2 - The Second

24 3 0
                                    

Di waktu yang masih belum menunjukkan sinar matahari ini, Ravellio mengusik tidur Ralin. Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi tapi laki-laki itu sudah berisik dan mengacau pada sang adik agar segera bangun. Belasan kali ketukan pintu kamar Ralin, serta panggilan telfon dilakukan Ravellio. Membuat Ralin yang masih asik bergulung dengan selimutnya berdecak sebal.

"Ravellio brengsekkkk, diem gak lo. Masih jam lima, setannn" teriak Ralin di panggilan telefon sang kakak, membuat Ravellio lantas menjauhkan rungunya dari ponsel itu

"Berangkat sama gue jam enam, telat gue tinggal" ucap Ravellio

"Gue berangkat sama Iyan, anjir"

"Semalem gue udah bilang Renar buat duluan. Cepet, lama gue tinggal" final laki-laki itu lalu mematikan telfon sepihak. Membuat gadis itu mengerang kesal. Namun, karena tak ingin mengambil resiko, gadis itu segera menyibakkan selimutnya dan bergegas menuju kamar mandi

Kemacetan pagi ini menyambut hari Ralin beserta sang kakak. Keduanya kini sedang menuju sekolah Ralin. Entah mengapa tiba-tiba ia meminta Ralin untuk berangkat bersamanya padahal biasanya Ralin berangkat bersama Renar,

"Gimana?" tanya Ravellio tanpa konteks pagi ini

"Ini masih pagi ya sat, jangan memancing emosi gue" jawab Ralin

"Masih pagi sensian"

"Lo mau gue gebuk gak? Lo yang nanya tanpa konteks ya, Lio" geram Ralin

"Lia Lio, gue kakak lo ya"

"Dih, tua kok bangga"

"Memang anjing, untung lo adek gue" umpat sang kakak

"Gimana sekolah lo, kan udah kelas dua belas. Bentar lagi lulus, lanjut dimana lo?" lanjut Ravellio

"Kepo banget anaknya Pramudyta" jawab gadis itu

"Heh, lo juga anaknya Pramudyta ya"

"Idiiee, idieee. Belom tau, paling ya bisnis kaya yang bokap lo suruh"

"Fyi aja yaa Lin, bokap kita ini sama. Bahkan lo sama gue diproduksi ditempat yang sama juga"

"Pagi-pagi bahasan lo udah produksi aja kak" jawab Ralin yang kali ini hampir membuat Ravellio kehilangan kesabarannya

"Yaa Tuhan, sabarrrrrr"

"Btw kak, gue kepilih jadi pianis lagi pas festival nanti" Ralin bercerita

"Bukannya biasanya emang begitu?"

"Iyasih, masalahnya ya. Partner gue tuh ... Jevian" ucap Ralin sedikit ragu

"Hah? HAHAHAHAHAHAH. MAMPUS GALMON" tawa sang kakak pecah setelah mendengar cerita Ralin kala itu

"Bangsat, malah ketawa"

"Kenapa? Beneran galmon lo? Katanya dia berubah kan semenjak balik dari Kanada? Masih mau sama dia?" nada suara Ravellio berubah saat itu

"Tapi lo masih juga nitipin gue ke dia anjing, udah tau sikapnya batu banget gitu"

"Ya gimana, dia laki-laki yang gue percaya selain Renar Lin. Gampangnya orang tuanya gue kenal lah"

"Terserah lo dah, kak"

"Tapi selama gue nitipin lo ke dia, sikapnya dia baik kak. Gak ngapa-ngapain lo kan?" tanya Ravellio

"Dia baik, seperti biasanya"

"Bagus dong, amanah berarti. Eh yaa gak tau deh, antara amanah atau emang masih ada rasa sama lo"

"Ada rasa kok sikapnya begitu" ucap Ralin

"Mungkin ada alesan lain yang ngebuat dia begitu, Lin"

"Apa kalo gitu?"

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang