pernyataan nya, seperti nya aku bisa bebas untuk membantahnya saat ini.

"Lalu mengapa anda menggunakan jubah?"

Claryn hanya terkekeh, ia tampak benar-benar mengetahui permainan ku saat ini.

"Itu karena aku menghindari menatap wajahmu, jubah ini akan membutakanku dari dirimu."

Pernyataan nya cukup membuat ku tertegun kali ini, ia benar-benar sosok yang pandai dalam berdebat.

"Baiklah… Saya akui, saya adalah sosok yang bisa anda benci, kapanpun anda mau."

Aku akhirnya memutuskan untuk menyudahi adu mulut dengannya, saat menyadari bahwa kami telah berada di depan hutan.

Aku memperhatikan sekitar, memastikan tidak ada seorangpun yang mengikuti kami.

"Kita akan melakukannya, di sini…"
Ujar Drake Writliz dengan matang lalu mulai mengubah dirinya layaknya sebuah cahaya, lebih tepatnya cahaya dari Eviezt Es.

"Baiklah."

Aku mulai mengeluarkan cahaya kebiruan dari tanganku, lalu mengarahkannya menuju ke dalam hutan, hingga mulai membentuk sebuah portal.

"Ataria Erakutsi Northluzt".
Ucapku pelan sambil terus mengarahkan Eviezt ku ke arah portal.

Diikuti dengan sihir dari Drake Writliz, portal tersebut akhirnya terbentuk.

Benar-benar portal yang sama saat terakhir kali aku menginjakkan kaki di Northluzt.

Tanpa membuang-buang waktu, aku menarik tangan gadis di samping ku untuk memasuki portal tersebut. Ia tampak tidak menolak, di sisi lain aku bisa melihatnya sebagai orang yang penurut.

Mungkin itu karena ia menyadari, bahwa portal kami semakin melemah.

"Kamu mengetahui situasinya dengan jelas, Claryn," ujarku tanpa menjalin kontak mata dengannya.

"Diamlah. Aku bukan anak kecil yang bisa selalu kau bimbing, lepaskan tanganku!"

Aku terkekeh pelan lalu melepaskan tangannya, saat kami terus berjalan sumber menuju cahaya dengan Drake Writliz yang menjelma sebagai sihir di sekitar kami.

Ini tidak terlalu buruk, aku senang akhirnya bisa membawa gadis ini dengan aman menuju Northluzt.

.
.
.

The Magical Academy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang