{CHAPTER 44~Menyembunyikan~}

317 44 20
                                    


Soullest, sebuah simbol yang telah menjadi bukti terikat nya dua jiwa.

.
.
.

-Claryn POV-

Tanganku, benar-benar terasa seperti terbakar saat ini.

Kuperhatikan Ilusi yang terdiam sembari menatap tangannya. Entah apa yang dipikirkannya saat ini, ia hanya tersenyum ringan sembari memegangi tangannya.

"Apa yang terjadi? Kau tersenyum seperti itu, itu cukup misterius..."

Ilusi kemudian menoleh ke arahku, ia memegang bahuku, lalu menunjukkan tangannya dengan simbol aneh bertuliskan 'Soullest'

"Kita telah terhubung, oleh karena itu, kau harus menjaga dirimu dengan baik. Seluruh rasa sakit yang kau alami, dapat kurasakan mulai detik ini."

Ujarnya dengan nada serius.

Ilusi kemudian menarik tanganku, ia memperhatikan tanganku yang terasa seperti terbakar saat ini.

"Jangan biarkan siapapun melihat ini, atau mereka akan dengan mudah melukai mu. Mereka menginginkan kematian ku, dan mereka akan melakukan apapun untuk itu."

Tangan milik Ilusi mengeluarkan cahaya hitam yang perlahan merambat ke tanganku.

Dengan sekejap, tanganku telah diregenerasi olehnya, simbol aneh yang berada di tanganku perlahan menghilang.

"Tanganku, tidak lagi terbakar." Ucapku dengan penuh kekaguman.

-Tep-

Ilusi menepuk kepalaku perlahan. Membuatku tidak bisa mengelak dari ini. Ini... Benar-benar sebuah hal yang familiar.

"Ingatlah, mulai sekarang, kau tidak lagi merasakan sakitmu seorang diri. Aku akan merasakan hal yang sama dengan mu."

Ujar Ilusi sembari menepuk kepalaku perlahan.

Aku menatap sosoknya yang misterius, wajahnya selalu di tutupi oleh jubah yang dikenakannya.

"Kau, orang yang baik..."

Aku terus saja mengatakan hal yang sama saat seseorang menepuk kepala ku. Rasanya sudah seperti reflek.

Ilusi tersenyum, lalu membelai rambut ku perlahan.

"Rambut yang indah. Aku senang masih bisa melihatnya panjang seperti ini."

"Maksudmu?"

Ilusi tersenyum ke arahku.

"Kau, tidak memotong rambut mu. Kurasa pada akhirnya kau mendengar kan saranku."

Ilusi, ia bahkan mengingat hal-hal kecil yang pernah ia katakan padaku.

"Bagaimana kau bisa mengingat semua itu? Kau seharusnya melupakannya bukan? Aku ini, bukanlah sesuatu yang harus kau perhatikan."

Ujarku padanya saat menyadari aku sudah cukup banyak membebaninya akhir-akhir ini.

Ilusi tampak kebingungan melihat respon ku kali ini.

"Apa maksudmu? Bagaimana aku bisa melupakan mu? Hanya kau satu-satunya orang yang ingin kuingat."

Jawabnya tak terduga, membuatku seketika terdiam.

"Jangan pernah berpikir kau membebani ku. Aku datang kemari atas kemauanku, dan itu semua untuk meredakan rasa kesepian ku."

Lanjut Ilusi sembari membelai rambut ku, aku benar-benar mendapat perhatian lebih kali ini.

"Hei-apa kau kesepian selama ini?"

The Magical Academy [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang