'Kau sama sekali tidak berubah…'Batin Claryn sembari menatap sosok Ilusi yang terus membawanya pergi
—Ilusi POV—
Aku menggenggam tangannya, kami berlari menembus gelapnya malam.
Kurasakan tangannya yang sedingin es, kurasa kekuatannya bertambah kuat. Tidak heran tangannya menjadi lebih dingin.
Meskipun tangannya begitu dingin, bisa kurasakan energi hangat mengalir di dalam dirinya. Setidaknya ini merupakan pertanda baik, dia masih memiliki darah manusia yang mengalir di dalamnya.
Perhatian ku mengarah reruntuhan bangunan yang berada di pinggir kota Leuzea. Sebuah tempat yang cukup hening dan tersembunyi.
...
Aku memasuki reruntuhan bangunan tersebut, mulai mencari tempat yang layak untuk berbicara
"Tempat ini, aku tidak bisa menemukan tempat yang lebih baik selain ini." Ujarku pada gadis bersurai putih ini.
Ia masih memutuskan untuk tidak berbicara. Ia banyak berubah dari yang kubayangkan.
Claryn hanya menatap ku dengan tatapan seperti memendam sesuatu.
Sebuah kenyataan yang tidak ingin ia katakan.
Seakan memahami isi pikirannya, aku mulai mengetahui apa yang ia pikirkan sejauh ini.
"Kau mulai ragu untuk memulai perang?"
Tanyaku spontan saat melihat tatapan matanya.
Seakan terkejut, Claryn menganggukkan kepalanya, benar-benar seperti orang yang tidak bersalah yang dipaksa untuk memenuhi tanggung jawab nya.
"Kau akan memikul tanggung jawab untuk itu. Perang yang mereka maksud, adalah bentuk dari balas dendam dari masa lampau."
Claryn masih terdiam, ia hanya bersandar pada sebuah reruntuhan batu yang berada di dekatnya.
"Dan, aku akan membalaskan dendam itu, secara tidak langsung, aku sudah menaruh kebencian selama ini."
Claryn akhirnya mengeluarkan suara nya, ia benar-benar mengungkapkan benaknya saat ini.
"Itu bagus, setidaknya jalani peranmu dan lakukan tanggung jawabmu sebagai klan Louise."
"Bahkan jika aku harus menbunuhmu? Apa bagusnya hal itu?!"
Pernyataan tidak terduga justru keluar dari mulutnya saat ini.
"Aku akan menjalani peranku, tapi tidak dengan yang satu ini. Aku hanya ingin mendapatkan akhir yang bahagia, aku selalu berusaha untuk menghindari kenyataan ini, tapi kali ini semua terlihat jelas…"
Air mata perlahan keluar dari pelupuk mata nya. Tangisan tanpa suara terlihat jelas di mata gadis ini.
Ia kemudian menatap kedua telapak tangan nya, seakan ngeri jika suatu saat akan ada darah yang mengotori telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magical Academy [On Going]
FantasyManusia atau Penyihir? Dua jiwa ini bersatu di dalam seorang gadis Seperti es yang membeku, ia cukup dingin terhadap orang lain Terkadang memiliki Empati seperti manusia... Terkadang ia kurang berempati layaknya penyihir ...