22 - Afterwell

21 3 0
                                    

Bunga-bunga yang Ralin dapatkan sudah tersusun rapi di ruang tengah lantai dua. Setelah lima belas menit dibantu supir dan asisten rumah tangga, akhirnya bunga-bunga itu tersusun rapi. Ia hanya membawa satu bunga untuk di bawa ke kamar. Bunga itu adalah bunga pemberian Theana, sebuah baby breath warna biru.

Ralin langsung bergegas ke kamar, ia terduduk di meja rias sambil melihat dirinya sendiri lewat kaca. Hari ini ratusan pujian menghampirinya dan Jevian, banyak orang yang secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka bangga. Membuat gadis itu kembali melukis senyumnya.

Lantas pergerakannya mengambil sebuah kapas beserta cairan pembersih wajah. Untungnya make up yang ia gunakan kali ini tak terlalu berat, ia tak perlu bersusah payah untuk membersihkannya. Setelah dirasa bersih, ia mulai mengambil bunga-bunga yang menghiasi rambutnya.

Dan terakhir adalah melepas kalung serta gelang miliknya pribadi. Setelah semuanya dirasa selesai, ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Membilas seluruh tubuhnya, setelah seharian tenaganya terkuras.

Tiga puluh menit kemudian, Ralin sudah keluar. Disaat hendak mengeringkan rambutnya, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya,

Ttokk... Ttokk...

"Non, ada kiriman baju" ucap salah satu asisten rumah tangga itu

"Bi, nanti di laundry ya. Sama satu lagi yang di kamar warna item, yang tadi aku pake. Kalo udah kering taroh di closet room bareng dress yang lain ya" pinta Ralin yang diangguki asisten rumah tangga tersebut.

Dress dan setelan yang Jevian dan Ralin gunakan tadi, menjadi milik mereka tanpa harus dikembalikan. Pihak sekolah memang membelikan kostum-kostum tersebut. Bukan meminjamnya. Ralin lalu melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut. Sebelum panasnya hairdryer menyerang rambut indahnya, ia lebih dulu menyemprotkan vitamin rambut.

Suara hairdryer mulai terdengar di kamar nuansa Lilac tersebut. Dengan telaten gadis itu mengeringkan rambutnya. Setelah di rasa sempurna, ia tekan tombol off hairdryer tersebut dan dengan seketika ruangan itu kembali senyap. Cuaca panas saat itu membuat sang gadis mengambil remot pendingin ruangan, menekannya sampai pada suhu terendahnya. Yaa sebuah posisi yang nyaman untuk tidur siang.

Begitupun dengan Jevian, sesaat setelah mengantarkan Ralin ia langsung bergegas pulang. Ia juga meminta tolong asisten rumah tangga untuk memindahkan bunga-bunga yang ia dapatkan. Setelah semua bunga miliknya tertata rapi, Jevian bergegas naik ke kamar. Rumahnya masih sepi, itu berarti Arinsha tak datang bermain, serta kakaknya yang kembali bekerja.

Ia lantas melepaskan dasi yang melilit lehernya, membuka kancing kemeja atasnya dan menggulungnya sampai siku. Direnggutnya sebuah remot pendingin ruangan, menekannya sampai suhu menunjukkan dua puluh derajat.

"I'm happy" gumam laki-laki itu

"Ralin lagi apa ya?" monolognya, hingga membuat senyumnya merekah. Lalu tak lama setelah itu ekspresinya kembali datar, ia lantas masuk menuju kamar mandi. Membersihkan diri setelah seharian ini tenaganya habis.

Lima belas menit kemudian, Jevian sudah selesai dengan aktivitasnya. Kaos putih dan celana hitam pendek menjadi pilihannya saat ini. Ia langsung merebahkan dirinya di kasur, mencari handphonenya dan menekan sebuah ikon galery.

Terhitung ada ratusan foto baru disana, mulai dari foto berdua dirinya dengan Ralin, foto bersama teman-temannya tadi, foto gabut milik Ralin berupa miror selfienya, serta tak lupa foto selca mereka juga ada.

Jevian lalu tersenyum, lantas ia mengambil laptop miliknya dan memindahkan foto-foto tersebut pada sebuah folder album foto baru yang ia beri nama 'My December',

"Segini, cukup kan ya Lin buat kenang-kenangan?" monolog laki-laki itu

Setelah selesai memindahkan foto, ia juga mengirimkan Ralin sebuah link Google Drive yang berisi foto-foto hari ini. Ya keduanya sepakat untuk saling bertukar link untuk mempermudah.

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang