9 - Lose

19 2 0
                                        

Suasana kelas Ralin dan kawan-kawan siang itu cukup rusuh. Guru matematika mereka tiba-tiba keluar kelas karena kelas Ralin yang entah mengapa sulit diatur hari ini. Guru tersebut pun marah dan meninggalkan kelas serta setumpuk tugas yang harus diselesaikan saat jam pulang sekolah nanti.

Bahkan Renar dan Malvin yang menjadi anak kesayangan guru tersebut tak mampu mem-back up nya. Entah mungkin sang guru sedang pms, kata Erlang.

"Gue nyontek, plis gue lagi capek banget. Latihan teros, mana pelatih gue marah-marah" sambat Ralin

"Marah kenapa? Lo bukannya latihan malah bucin yaa? Ngaku lo" tuduh Erlang

"Bacott, kagak. Lagi sensi aja doi, biasa mendekati hari h makin strict" ucap gadis itu

"Biasanya kan emang gitu, kaget lo?" tanya Renar yang matanya fokus dengan soal-soal

"Enggak sih, masalahnya ini kelas dua belas. Tugasnya gak ngotak anjing, Ya Tuhan gue tipes kayanya"

"Istirahat Lin, kalo capek banget ijin aja deh. Daripada lo forsir terus, beneran tipes ntar lo" tambah Malvin yang duduk disebelah Renar

"Ralinsha? Skip latihan? Gak salah? Yang ada makin overthinking bocahnya" timpal Carel

"Bener juga lo, Rel. Sebelum infus menancap mah kata gue digas aja sama Ralin. Selama tangannya masih bisa bergerak, why not?" Berliana menyetujui

"Gue lagi gak mood ribut anjer, jadi gue iyain aja" ucap Ralin lemas

"Nihh, udah beres. Buru salin, Lin" perintah Malvin

"Anjingg banyak bangettt bangsat" umpat Erlang setelah mengecek hasil pekerjaan Malvin

"Bacot, tinggal nyalin aja pake komen segala lo rempah rengginang" ucap Ralin, namun sedetik kemudian

"Bangsatttt, sepuluh lembarr. Tipes beneran gue anjingg" umpat Ralin setelah membolak-balikkan buku Malvin, sedangkan Malvin hanya tertawa gemas

"Mampus loo Ralinshaaaaaa, mampusss" ejek Erlang yang langsung mengambil posisi menyontek

"Anjing ahhh" susul Ralin yang duduk disebelah Erlang. Sedangkan Berliana, Carel, dan Nakula menyalin pekerjaan Renar.

Setelah satu jam Ralin menyalin tugas matematika Malvin, ia langsung menelusupkan kepalanya diatas meja dengan tangan yang menjadi tumpuan. Menyalin saja, cukup membuatnya lelah. Apalagi Malvin dan Renar yang mengerjakan nya langsung.

"Anjing dingin" umpat Ralin yang kemudian menegakkan kepalanya, melihat siapa yang beraninya menempelkan minuman dingin di pipinya

"Malvin babi" lanjut gadis itu

"Minum dulu, biar seger" ucap Malvin sambil menyerahkan minum ber-ion

"Makasih"

"Capek?" tanya Malvin disaat Ralin menengguk minumannya, gadis itu hanya mengangguk sebagai respon

"Kok bisa lo pinter matematika sih? Gue sih nyerah duluan" puji Ralin setelah meminum minumannya

"Yaa gak tau? Padahal matematika gampang tau"

"Gampang mak lo salto, Vin" ucap Ralin yang mendapat kekehan Malvin

"Setiap orang punya kemampuan beda-beda kali Lin, buktinya lo pinter geografi sama menghafal. Gue kurang didua aspek itu"

"Iya juga sih, tapi kayanya asik aja gitu bisa matematika"

"Asik kok, mau belajar bareng?" tawar laki-laki itu

"Lo mau bikin gue mampus Vin? Gue mending main piano dua puluh empat jam daripada belajar matematika" tolak Ralin mentah-mentah

"Buset, gak senewen jari lo"

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang