15 - After

7 2 0
                                    

Beberapa minggu kemudian setelah kejadian Malvin dan pengakuannya sudah berlalu. Menurut Ralin, Malvin tak terlalu berubah. Ia hanya sedikit berhenti mengusik Ralin dan juga sudah tak lagi mengirimkan pesan tidak jelas.

Saat dikelas pun, Malvin dan Ralin tetap berinteraksi seperti biasanya. Seolah tak terjadi apa-apa diantara keduanya. Entah Malvin yang sudah mulai menerima, atau ia terpaksa bersikap biasa saja agar tetap berada didekat Ralin.

Tak ada yang tahu pasti apa tujuannya. Tapi Ralin berharap, Malvin benar-benar bisa menghapus perasaannya untuk Ralin, agar tak ada kecanggungan diantara keduanya,

"Lin, Malvin gak judes sama lo kan?" tanya Nakula disela waktu istirahat

"Gak kok, biasa aja. Malah dia udah mulai berhenti ngechat gak jelas gitu" jawabnya sambil melahap bakso di mangkoknya

"Bagus deh kalo gak annoying lagi"

"Jujur, lo tau kan pasti kalo Malvin mau nembak waktu itu??!"

"Iya lah tau, bukan rahasia umum lagi Malvin suka sama lo kali Lin"

"Kok gue gak tau??!"

"Lo tau, cuman lo menyangkal aja. Dihati lo cuman Jevian Jevian mulu" cecar Nakula

"Dih, apa-apaan Jevian" sanggah gadis itu

"Alah, gak usah boong lo. Terus alasan lo ga nerima dia apa coba?"

"Ya karena gue gak suka lah!"

"Iya, kan lo sukanya sama Jevian"

"Nakula anjinggg, berantem kita" ajak Ralin sambil menggulung seragamnya

"Kasian Lin, temen gue. Naksir sama lo pas dari pertengahan kelas sebelas. Udah berapa lama coba anjir"

"Dih, gak tau. Nih ya Na, dengerin gue. Perasaan itu gak bisa dipaksa, lo mau mencintai dia bertahun-tahun kalo gak disukai balik ya yaudah. Bukan salahnya dia. Lamanya waktu itu gak bisa menjadi tolak ukur atau jaminan bakalan disukai balik. Lo boleh mencintai dia, tapi dia juga boleh mencintai pilihannya" jelas Ralin

"Iya kaya lo sama Jevian" komentar Nakula

"Wah bangsat lo. Iya, puas lo. Hampir tiga tahun gue masih suka sama Jevian, Jevian bahkan udah balik kesini, jadi partner festival gue. Lagi-lagi itu bukan jadi tolak ukur atau jaminan perasaan gue bakalan di bales Jevian"

"Itu sih berarti Jevian nya ada yang lain, Lin" goda Nakula

"LO MAU GUE SIRAM KUAH BAKSO GAK???!" ancam Ralin, gadis itu sudah siap memegang mangkuk baksonya

"Ett ett, santaiii santaii"

"Santai matamu" balas Ralin malas, lalu melanjutkan memakan baksonya

"Ayo lanjutin berantemnya, di lapangan noh luas" sambar Renar tiba-tiba sambil menenteng sebuah nampan berisi bakso, es teh, dan batagor miliknya

"Haloo Iyannnn" sapa Ralin

"Kalo gini, lo yang gue siram kuah bakso sat" balas Renar

"Ihhh galakkkkk" ucap Ralin malas

"Ngacaaa Lin, ngacaaa. Lo jauh lebih galak, eh sama lah sama Renar" komentar Nakula, membuat keduanya menatapnya tajam

"Apaaa??? Lo berdua mau nyiram gue pake kuah bakso?? Makan noh bakso" lanjut Nakula, membuat kedua manusia yang ada di hadapannya ini langsung melahap baksonya. Selepas makan, keduanya langsung bergegas menuju kelas. Ditempat duduk masing-masing sudah ada Carel, Berliana, serta Erlang yang menanti,

"Lama amat sih makan doang padahal" ucap Erlang

"Noh Renar, segala pesen batagor. Jadi gue yang ngabisin anjir" jawab Ralin

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang