30 - Day by Day

11 2 0
                                    

Hari-hari sekolah Ralin hampir memasuki waktu hari keempat tanpa Jevian. Kegiatan belajar mengajar pun mulai berlangsung meskipun lima puluh persen nya adalah jam kosong. Juga entah mengapa Malvin yang tiba-tiba kembali mendekat padanya, padahal sebelumnya sesaat setelah laki-laki itu memberikan bunga saat festival ia tak pernah mengusik Ralin barang sekali.

Tapi Ralin pun tak masalah, selama laki-laki itu masih berada di batas wajar dan tak terlalu gencar mendekatinya itu tak mengapa. Yang jelas, gadis itu sudah dengan tegas mendeklarasikan diri bahwa ia tak bisa membalas cinta Malvin karena seseorang di masa lalunya— Jevian.

"Bulan depan kita udah gak ada pelajaran lagi, tinggal pemadatan. Pulangnya lebih cepet asikk" ucap Renar

"Asik.. asik your eyes. Bebannya berat cok anjing" umpat Ralin yang masih belum siap menghadapi kenyataan

"Guru-guru udah mulai input nilai raport buat data SNMPTN ya?" tanya Ralin

"Iyaa, udah mulai"

"Duh gue bisa lolos SNMPTN gak ya, gue males bangettt SBMPTN. Males belajar lagi" keluhnya

"Bisalah gila, ya kali enggak. Kalo enggak ya mandiri aja lah. Bokap nyokap lo bahkan kakak lo masih sanggup biayain anjir sekalipun lo dapet biaya paling tinggi juga"

"Tapi biar ada yang bisa dibanggakan dikit lah, Ren"

"Heh, terus maksudnya rangking paralel sama festival kemaren gak bikin orang tua lo bangga gitu? Orang tua lo kan bukan tipe orang yang harus bangettt lo begini begitu. Sebebas lo kan?" cecar Renar, sedangkan Ralin hanya mengangguk lemah

"Yaudah, gak usah dibikin pusing lah Lin. Kita sama yang lain bakalan satu kampus kok, gak usah khawatir. Ntar kalo ga lolos di temenin Erlang mandiri"

"Dia mau mandiri?"

"Iya kalo ga eligible, dia katanya males SBMPTN. Mau mandiri aja, padahal ya mandiri tetep ada tes"

"Tapi gak seribet SBMPTN gak sih?" tanya Ralin

"Iyaaa"

"Jevian ambil di kampus mana ya? Mungkin gak ya dia balik ke Kanada" ucap Ralin yang lagi-lagi risau

"Kalo Jevian ke Kanada lo mau nyusulin dia gitu?"

"Kita kan udah janji mau barengan di kampus yang sama, meskipun aslinya orang tua gue seneng karena satu negara lagi. Lagian gue gak tega ngebiarin kakak gue sendirian disini" jelas gadis itu

"Jadi kesimpulannya enggak kan?" laki-laki yang menjadi sepupunya itu memastikan lagi

"Iya enggak"

"Ajakin gih satu kampus disini"

"Gila, gak berani gue anjir" pekik Ralin

"Belum dicoba padahal"

"Gak deh, tapi kalo S2 bisalah. Gue pengen S2 di luar negeri deh"

"Lanjut aja, orang tua lo bakalan dukung kan. Kita juga" ucap Renar, meyakinkan keinginan Ralin dan memberikan afirmasi positif pada sepupunya

"Udah ah, masih lama juga. Gara-gara bahas SNMPTN ini mah sial"

"Yakan lo yang nanya duluan, gimana sih"

"Iyaaa gue duluan emang" Ralin mengakui, lalu tak lama setelah topik itu berakhir datanglah segerombolan orang-orang yang kemudian dengan rusuh menyapa mereka.

"Lin, lin bertiga kembaran kebaya graduate yuk?" ajak Carel

"Anjing kok cuman bertiga?" protes Erlang

"Lo graduate mau make kebaya hah?" sensi Berliana, karena pertanyaan Erlang sangat tidak penting

"Ayoklah yang cowok juga. Ren, Nak, ayo kembaran" ajak Erlang tak mau kalah

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang