_Claryn POV_
Aku kembali memikirkan kejadian dimana ia memberitahu semua hal yang ia ketahui pada ku. Meskipun aku belum yakin bahwa aku harus mempercayai Ilusi sepenuhnya.
Tapi setelah apa yang ia bagi denganku, kurasa ia cukup meyakinkan. Sejenak terpikir olehku, apakah Ilusi akan dihukum bila memberitahu segala hal tentang klannya?
Memberitahu informasi penting pada musuhnya? Bukankah itu terlalu bodoh jika dilakukan tanpa alasan?
Aku berusaha mencerna semua hal yang ia katakan padaku. Nada bicaranya, seakan mengisyaratkan ia benar-benar ingin memberitahu ku semua hal yang terjadi.
"Jawab aku, Claryn"
Suara Ilusi kembali terdengar, namun kali ini dengan sedikit penekanan."Apakah aku terlihat seperti orang baik bagimu?"
Pertanyaan yang sama kembali Ilusi ajukan padaku."Tentu saja. Menurut mu kenapa aku membiarkanmu hidup tenang, sedangkan aku bisa membunuhmu kapan saja?"
Jawabku sambil menatap wajahnya yang tertutup Hoodie.Ilusi tampak menyeringai, cukup mengerikan, namun entah mengapa aku tidak takut.
Terjadi beberapa keheningan sesaat, hingga aku meeasakan sebuah tangan hangat menyentuh wajahku.
"I-ini?"
Sentuhan hangat ini, terasa familiar. Seperti pernah kurasakan sebelumnya, namun aku tidak ingat kapan.
Semuanya terkesan jelas, perasaannya, emosinya, dan penderitaannya. Semua seakan aku alami dalam sedetik.
Tidak pernah terpikir olehku bahwa ia menderita selama ini. Sebuah Ilusi merasakan penderitaan? Apa itu mungkin?
"Jangan terlalu mempercayai ku. Kau tidak tahu, kapan aku bisa berkhianat. Aku hanya tidak ingin melihatmu kecewa."
Ujar Ilusi yang terkesan memperingatkan.Ia menarik tangannya dari wajahku, membuatku tersadar di sebuah realita yang dingin.
Aku tidak yakin harus menanggapi peringatan nya atau hanya diam. Belum ada alasan jelas yang terpikir olehku. Alasan yang menjelaskan mengapa ia tidak ingin dipercayai.
"Aku mengerti"
Tanggapku singkat.Aku sendiri tidak yakin dengan tanggapanku saat ini. Biasanya aku akan membantah saat ia mengatakan hal yang tidak sepemikiran ku, namun ada yang berbeda kali ini.
Mungkin menanggapi hal-hal dengan singkat adalah cara terbaik untuk membuat orang merasa lega.
"Kalau begitu, pulanglah ke tempatmu mu, kau perlu istirahat"
Ilusi memberiku saran. Aku hanya mengangguk sebagai tanda bahwa aku menerima sarannya.Tak lama kemudian, kulihat Ilusi mulai berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja.
Langkahnya semakin jauh, dan menjadikan ku seorang diri di hutan yang cukup dingin ini.
Tak ingin berlama-lama, aku segera berjalan keluar hutan. Mencari jalan keluar dan akhirnya kudapati sebuah padang rumput yang luas.
Aku melangkahkan kaki keluar menuju hutan, angin langsung berhembus, membuatku sedikit merasa kedinginan. Sayang sekali, aku tidak menggunakan pakaian hangat. Hanya baju tidur berwarna putih yang kugunakan saat ini
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magical Academy [On Going]
FantasyManusia atau Penyihir? Dua jiwa ini bersatu di dalam seorang gadis Seperti es yang membeku, ia cukup dingin terhadap orang lain Terkadang memiliki Empati seperti manusia... Terkadang ia kurang berempati layaknya penyihir ...