10 - Each Other

13 2 0
                                    

Seperti biasa, rutinitas yang dilakukan Ralin dan Jevian sesaat pulang sekolah adalah latihan. Festival musik semakin dekat, banyak latihan yang harus mereka jalani. Entah berdua atau bersama anak orkestra untuk penampilan spesialnya.

Kini latihan mereka ada Liora dan Damas yang menemani, seperti yang Ralin katakan sebelumnya bahwa jika ada Liora. Maka Liora tak akan pernah membiarkan mereka beristirahat.

Seperti saat ini, keduanya berkali-kali mendapat teguran karena penampilan mereka yang kurang. Baik Ralin maupun Jevian sama-sama seakan kosong dalam penampilannya,

"Aduh sebentar, kali jangan fokus ke piano kalian dong. Tatapan kalian ke pasangan juga, jangan asik main sendiri"

"Ulang dari awal, gak ngefeel"

"Ralinsha jangan bengong"

"Jevian coba ditatap itu Ralin nya" begitulah yang Liora ucapkan. Hingga tiba-tiba saat sebuah pertanyaan terlontar, membuat keduanya sama-sama menghentikan permainan disaat bersamaan,

"Kalian berdua lagi marahan ya? Udah dua minggu permainan kalian kacau" lolos Liora, membuat keduanya seketika berhenti menekan tuts piano nya

"Ohh bagus, kompak. Berhenti sesaat gue bilang begitu. Break lima belas menit, selesaikan masalah kalian" titah Liora sesaat setelah melihat arloji nya, lalu berlenggang keluar ruangan.

Ralin tak bergeming, gadis itu berjalan menuju tasnya dan mengambil botol air minum. Diteguknya air itu dengan kasar, lalu ia menghela nafas panjang. Ia kesal namun, tak banyak yang bisa ia lakukan.

Lalu Jevian yang kembali diam seribu bahasa, laki-laki itu lebih memilih menutup mulutnya rapat-rapat. Enggak berkomentar, dan hanya diam di kursinya.

"Cuman sampe festival ini selesai, selebihnya terserah lo" ucap Ralin setelah menelisik ke jendela luar

"Setelah festival selesai, terserah. Gue gak peduli sama apa yang lo lakuin, lo mau jauhin gue juga gue gak peduli" lanjutnya

"Maksud lo?" Jevian akhirnya buka suara

"Lo masih nanya maksud gue? Setelah dua minggu ini lo cuman ngomong sebutuhnya, dan parahnya kita pernah latihan tanpa ngomong sepatah kata pun"

"Lin..."

"Jev..." panggil keduanya bersamaan

"Maaf, buat sebelumnya" Jevian memotong

"Apa?"

"Gue minta maaf, setelah sebelumnya pernah bentak lo" Jevian menjelaskannya

"Ya, sebenernya gue gak peduli lo mau minta maaf atau gak. Karena pada dasarnya gue tetep maafin lo" ucap Ralin

"Lin, jangan begini"

"Apanya yang begini sih Jev?!" tanya gadis itu frustasi

"Jangan hanya karena gue, lo berhak gak maafin gue"

"Bukan urusan lo"

"Ralin!" Jeviano yang juga frustasi, frustasi dengan dirinya dan juga Ralin

"Kita ini abstrak, bahkan semenjak lo pergi kita berdua abstrak Jev. Jadi tolong jangan memperumit keadaan, bersikap seadanya maka gue bakalan tau batasan. Gue gak akan nuntut lo buat jelasin hal itu lagi ke gue, gue bahkan udah ga peduli" jelas Ralin yang membuat Jevian membeku. Di kalimat akhirnya membuat tanda tanya bagi Jevian, apakah Ralin sudah menyerah tentang dirinya? Apakah Ralin akan benar-benar pergi meninggalkan nya setelah ini?

Ya Jevian memang tidak tahu diri, setelah apa yang ia lakukan pada Ralin. Malah dengan lancangnya Jevian berfikir demikian.

"Seperti yang lo bilang kemaren, kalo keingintahuan gue salah. Karena seolah-olah kita masih terikat. Setelah ini terserah lo, gue bener-bener gak mau tau tentang lo lagi. As you said, our page is finished" lanjut Ralin

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang