16 - (Our) Time

11 2 0
                                    

Sesuai ajakan dan saran sesat dari Jevian kali ini, keduanya sama-sama tak menyentuh piano disana. Ralin juga sudah tertidur setengah jam yang lalu di bahu Jevian.

Awalnya keduanya sepakat hanya menonton video pertunjukan di YouTube. Namun Ralin yang memang dasarnya mengantuk, ia pun tertidur di bahu Jevian.

Mengetahui Ralin yang tertidur di bahunya, Jevian tersenyum hangat. Ia tak berniat memindahkan posisi Ralin,

"Apa gue ikutan tidur aja ya?" batin Jevian saat ini. Namun ia teringat bahwa ada hal yang harus ia lakukan. Bergegaslah laki-laki itu menghubungi seseorang

 Bergegaslah laki-laki itu menghubungi seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menghubungi Yeski, Jevian terdiam. Wajah Ralin terpantul pada handphone miliknya. Dipandangnya wajah yang sejak kecil mengisi hari-harinya itu.

Entah berapa kali ia mematahkan hati seseorang disampingnya ini. Namun meskipun berkali-kali patah, hati Ralin tak berubah. Sikapnya kepada Jevian masih benar-benar sama.

Karena merasa tak ada yang bisa ia lakukan, Jevian lantas ikut tertidur disamping Ralin. Kepalanya menyandar pada kepala Ralin.

"I just wanna like this, for a while"

"Or maybe forever" gumam laki-laki itu setelah akhirnya ikut memejamkan matanya

Laki-laki itu ikut terbuai dalam indahnya dunia mimpi bersama seseorang disampingnya. Bersama-sama menjelajahinya tanpa adanya kekangan, tuntutan, bahkan harapan.

Sebuah dunia dimana mereka bebas membayangkan apapun tanpa batasan atau kenyataan yang mematahkannya.

"Vian, kamu pinter banget main pianonya" ucap seorang gadis berusia 8 tahun

"Hehehe iyalah. Ayo Alin, gantian main" jawab si bocah laki-laki tadi, lantas sang gadis langsung duduk dan mengambil alih piano

Ditekannya tuts-tuts piano dengan lentik, ia mulai memainkan permainan yang tak kalah menakjubkan dari sebelumnya. Membuat laki-laki tadi tersenyum bangga,

"Bagus, Alin mainnya juga gak kalah bagus kok" puji bocah laki-laki berusia 8 tahun itu

"Hehehe, ayo besok kalo udah besar Viano sama Alin main bareng ya" ajak Alin, membuat laki-laki yang dipanggil Viano tadi mengangguk semangat

"Alin jangan tinggalin Viano ya" ucap Viano tiba-tiba

"Ada apa? Alin gak akan kemana-mana kok, kan sama Viano terus"

"Janji?" ucap Viano sambil memajukan jari kelingkingnya didepan Alin

"Janji!" jawab Alin semangat sambil menautkan jari kelingking miliknya pada milik Viano

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang